Satu Malam di Tepi Delta Nil
Oleh: T. Iskandar, S.Pd.I*
*Mahasiswa pascasarjana Institut Liga Arab.
Angin berdesir, dedaunan melambai, genangan lembut
air, membuka cerita baru. Cahaya kuning menerangi, menghiasi indahnya lingkaran
pulau seberang. Nil menjelma, menguasai lingkungan, alam bergelora, pelengkap
ketenangan di malam yang panjang.
Di sebuah café, di tanah Aswan, 4 Aneuk
Nanggroe mengalihkan tatapan. Nil diseberangi derasnya tatapan mata, mereka
larut dalam suasana, lantas menderet huruf, merangkai kata, memutar kepala,
mencoba menuangkan objek ke dalam sebuah gubahan sederhana. Next...
SATU MALAM DI TEPI DELTA NIL
Laksana sunyi dalam keramaian
Bak karang di antara derasnya ombak lautan
Ada kehidupan dan perasaan yang tak semua orang
mengerti
Itulah cahaya di tengah kegelapan
Satu lingkaran kulihat jauh
Kilauan cahaya di malam hari
Jelas adanya sulit kuraba
Kala dipandang menggugah rasa
Di tempat yang sama dengan pemandangan yang sama
Tak menjanjikan kenangan bersama yang sama
Karena Nil tak pernah mengembalikan
Butiran air yang telah mengalir ke laut sana
Lentera Nil tak lagi menyilaukan
Kalah kejam oleh sorot matanya
Dua mata yang bertanya kelam duniaku
Kopi ini pun tertahan di lidahku, hambar rasanya
Dari pojok yang sama dengan mata yang sama
Kulihat lentera yang sama jua
Ternyata itulah pantulan
Dari kedai kopi sebelah
Angin berdesir menerawang Nil
Melingkari indahnya pulau
Tatapan tajam penuh ilusi
Melengkapi sempurnanya malam
Angin malam kian menusuk tulang
Sang malam pun terus berjuang
Menemani Nil yang pantang menyerah
Terus mengalir bersama kenangan
Kenangan bersama yang takkan pernah berulang
Ku tak tau harus menjawab apa
Saat Nil kian mendekat
Tetap saja kau paksa aku sebuah jawaban
Haruskah kujawab dengan kebohongan?
Aswan, Maret 2015
Posting Komentar