Makhluk Senantiasa Mencari Khaliq

 
Google Image

Oleh: Alvin Nur Hazafat, Lc.*

Sejak dulu, manusia selalu berada di dalam konflik pemikiran. Mencari sesuatu yang berada di dalam fitrahnya, yaitu tentang penciptanya dan alam, apa rahasia yang ada dibalik alam ini, apa rahasia kehidupan, apa hikmahnya, apa tujuannya, ke mana perginya berjuta-juta manusia yang hidup sebelum kita dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dan berapa banyak yang sampai sekarang masih selalu mencoba mencari rahasia kehidupan ini.

Pencarian ini sejatinya adalah fitrah manusia, karena manusia butuh untuk mengetahui siapa penciptanya, untuk mendekatkan diri kepada-Nya, seperti anak kecil yang butuh kedekatan pada ibunya.

Mari kita perhatikan, dulunya kita hanyalah anak-anak dan kemudian kita menjadi pemuda, panjang atau tidaknya umur kita semua akan mati dan manusia tidak mampu menghentikan takdir tersebut, manusia tidak mampu menghentikan diri selalu menjadi pemuda, manusia tidak mampu menghentikan diri dari kematian, di balik sana ada kekuatan yang tidak mampu kita hentikan.

Manusia mencari-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya, yang telah memperlihatkan ke-Esaannya, yang telah membuktikan tanpa-Nya maka alam dan kehidupan ini tidak ada, karena Dia adalah tempat jiwa manusia bermuara dan tempat hati berlindung.

Oleh karena itu, manusia akan merasa tenang dari segala kesedihan dan kegelisahan jika mendekatkan diri kepada-Nya, memohon pertolongan dengan merendahkan diri dan berdoa, karena doa adalah penghubung antara makhluk dan Sang Khaliq.

Selemah-lemah manusia adalah yang tidak berdoa kepada-Nya, karena ia tidak mampu untuk berpikir tentang tujuan dari penciptaannya, bagaimana tidak? Sedangkan Allah Ta’ala tidak menginginkan sesuatu dari hamba-Nya melainkan untuk menyembah-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku”.

Manusia tidak menyembah-Nya kecuali sudah mengenal-Nya, dan tidak mengenal-Nya kecuali selalu mengingat dan berzikir kepada-Nya.

Sungguh Allah Ta’ala sudah memberikan kita kemudahan untuk berzikir kepada-Nya dengan banyaknya nama-Nya yang agung, sebagaimana firman-Nya, “Hanya milik Allah asmaaul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya (asmaaul husna),” dan Rasulullah shalla Allahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, barangsiapa yang menghitungnya akan masuk surga,” menghitungnya berarti menghafalnya, memahaminya dan menyeru dengannya.

Apakah ada hal lain yang lebih Allah sukai dari berzikir (mengingat) kepada-Nya, sedangkan Allah berfirman, “Ingatlah (berzikirlah) kepada-Ku maka Aku akan mengingatmu!?” Maka barang siapa yang berzikir kepada Allah dia kan mendapati Allah dan barang siapa yang mendapati Allah dia akan mendapatkan segalanya.

Semoga Allah menjadikan kita di antara hamba-Nya yang “apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.

Diterjemahkan dari kitab “Fi Malakutillah Ma’a Asmaa-illah” karangan Syeikh Abd Al-Maqshud Muhammad Salim


*Penulis adalah alumni Universitas Al-Azhar, Jurusan Tafsir

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top