Sex Education; Solusi Kasus Pelecehan Seksual

Oleh: Alvia Hasli Ramadhan*
Image: Instagram @biraishe

Dilansir dari Wikipedia pengertian sex education atau pendidikan seksual adalah kegiatan untuk mengajarkan mengenai kesehatan reproduksi dengan tujuan meningkatkan kesadaran menjaga kesehatan reproduksi serta mencegah penyakit menular juga pelecehan seksual. Sebagian masyarakat menganggap sex education sebagai hal yang tabu bahkan acap kali dianggap pornografi yang merusak pola pikir. Namun seiring perkembangan zaman, edukasi ini sangat dibutuhkan melihat maraknya kasus pelecehan seksual hingga pemerkosaan.

Baik laki-laki maupun perempuan berpeluang menjadi korban pelecehan seksual. Akan tetapi, perempuan lebih dominan menjadi korban pelecehan seksual. Komnas perempuan menyebutkan ada 2500 kasus sepanjang januari-juli 2021 serta data terbaru dari WHO, satu dari tiga perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan fisik dan seksual. Angka ini tentu sangat memprihatinkan, apalagi sebagian besar kasus kekerasan dilakukan oleh pasangan dan kerabatnya seperti ayah kandung, ayah tiri, paman, guru, dosen dan lain-lain.

Novia Widyasari salah satu korban pelecehan seksual memilih mengakhiri hidupnya dengan meminum racun di samping makam ayahnya pada pertengahan Agustus 2021 di Mojokerto, merupakan bukti nyata dampak buruk dari kasus pelecehan seksual pada perempuan.

Para pelajar pun tak jarang mengalami pelecehan seksual, baik di ruang lingkup belajar maupun di fasilitas umum seperti di jalanan dan kendaraan umum. Para pelaku berusaha melakukan apa saja demi memuaskan nafsunya. Selain dengan menyentuh korban, pelecehan seksual bisa berbentuk perkataan yang tidak senonoh dan perbuatan pelaku terhadap dirinya sendiri, seperti memperlihatkan alat kelaminnya sendiri di jalanan sepi.

Tak bisa dipungkiri bahwa pelecehan seksual juga memangsa anak dibawah umur. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyebutkan ada 5643 kasus kekerasan terhadap anak pada Hari Anak Nasional (HAN) 2021. Dari data tersebut coba bayangkan berapa banyak anak yang terganggu mental dan psikisnya sehingga bangsa kehilangan penerusnya akibat perbuatan bejat seseorang?

Ada beberapa dampak buruk akibat pelecehan seksual terhadap korban. Seperti gangguan psikis dan mental yaitu trauma, stres, mengurung diri dari khalayak ramai, tekanan darah meningkat, penyakit jantung bahkan bunuh diri.

Lalu apa solusi terhadap masalah ini?

Orang tua hendaknya memberikan informasi dan edukasi seksual terhadap anak-anak sejak dini. Memperkenalkan mereka fungsi setiap organ tubuh, mengajari adab dan etika kehidupan sosial serta konsekuensi setiap perbuatan. Hal ini menjadikan anak lebih peka terhadap sentuhan dan rangsangan.

Misal, ketika gerak gerik seseorang mulai mencurigakan, sang anak peka dan tahu bagaimana melindungi dirinya serta instingnya mampu menemukan solusi dengan cepat seperti berteriak, melarikan diri, menghubungi sanak keluarga atau pihak kepolisian jika memiliki gawai dan lain-lain. Sehingga ketika dewasa, sang anak tetap perpegang teguh dengan prinsip-prinsip kehidupan yang telah ditanamkan sejak masa kanak-kanak.[]

*Penulis merupakan mahasiswi jurusan Akidah Filsafat Universitas Al Azhar, Kairo.

Editor: Aja Chairul Husnah

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top