Syaikh Ismail al-Asyi; Ketua Mahasiswa Melayu Pertama di Mesir

"Kitab Lapan" dan "Tajul Muluk", sepertinya hampir tidak ada orang Aceh yang tidak tahu, atau minimal pernah mendengar nama kitab itu. Kitab yang dikarang oleh para ulama Aceh dan di-tashhih oleh ulama lulusan Universitas Al-Azhar, sekaligus Ketua Mahasiswa Melayu pertama di Mesir. Ia adalah Ismail bin 'Abdul Muthallib.

Syaikh Ismail bin 'Abdul Muthallib al-Asyi, begitu gelarannya, dilantik oleh Syaikh Ahmad al-Fathani menjadi Ketua Pelajar-Pelajar Melayu di Kairo. Dalam file surat Syaikh Ahmad al-Fathani di Mekkah sekitar tahun 1323-1325 H, dijumpai beberapa lembar surat yang dikirim kepada Syaikh Ismail al-Asyi. Ini menandakan bahwa beliau adalah murid Syaikh Ahmad al-Fathani pada saat masih berada  di Mekkah.

Adapun perintis jalan orang Melayu yang pertama belajar di Mesjid Al-Azhar ialah Syaikh Ahmad al-Fatani (1292- 1299 H.). Setelah beliau kembali ke Mekkah, menggalakkan murid-muridnya belajar di Mesir, terutama di Al-Azhar. Salah satu muridnya yang kemudian berangkat ke Mesir adalah Syaikh Ismail bin 'Abdul Muthallib al-Asyi.

Bersama Syaikh Ismail al-Asyi juga ikut serta Syaikh Muhammad Thahir Jalaluddin Minangkabau. Ia kemudian dilantik dalam waktu bersamaan dengan Syaikh Ismail menjadi Ketua Pelajar Putra Diraja Riau di Kairo. Generasi awal masyarakat Melayu yang menuntut ilmu di Mesir yang lain, diantaranya: Syaikh Ahmad Thahir Khatib Kereu (Lampung), Syaikh Abdur Razzaq bin Muhammad Rais Lampung, Syaikh Muhammad Nur al-Fathani, dan beberapa orang lainnya.

Tentang asal usul Syaikh Ismail al-Asyi tidak diketahui secara pasti. Dalam catatan sejarah, sebagaimana termaktub dalam kitab Zahratul Murid, karya Syaikh Abdul Shamad al-Falimbani, hanya didapat bahwa Ismail bin Abdul Muthallib al-Asyi telah mengambil talqin dan bai’at dari Syaikh Muhammad Ali al-Asyi. Syaikh Ismail mengambil Thariqat Syattariah dari Syaikh Ali al-Asyi yang silsilahnya bersatu dengan Syaikh Ahmad al-Fathani pada Syaikh Daud bin Abdullah al-Fathani di tingkat turunan silsilah ke-3.

Karya dan Pemikiran

Selama masa hidupnya Syaikh Ismail al-Asyi pernah menghasilkan beberapa karya penulisan kitab tentang ilmu Islami, diantaranya yang telah ditemui ialah:

1. Muqqadimatul Mubtadi-in, diselesaikan pada hari Rabu, 30 Shafar, di Mekkah, tanpa menyebut tahun. Dicetak oleh Mathba’ah al-Mihriyah, Mekkah, tahun 1307 H./1889 M.

2. Tuhfatul Ikhwan fi tajwidil Qur-an, diselesaikan pada waktu Dhuha, hari Jumat dua likur Jamadil Awal 1311 H./1893 M. Cetakan pertama Mathba’ah al-Mihriyah al-Kainah, Mekkah, 1311 H./1893 M.
3. Fat-hul Mannan fi bayani Ma’na Asma-illahil Mannan, diselesaikan tahun 1311 H./1893 M. Cetakan kedua oleh Mathba’ah al-Mihriyah al-Kainah, Mekkah, 1311 H./1893 M.

4. Fat-hul Mannan fi Hadits Afdhal Waladi ‘Adnan, diselesaikan pada tahun 1311 H./1893 M. Hanya ditemukan cetakan Mathba’ah al-Kamaliyah, Kota Bharu, Kelantan, 1379 H./1960 M. yang diterbitkan oleh Haji Muhammad bin Ahmad, Kampung Gong, Kelantan, dengan catatan: “Dengan izin waris pengarangnya dan anak muridnya yang di Mekkah al-Mukarramah pada thaun Hijrah 1377.”

Pen-tashhih Karya Ulama Aceh

Sumbangan yang besar Syaikh Ismail al-Asyi adalah men-tashhih (tahqiq) kitab-kitab ulama Aceh. Beliau orang pertama yang membuat catatan nota beberapa kosa kata bahasa Aceh diberikan maknanya ke bahasa Melayu yang umum digunakan pada masa itu. Ini bermakna bahwa proyek pen-tashhih-an kitab-kitab Melayu yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad al-Fathani di Mekkah, khusus untuk penelitian yang berbahasa Aceh menjadi bagian tugas Syaikh Ismail.

Kiban pertama yang ditashihihkan oleh Shaikh al-Asyi adalah kitab yang diberi nama Jam’u Jawami’il Mushannafat, atau yang lebih dikenal dalam masyarakat  Aceh sekarang dengan sebutan “Kitab Lapan”. Kitab ini merupakan kumpulan dari delapan kitab karya ulama Aceh, yaitu:
  1. Hidayah al-‘Awam, karya Syaikh Jalaluddin bin Kamaluddin Aceh.
  2. Faraidh Al-Quran, tanpa nama pengarang.
  3. Kasyf al-Kiram, karya Syaikh Muhammad Zain al-Asyi.
  4. Talkhish al-Falah, karya Syaikh Muhammad Zain.
  5. Syifa' al-Qulub, karya ‘Arif  Billah Syaikh Abdullah Aceh.
  6. Mawaizh al-Badi’ah, karya Syaikh Abdur Rauf Fansuri.
  7. Dawa' al-Qulub, karya Syaikh Muhammad bin Syaikh Khatib Langieng.
  8. I’lam al-Muttaqin, karya Syaikh Jamaluddin bin Syaikh Abdullah.
“Kitab Lapan” ini, cetakan pertamanya diterbitkan oleh Mathba’ah al-Miriyah al-kainah, Mekkah. Pada halaman terakhir cetakan ke-delapan, tahun 1320 H/1902 M, Syaikh Ismail menuliskan: “…dan ditashhihkan dengan cermat dan ditaruhkan pula pada tepinya hasyiah yakni tafsir kalam yang payah jadi mudah”. Maksudnya, beliau memberi nota bahasa Aceh disesuaikan maknanya dengan bahasa Melayu, dam memberikan uraian pada kalimat yang tidak jelas.

Kitab lain yang di-tashhih oleh Syaikh Ismail al-Asyi berjudul “Tajul Muluk”. Dalam kitab ini terkumpul juga beberapa karangan hasil goresan Syaikh Ismail itu sendiri. Cetakan pertama kitab ini pada tahun 1311 H/1893 M, diterbitkan oleh Mathba’ah al-miriyah al-Kainah, Mekkah.

Syaikh Ismail, memulai kumpulan kitab “Tajul Muluk” dengan nushkhah karya Syaikh Abbas al-Asyi yang berjudul Siraj al-Zhulam. Pada akhir kitab Siraj al-Zhulam yang di-tashhih-nya, Syaikh Ismail mencatat: “Maka telah selesai hamba salin kitab ini dalam negeri Mekkah yang Musyarrafah pada masa hijriah Nabi Saw. 1306 tahun, pada hari sabtu, pada 28 hari bulan Rabiul Awal …”. Kitab terkahir dalam ''Tajul Muluk'' berjudul Hidayah al-Mukhtar karya Syaikh Wan Hasan bin Wan Ishaq al-Fathani.

Karya Sastranya

Salah satu kebiasaan Syaikh Ismail adalah selalu menyisipkan syair-sayir indah dalam karyanya, baik saat men-tashhih maupun dalam karangannya sendiri. Seperti yang terdapat pada halaman pertama kitab Jam’u Jawami’il Mushannafat. Kutipannya:
“Wahai ikhwan yang Muslimin,
orang yang yakin akan Rabbana,
Karangan ini intan ku karang,
segala maknikam himpun di sana,”
Di dalam kitab Muqaddimah al-Mubtadi-in beliau menulis:
“Barang siapa tiada makrifat,
segala ibadat tiada guna Kitab ini baik sekali,
makrifat Rabbani di sini nyata,”
Dilihat dari beberapa karyanya di atas, dapat dipahami bahwa Syaikh Ismail menguasai beberapa disiplin ilmu, meliputi ‘Aqidah, Tajwid, Hikmah dan Fadhail,  Hadits, Bahasa (kitab-kitab yang di-tashhih-kan) dan Sastra.

Keturunan

Keturunan Syaikh Ismail al-Asyi banyak di Mekkah. Mengenai ini dapat diketahui diantanya tercatat dalam kitab Durru Faraid karya Syaikh Nuruddin ar-Raniry cetakan pertama Mathba’ah al-Miriyah al-kainah, Mekkah, 1311 H/1893 M tertulis “Maka orang yang empunya kitab ini Tuan Haji Ahmad anak Tuan Syaikh Ismail anak Tuan Abdul Muthallib al-Asyi … Dia duduk di muka pintu, di dalam maq’ad, di sanalah empunya kitab ini.” Syaikh Ismail bin Abdul Muthallib al-Asyi meninggal dunia di Kairo-Mesir, demikian tersebut dalam buku Student Indonesia di Mesir.

Karya Tgk. As'adi (Musyrif Kajian Zawiyah KMA)
*Tulisan ini disarikan dari tulisan Wan Mohd. Shaghir Abdullah, seorang pemikir dari Malaysia, dalam majalah Utusan Malaysia, ISNIN 10 Januari 2005, halaman 9.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top