Fight Your Self to Gain Your Succes

Mungkin waktu yang terus bergulir tidak begitu terasa bagi kita yang ditunggu, namun tidak demikian halnya dengan mereka yang menunggu. Karena bagi mereka, setiap detik yang berganti terus menumbuhkan harapan bahwa yang ditunggu akan segera kembali. Sering mereka membayangkan sosok baru yang pulang dari rantauan dengan segudang ilmu dan oleh-oleh istimewa yang sudah ia siapkan sebagai hadiah terindah.

Lebih dari itu, tidur nyanyak mereka pun sering terusik dengan kehadiran kita di alam mimpi. harapan, asa, cita-cita, rasa cemas, rindu, dan sebagainya. Ia pun terus bertunas dan berkembang biak hingga ia terlalu banyak untuk menempati sekeping hati mereka. Tapi kebanyakan mereka malah enggan memaparkannya, entah karena lidah yang tak mampu menyusun kata, atau takut semua itu justru akan membebani utusannya dalam menjalankan tugas.
Ya, demikianlah gambaran singkat sebuah dilema menanti dan dinanti. Sehingga, perlu rasanya bagi kita yang ditunggu untuk tidak memperlama masa penantian mereka.

Rasanya bukan lagi informasi baru bagi semua Mahasiswa Al-Azhar, bahwa ujian Term I dilaksanakan pada setiap bulan januari, tepatnya kurang lebih satu bulan ke depan. Itu menunjukkan bahwa kita akan menghadapi sesuatu yang bisa berefek pada lama atau tidaknya masa penantian orang-orang yang menaruh harapan di pundak kita, bahkan kita akan menghadapi sesuatu yang sangat berpengaruh bagi hari-hari, tahun, episode, atau bahkan masa depan kita. Betapa tidak, mungkin banyak di antara kita yang sempat ketinggalan bus tepat beberapa langkah sebelum kita tiba di Mahathah. Demikianlah kesempatan-kesempatan lainnya yang mungkin andai kita telah menyelesaikan kuliah saat itu, insyaAllah kita bisa mendapatkannya.

Lebih lagi, kenajahan di Universitas Al- Azhar bisa diibaratkan air hujan yang mengguyuri sepetak tanaman, di mana ia bisa mengundang berbagai nikmat lainnya yang sangat dibutuhkan oleh kebanyakan Mahasiswa pada umumnya. Semisal minhah, sakan, dan lain sebagainya. Mungkin orientasi semisal gambaran di atas sangatlah menduniawi dan kurang layak menjadi alasan bagi kenajahan kita. Tapi andai tujuan dalam mengejar semua itu adalah demi kemudahan dan kelancaran dalam menuntut ilmu di Al-Azhar, saya rasa apa salahnya selama kita tidak menafikan bahwa niat utama dalam setiap amalan kita adalah lillaahi ta`ala dan menjadikan berbagai tujuan lainnya sebagai sentilan bagi jiwa kita untuk sedikit lebih keras dalam berusaha.

"Hasil yang akan diperoleh bisa dikalkulasikan dengan mengukur seberapa besar usaha yang dikerahkan".
Hukum kausalitas yang tak lagi asing untuk didengar ini perlu untuk kembali dihayati dalam rangka menyambut kehadiran Ujian beberapa minggu ke depan. Dengan mencoba untuk mendata ulang persiapan yang sudah dimatangkan, kemudian mengukur kadar IQ yang kita miliki untuk  melahap semua bahan yang diperlukan, dibagi dengan jumlah waktu yang tersisa, dan dikurangi dengan kemampuan personal, baik raga maupun jiwa, serta dikalikan dengan jumlah usaha lainnya nonakademis semisal do`a, tahajud, dhuha, shadaqah dan berbagai ibadah lainnya, kita bisa sedikit meraba-raba apa yang akan kita peroleh di akhir tahun nantinya.

Walau tidak akurat karena ketentuan bukan ditangan kita, tapi setidaknya matematika taqdir bisa dilogikakan dalam hal seperti ini, karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata ada orang-orang yang telah berusaha payah dan masih saja gagal. Akan tetapi, seorang petani yang bijaksana tetap akan menanam padi, walau ia tidak tahu akankah padinya bisa dipanen. Sebab tidak berusaha karena takut rugi dan tidak bisa memanen buah usahanya adalah salah satu sifat munafiq yang tidak yakin pada qadha dan qadar yang telah Allah skenariokan. lebih lagi meninjau, bahwa kewajiban seorang hamba adalah berusaha bukan men-ta`yin hasil yang akan ia peroleh.

Ujian term I kadang kurang mendapat perhatian cukup oleh sebagian kita, mungkin disebabkan fatrah persiapan yang minim, atau karena ujian perdana bagi sebagian yang lain sehingga menimbulkan rasa takut yang berlebihan dan akhirnya berefekkan Pesimisme, atau merasa kurang berpengaruh, sikap meremehkan, atau bisa juga dipicu oleh banyaknya ijraat dan kegiatan lainnya yang menyita waktu terlalu banyak, bahkan sebagian lain berasumsi bahwa start baru dimulai di Term II. Dalam hal ini, kita harus selalu menekankan bahwa "man lam yakun lahu bidayatun muhriqah lan yakuna lahu nihayatun musyrifah". Dalam artian, semangat menghadapi ujian dan fokus dalam menjalaninya sepatutnya di-start dari sekarang (term I).

Mulailah memaksimalkan waktu yang tersedia pada muzakarah, muthala`ah dan muraja`ah materi yang akan diujiankan. Terlebih lagi, bagi sebagian kita yang tidak bisa membagikan titik fokus pada banyak bidang, kerucutkan kegiatan pada hal-hal bisa membantu kenajahan kita.

Ini merupakan sebuah usaha dan ikhtiar yang harus dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas terpilihnya kita dari sekian banyak orang yang berangan-angan untuk kuliah di al-Azhar, serta sebagai ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah mempercayakan kita terhadap amanah ini. Untuk lebih bisa dihayati, cobalah sesekali membayangkan kawan-kawan yang mungkin mempunyai kemampuan lebih namun sayang kesempatan istimewa ini hanya diperuntukkan kepada kita.

Usaha yang dikerahkan akan selalu berbanding lurus dengan sebesar apa penilaian terhadap sesuatu yang diusahakan. Sedari itu, perlu rasanya kita menghargai Ujian ke depan dengan sesuatu yang mempunyai nilai tinggi, seumpama “masa depan” kita. Sehingga sikap meremehkan, acuh tak acuh, dan masa bodoh tak sempat menyentuh hati kita. Demikianlah sikap sebagian besar saudara-saudara kita yang telah merasakan indahnya najah dengan nilai yang memuaskan. Mereka menghargakan ujian lebih dari sekedar fatrah dwisemester. Itulah yang mengarahkan mereka untuk memaksimalkan usaha, do`a dan tawakkal pada Dzat Yang maha melihat dan menghisab setiap jerih payah hamba-hamba-Nya.
Berikut Vitamin "M5" yang mungkin baik untuk dicoba dalam menghadapi ujian kali ini :

1. Membaca (reading) muqarar sejak dini, mulai dengan membaca cepat, dan menangkap semua pesan atau point penting setiap judul secara global. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yang perlu diketahui dan ingin diajarkan dalam setiap muqarar yang telah ditentukan.

2. Membaca ulang muqarar  (rereading) sekitar beberapa kali, bahkan seorang mahasiswi Al-Azhar yang sempat meraih mumtaz pernah mengatakan bahwa beliau mengulang muqarar sampai 11 atau 12 kali. Dengan rereading ini diharapkan kita mampu menyimpan semua yang telah kita pahami di memori kita dan mampu menyalurkannya secara cepat tanpa harus terlalu lama berfikir. Melihat kondisi ujian di Universitas Al-Azhar yang menuntut jawaban banyak dalam waktu singkat.

3. Menghafal secara detail (detailmemorize) ta`rifat – ta`rifat setiap permasalahan, adillah, dan contoh-contoh yang ada. Ini merupakan kewajiban bagi peserta ujian al-Azhar, dikarenakan sistem soal yang tak pernah lepas dari 3 hal tersebut.

4. Memprediksikan soal (question prediction) apa yang lebih besar kemungkinan akan ditanyakan, latihan menjawab cepat soal-soal yang telah diprediksikan tanpa tulis dan meraba-raba poin-poin kecil yang ada dalam jawaban kita.

5. Me-review  (review) ulang semua yang telah dikuasai dengan lebih itqan dan teliti sehingga tidak meninggalkan walau sekecil apapun poin sebuah permasalahan. Biasanya ini dilakukan pada fatrah persiapan akhir di masa ujian.

Namun sayangnya, Vitamin di atas tidak bisa dikonsumsi oleh setiap orang, karena ia dikhususkan bagi mereka yang sudah memulai persiapannya sekitar sebulan penuh sebelum ujian diadakan. Sedari itu, alangkah baiknya kesadaran untuk mengawali sebuah usaha demi kenajahan itu dimulai dari saat ini.
Mengakhiri tulisan ini, Anthony Robbins pernah mengatakan dalam Unlimited Power-nya: “The quality of your life is the quality of your communication, and the first one that you should communicate is with yourself”. Kualitas hidup kita terletak pada kualitas komunikasi yang kita lakukan, dan orang yang harus pertama kali menjadi lawan komunikasi kita adalah jiwa, hati, dan sanubari kita. Artinya Muhasabah dan tafakkur.

Maka, marilah sama-sama bermuhasabah tentang tujuan kita berada di Mesir. Apa yang kita cari, yang kita butuhkan, dan yang kita inginkan. Sesungguhnya, apalah arti sebuah keberhasilan kita nantinya, andai seseorang yang sudah lama menunggu kesuksesan kita tak lagi bisa memeluk kita, memberi ucapan selamat dan mengatakan “ mabruk `alaik” . jangan biarkan penantian mereka menjadi sia-sia karena keegoisan yang tak mampu kita kalahkan. Fight yourself to gain Your succes!


Tulisan Tgk. Husni Nazir
Ketua Departeman Pendidikan KMA 2011-2012

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top