Puasa dan Produktifitas Kerja


Benarkah berpuasa dapat mengurangi produktifitas kerja? Jika kita perhatikan realita budaya yang kita jalani, seolah berpuasa memang mengurangi produktifitas kerja. Sebut saja saat Ramadhan menyapa, sekolah pun diliburkan. Atau, durasi proses belajar-mengajar delapan jam dikurangi menjadi  enam jam. Atau, jam kerja para pegawai dan lainnya juga ada yang dikurangi. Di samping itu, berpuasa juga sering dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. Seorang ibu merasa toleran jika anaknya tidur pagi hingga matahari meninggi, seorang murid tidak merasa bersalah jika ia tertidur di kelas saat guru menerangkan mata pelajaran, seorang wakil rakyat tenang-tenang saja saat mengantuk ketika rapat memikirkan nasib rakyat.

Namun demikian, bila kita tilik bagaimana Rasulullah dan para sahabat menjalani bulan Ramadhan, akan terlihat jelas bahwa berpuasa sama sekali tidak mengurangi produktifitas kerja. Ramadan sebagai bulan berpuasa justeru dihiasi oleh peristiwa-peristiwa yang menunjukkan produktifitas luar biasa. Di antara peristiwa-peristiwa itu adalah perang Badar dan Pembebasan Kota Mekah (Fathu Makkah).

Perang Badar

Perang badar terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Saat itu Rasulullah bersama 314 pasukannya menempuh jarak 150 km hanya dengan 70 ekor unta. Perjalanan ini ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabat dengan penuh semangat. Ketika istirahat di tengah perjalanan, Rasulullah mendengar bahwa pasukan kafir telah siap menghadang. Istirahat pun segera dihentikan dan kembali bergerak maju. Rapat kilat diselenggarakan guna membahas langkah paling tepat dalam keadaan genting.

Pada perang Badar itu pasukan muslimin kalah jauh jumlahnya dengan pasukan kafir. Bahkan senjata kaum kafir lebih canggih dari persenjataan kaum muslimin. Tapi dengan izin Allah, umat Islam akhirnya mampu memenangkan perang ini. Perang Badar inilah yang menjadi titik awal perubahan umat Islam dari lemah menjadi kuat. Dan ini terjadi di bulan Ramadan, bulan yang penuh produktifitas.

Fathu Mekah

Fathu Mekah juga terjadi di bulan Ramadan, pada tahun 8 Hijriah. Saat itu, Rasulullah Saw. mengerahkan sekitar seribu personil untuk menaklukkan kota Mekah.

Beberapa peristiwa di bulan Ramadan ini menunjukkan bahwa berpuasa tidaklah mengurangi produktifitas kerja. Di samping itu, tidak ada hadis yang menyatakan Rasulullah Saw. bermalas-malasan di bulan Ramadhan. Sebagai umatnya, sepatutnya kita meneladani qudwatun hasanah yang ada pada diri Rasulullah Saw..

Dari pemaparan singkat di atas dapat kita simpulkan bahwa, puasa tidak mempengaruhi produktifitas kerja. Sedangkan mengurangi jam kerja yang membentuk budaya malas saat berpuasa, maka kebijakan mengurangi inilah yang mengurangi produkfitas kerja, bukan berpuasa itu sendiri.

Rasulullah Saw. meriwayatkan sebuah hadis Qudsi, “Setiap pekerjaan bani Adam  adalah miliknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah milik-Ku dan Akulah yang akan memberi pahalanya {HR. Bukhari}.”
Selain itu, puasa tidak hanya membangun kesehatan ruhiyah, tapi juga penting bagi kesehatan jasmani. Jasmani manusia membutuhkan pelayanan yang memadai untuk menjaga stabilitas kesehatannya. Berpuasa membantu proses penjagaan stabilitas ini, di samping keselarasan kesehatan rohani dan jasmani.

Dalam menjalankan ibadah puasa, para pekerja sangat dipengaruhi oleh kualitas iman dan latarbelakang pendidikan agamanya. Munculnya kasus seseorang tidak berpuasa karena khawatir mengurang produktifitas kerja sebenarnya bersumber pada sejauh mana niat dan keyakinan orang tersebut dalam berpuasa.

Oleh karena itu, dalam berpuasa sangat dibutuhkan niat yang tulus dan ikhlas, sehingga membangun keyakinan kuat, bahwa berpuasa justru merupakan ibadah yang membentuk diri menjadi lebih baik. Selain itu puasa juga membantu membentuk pribadi jujur dan dapat dipercaya, memperhalus dan mempertajam aktifitas kreatif para pemimpin dalam mengelola perusahaan, membentuk budaya kerjasama, dan lainnya.

Di samping itu, nilai-nilai yang ditanamkan puasa sangat berharga dalam membentuk pribadi muslim yang kaffah, seperti ikhlas, sabar, disiplin, percaya diri, dan tawakal.

Untuk menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang produktif, mari kita mulai dari hal-hal yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai saat ini. Semoga Allah Swt. memberi kita kekuatan agar dapat mengamalkan ajaran yang terkandung dalam kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Amîn yâ Rabbal ‘âlamin. Wallâhua’lam.


Oleh: Siti Maryam

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top