Salju di Tursina


JUMAT lalu saya melakukan perjalanan menuju Bukit Tursina difasilitasi Guide Luxor Tour. Bukit Tursina adalah bukit yang namanya disebut berkali-kali dalam kitab ketuhanan: Injil, Taurat, juga Alquran. Bukit ini juga dikenal dengan nama Sinai, Jabal Tur, Jabal Musa, atau Gunung Horeb yang berarti gunungnya Nabi Musa. Letaknya di dekat gereja Saint Catherine di Semenanjung Sinai, Mesir.
Tempat ini dikenal sebagai tempat Nabi Musa as menerima “Sepuluh Perintah Tuhan” dan berkhalwat selama 40 hari.

Biasanya, perjalanan menuju Sinai memakan waktu sekitar delapan jam dari Nasr City. Namun kali ini, perjalanan yang kami tempuh mencapai sebelas jam. Awalnya kami hendak melalui jalan Wadi Frem dan diperkirakan sampai di kawasan Sinai sekitar pukul 12 malam. Sayangnya, jalanan itu ternyata ditutup dan diawasi ketat oleh polisi. Kami terpaksa memutar haluan melalui Sharm el Syeikh dan menambah waktu sekitar 3-4 jam perjalanan. Cuaca yang tak mendukung juga menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri bagi kami, karena pada saat itu hujan deras tak kunjung reda.

Namun, betapa kami dikejutkan dengan pemandangan langka yang tak pernah kami saksikan sebelumnya. Dari dalam bus saya saksikan gumpalan-gumpalan salju membungkus jalanan di sekitar batu-batu besar di samping jalan. Saat pendakian dimulai, saya juga merasakan butiran lembut salju membelai wajah saya yang tanpa penutup. Hati saya berdecak kagum, takjub sekali melihat salju kian banyak di puncak bukit sana. Tapi sayang, saya tak dapat menyaksikan indahnya sunrise karena tertinggal jauh dari rombongan.

Akan tetapi, saya berkesempatan melihat dan merasakan indahnya arsitektur dalam sebuah mahakarya dari puncak Sinai. Adalah anugerah tersendiri bagi saya juga rombongan tur yang lain. Mungkin inilah rahasia Allah kenapa kami sampai telat tiba di Sinai. Jika kami tiba di puncak pada pukul 3 malam, kami harus menunggu di atas selama tiga jam lagi untuk melihat matahari terbit. Wow, bisa mati membeku akibatnya. Tapi betapa mahabaiknya Allah, kami tiba di Sinai tepat saat matahari muncul.

Turunnya salju di Bukit Sinai adalah sebuah fenomena yang sangat langka. Walaupun pernah beberapa kali terdapat salju di Gunung Sinai, namun sedikit sekali yang bisa menikmatinya. Di mana salju hanya turun pada waktu-waktu tertentu di puncak musim dingin.

Pemandu wisata menyebutkan, cuaca saat itu minus 10 derajat Celcius. Sangatlah dingin, bahkan air yang saya bawa pun menjadi es.

Ada dua rute utama menuju puncak. Kami memilih rute rendah yang memakan waktu sekitar 2-3 jam berjalan kaki atau bisa menggunakan unta. Sedangkan saat menuruni bukit kami pilih rute kedua, yaitu rute dangkal yang lebih curam daripada sebelumnya.

Akhirnya banyak sekali pelajaran yang kami ambil dalam setiap langkah mendaki Sinai. Tidak hanya belajar dari kisah Nabi Musa as dan keingkaran kaumnya yang memilih menyembah patung anak sapi. Tidak hanya belajar saat menziarahi makam Nabi Harun dan Nabi Shaleh as. Lebih dari itu, saya dapat belajar dari penciptaan Allah yang luar biasa berupa gunung-gunung besar yang terhampar diselimuti salju. Sungguh betapa kerdilnya manusia di atas muka bumi ini. Tidak ada apa-apanya, tanpa curahan kasih sayang dari Sang Pencipta. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Tulisan : Mawaddah Nashruddin
Staff Redaksi El Asyi, Mahasiswa Jurusan Bahasa Arab

Tulisan ini telah dimuat di Rubrik Citizen Reportase Serambi Indonesia, edisi 8 Maret 2012

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top