Nailah Hasyim Sabri, Mufassirah Abad ke-21 Asal Palestina

Oleh: Siti Humaira*
Sumber : google.com
Ad-Da’iyyah al-Maqdisiyyah atau pendakwah dari Baitul Maqdis, julukan yang disematkan kepada Nailah Hasyim Sabri. Setelah kesuksesan dakwahnya yang tersebar ke puluhan negara di dunia, seorang mufasir perempuan ini semakin masyhur dengan catatan kontribusi dan sepak terjangnya dalam dunia Islam.

Nailah Hasyim Sabri atau diberi kunyah dengan ummu ‘ammar, merupakan anak pertama dari syekh Hasyim Hasan Sabri dan syaikhah Salih Sabri. Lahir pada tanggal 21 mei 1944 M, di provinsi Qalqiliyyah, Palestina. Ayahnya adalah seorang mufti provinsi Qalqiliyyah, sekaligus pendidik di Madrasah al-Murabbitin dan Madrasah al-Sa’diyyah yang merupakan lulusan universitas al-Azhar, Kairo.

Tak hanya sang ayah, kakeknya yang bernama syekh Musthafa Sabri (1907-1957 M), seorang ulama sekaligus pemikir mazhab Hanbali, juga dulunya mengenyam pendidikan di universitas al-Azhar. Selain itu, pamannya yang bernama Ali Sabri (1908-1979), juga alumnus universitas al-Azhar. Bahkan saudara laki-lakinya yang bernama Yasir Sabri pun merupakan jebolan fakultas syariah universitas al-Azhar, yang saat ini menjabat sebagai dekan di salah satu universitas Qalqiyyah.

Perjalanan intelektual

Tumbuh besar dalam keluarga yang penuh perhatian terhadap keilmuan adalah pintu utama yang membawa Nailah menjadi seorang ulama di kemudian hari. Apalagi ia dididik dengan tarbiyah ibunya, yang senantiasa menanamkan nilai budi pekerti, berkepribadian luhur dan berakhlak mulia. Tak heran, pada usianya yang terbilang kecil, Nailah telah menguasai dasar-dasar ilmu agama dan punya minat yang besar dalam mengkaji pengetahuan.

Tak heran, Nailah banyak mempelajari ilmu agama dari keluarga dan sanak saudaranya. Seperti ilmu tafsir, akhlak dan ilmu keislaman, Nailah belajar langsung dari sang ayah. Di samping itu Nailah juga berguru kepada kakeknya, syekh Musthafa Sabri dalam fikih mazhab hanbali, ilmu Alquran dan ilmu nahwu. Dalam ilmu tauhid, Nailah belajar kepada pamannya yang bernama syekh Salah ad-Din Hasan Sabri.

Adapun secara formal, Nailah mengawali pendidikannya di Madrasah Banat Qalqiliyyah sampai tahun 1957/1958 M. Kemudian pada tahun 1962 M, ia menyelesaikan pendidikan tingkat ats-Tsanawi al-‘Ammah di madrasah al-‘Aishiyyah, bandar Nablus. Setelah itu, Nailah tidak melanjutkan pendidikan secara formal ke jenjang yang lebih tinggi. Ia menikah pada tahun 1965, yang mana itu menjadi perjalanan selanjutnya dalam menuntut ilmu secara non-formal. Karena ia dinikahkan dengan sepupunya, seorang khatib di masjid al-Aqsa dan mantan mufti al-Quds, bernama Dr. Ikrimah Said Abdullah Sabri.

Pernikahan tersebut semakin membantu Nailah membentuk pribadi muslimah yang berintelektual. Sang suami begitu mendukung dan membimbingnya untuk senantiasa meningkatkan potensi dan keilmuan. Dengan lingkungan yang baik, semakin bertambah pula minatnya dalam membaca, menulis dan menelaah kitab. Di samping memanfaatkan perpustakaan pribadi milik suaminya dan ayahnya, Nailah begitu gigih dalam mempelajari dan menuangkan bakatnya dalam ilmu agama.



Berkat kecintaannya terhadap ilmu, Nailah juga sangat bersemangat mengabdikan diri untuk mengajarkan Al-Quran. Tercatat selama 20 tahun, ia mengajar sembari mengkaji kitab-kitab tafsir, baik karya ulama klasik bahkan kontemporer. Dengan kesungguhannya pula, Allah Swt menganugrahinya kemampuan memahami ayat-ayat Al-Quran serta kecakapan dalam menjelaskan makna, hukum dan rahasia dari firman-Nya. Dari sanalah, minatnya dalam bidang tafsir Al-Quran semakin maju dan bertumbuh.

Jejak Kiprahnya

Setelah menikah, karir Nailah semakin melesat dan aktif di berbagai komunitas ilmiah. Pernikahannya dikaruniai tiga anak laki-laki (Ammar, Ubadah dan Urwah) serta dua anak perempuan (Lubabah dan Lubna). Tanpa mengganggu statusnya sebagai istri dan ibu rumah tangga, ketekunannya dalam menuntut ilmu dan berdakwah tidak pernah menurun. Bahkan ia dimintai untuk berkontribusi dalam banyak organisasi. Tak hanya itu, kemauannya untuk mengambil peran -khususnya dalam dakwah islam- ialah sebagai bentuk perjuangan atas tanah Palestina yang dijajah oleh zionis Israel. Ia bercita-cita bahwa seluruh umat muslim tidak jauh dari berpegang kepada Alquran dan mengimplementasikannya dalam kehidupan.

Beberapa kesibukan Nailah dalam komunitas ilmiah, antara lain:

1. Pendiri sekaligus ketua Jam’iyyah Nisa` al-Islam di al-Quds (1982-2011)

2. Pengajar tafsir dan fikih perempuan di Masjid Al-Aqsa selama 12 tahun (2000-2012)

3. Anggota Jam’iyyah al-Hilal al-Ahmar

4. Anggota Ittihad al-Jam’iyyah al-Nisa`iyyah al-Tathawwu’iyyah

5. Anggota Ittihad al-Kuttab al-Falasthiniyyin

6. Editor Majallah Zaitunah

7. Aktif sebagai jurnalis dan pengajar pendidikan agama Islam di kota Riyadh, Arab Saudi (1962-1965)

8. Menghadiri simposium keagamaan dan Alquran yang digelar oleh Islamic Center di sejumlah negara lima benua, serta mengisi kuliah agama -khususnya topik tafsir al-Quran- di banyak komunitas Islam lintas negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Brazil, Rumania, Italia, Inggris, Swiss, Turki, Bosnia, Belgia, Norwegia, Perancis, Swedia, Denmark, Almania, India, Korea Selatan dan Afrika selatan.

9. Menghadiri konferensi internasional (mu`tamar ad-dauliy) di Kawasan Amerika Latin pada tahun 2002

10. Memenuhi undangan pangeran Uni Emirat Arab (UEA) yaitu Syeikh Zayed pada pertemuan keagamaan khusus ramadhan pada tahun 2003.

11. Mengisi kajian di madrasah Ramadhan di beberapa negara di timur tengah seperti kesultanan Oman, Bahrain, Kuwait, Qatar, Maroko, Libya, Yaman, Arab Saudi dan Mesir.

12. Melakukan safari dakwah ke beberapa negara Asia tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina.

Karya Ilmiah

Nailah kecil dikenal sebagai anak yang cerdas dan punya minat yang tinggi dalam dunia kepenulisan. Bahkan, dalam usia sepuluh tahun Nailah sudah mampu menyusun syair yang indah. Di masa SMA, Nailah juga rutin mengirim tulisan ke berbagai macam siaran internasional, seperti di media Voice of Amerika, dewan penyiaran Britania Raya hingga jurnal Yordania. Pada masa matangnya keilmuan Nailah dalam bidang tafsir, ia menerbitkan banyak karya terkait topik al-Quran dan tafsir, di antaranya adalah:

1. Al- Mubshir li Nur al-Quran, kitab tafsir al-Quran 11 jilid yang diterbitkan secara bertahap mulai tahun 1997-2003. Dengan karya monumental ini, Nailah diakui sebagai perempuan pertama yang rampung menuliskan tafsir Al-Quran 30 juz secara lengkap. Yang mana sebelumnya, beberapa muslimah juga tercatat pernah menafsirkan al-Quran, namun tidak secara keseluruhan.
Sumber: google.com
2. Tajwid Ayat al-Rahman fi Tilawah Alquran (2015)

3. Fi Zilal al-Ayah (2017)

4. al-Ayat al-Bayyinat wa Ayah Haula Raf’ al-Quran al-Karim wa Ruju’uhu ila Allah (2017)

5. Ahsan al-Qashah fi al-Quran al-Karim (2019)

Tidak hanya bercorak tafsir, Nailah juga menulis berbagai macam buku lainnya. Seperti kitab Wamdhah fi al-Zhalam (1972) dalam bidang sosial, Falisthiniyyah Sa`abqa (1979) bercorak politik, Kawakib al-Nisa` (1978) buku yang mengangkat lebih dari 30 tokoh Muslimah, Hadzihi Ummati (1980) bergenre sosial, keagamaan dan kebudayaan, dan masih banyak lagi. Tulisannya juga menghiasi berbagai majalah dan media tulis lainnya, mulai dari artikel ringan, koran dan karya ilmiah.

Dengan adanya sosok Nailah sebagai tokoh intelektual di zaman modern ini, sudah selayaknya menjadi inspirasi dan panutan kita semua terkhusus para perempuan muslimah. Ada banyak isu keperempuanan pada masa sekarang yang keluar dari nilai-nilai Islam. Namun, dengan keimanan dan pemikiran kuat seperti yang dimiliki Nailah, hal tersebut menjadi jawaban dari tantangan umat Islam hari ini. Bagaimana kesungguhan dan dukungan orang sekitar dalam mencintai ilmu keislaman, sangat berpengaruh dalam membangkitkan indentitas muslim sejati.

Semoga kita diberikan kekuatan dan taufiq agar senantiasa mendalami keilmuan, serta menegakkan kembali panji-panji keislaman seperti yang diajarkan dalam Alquran dan diamanahkan oleh Rasulullah Saw. Wallahu al-Muwaffiq ila aqwam ath-Thariq.

Referensi: 

(1). Retno Prayudi, Lc, M.Ag & Abd. Hamid, M.Ag. 2023. Wanita Ahli Tafsir Abad Modern. Suka Bumi: Penerbit Haura Utama.

(2) Moch Rafly Try Ramadhani. (2022, 18 September). Na`ilah Hashim Sabri, Perempuan Pertama Penulis Lengkap Tafsir Alquran. https://tafsiralquran.id/nailah-hashim-sabri-perempuan-pertama-penulis-lengkap-tafsir-alquran/.[]

*Penulis merupakan mahasiswi tingkat II fakultas ushuluddin, universitas al-azhar, Kairo.

Editor : Muhammad Farhan Sufyan

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top