Seperti Inilah Sepatutnya Kita Lampiaskan Kemarahan

Film yang melecehkan Nabi Muhammad SAW. yang disiarkan baru-baru ini, di amerika serikat, telah memancing amarah jutaan anak manusia di dunia. Kemarahan itu tidak hanya terjadi pada satu puak atau dua. Akan tetapi, hampir semua lapisan masyarakat  terpanggil untuk meluapkan pembelaan mereka terhadap Nabi Muhammad SAW.

Pembelaan itu adakala berupa pernyataan resmi pemerintah di sebuah negara dan ada juga dari ormas-ormas kemasyarakatan lainnya. Ada juga dari kalangan masyarakat awam serta golongan intelektual. Bahkan, amarah itu tidak hanya terbatas pada penganut agam Islam. Akan tetapi meluas ke pemeluk agama lain. Seperti pemeluk keristen di Mesir.

Bagaimana tidak, sosok Nabi Muhammad SAW. tidak hanya sudah berjasa pada umat Islam saja. Akan tetapi alam semesta ini juga ikut berhutang budi pada sosok insan yang mulia dan agung ini. Beliaulah yang menyelamatkan dunia ini dari kegelapan dan keterpurukan. Maka tidak salah kalau Michael H. Hart yang konon bukan penganut Islam dalam bukunya menempatkan baginda Nabi Muhammad SAW pada posisi pertama dari 100 tokoh orang-orang terhebat di dunia.

Sangat berfariasi cara orang meledakkan rasa marah mereka. Dari cara yang halal, wajar, sampai yang haram yang dilarang oleh negara dan dikecam oleh agama pun dilakukan.

Cara yang halal dan wajar seperti melakukan unjuk rasa secara damai, pernyataan sikap bahwa film yang menjelekkan sosok teladan umat itu sangat tidak bisa diterima oleh akal dan toleransi sertsa sangat bertentangan dengan HAM yang selalu disorak-sorak oleh dunia Barat apalagi kebebasan beragama.

Edi Saputra, MA.
Syarat pernyataan sikap itu dilakukan dengan menjaga batas-batas yang telah ditentukan, bersikap sopan terhadap petugas keamanan. Intinya berdemo dengan cara tidak melakukan hal-hal yang Nabi Muhammad SAW. sendiri tidak berkenan hati menyaksikannya.

Cara yang dilarang yaitu berunjuk rasa dengan melakukan perampokan, mencela, mencaci-maki, perusakan terhadap pasilitas umum, pembakaran kitab suci agama lain serta pembunuhan terhadap tamu Negara (seperti pembunuhan duta besar Amerika di Libya). Kesemuanya itu tidak dapat memberi pembelaan kepada baginda Nabi. Bahkan dapat mencemarkan nama baik beliau dan agama yang dibawakan olehnya.

Tidak dipungkiri itu adalah efek dari luapan kemarahan dari sebagian anak adam yang telah Diciptakan oleh sang Maha Pencipta dengan berbagai macam latar belakang, kelas, golongan dan tingkatan pendidikan.

Mudah-mudahan pembakaran, perlawanan terhadap petugas keamanan Negara. Pelecehan bahkan pembunuhan terhadap tamu Negara tidak didalangi oleh golongan terpelajar, intelektuals dan para cendikiawan.

Kita sangat yakin, para inelektual dan cendikiawan sangat mustahil memberi dukungan terhadap cara–cara kasar yang dilakukan oleh sebagian oknum yang tidak dapat diharapkan hasil apa pun dibelakang tindakan amoral tersebut. Bahkan dapat merugikan Islam sendiri, disadari atau tidak.

Orang yang cerdas itu adalah yang menjadikan masalah sebagai peluang untuk mendapat keuntungan. Dan orang yang jahil adalah, yang jika berhadapan dengan masalah dia akan menumbuhkan permasalahan baru.
Kepada kaum muslim, marilah kita manfaatkan momen pelecehan terhadap Nabi kita ini sebagai energi yang mendorong kita untuk mawas diri. Barangkali karena sikap jelek yang ada pada umat Islam selama ini seperti korupsi, penipuan, pembohongan dan narkoba. Membuat penganut agama lain salah menilai kita. Sehingga mereka berani melakukan tindakan, seperti yang terjadi baru-baru ini.

Untuk kalangan cendikiawan dan para intelektual. Teruslah membenah diri. Mendalami ilmu pengetahuan, mengejar ketinggalan. Dan yang lebih penting dari itu semua, kenakanlah pakaian akhlak yang diajarkan oleh baginda Nabi SAW. karena tidak ada artinya saudara sebagai seorang intelektual namun  perangai dan perilaku saudara tidak mencerminkan diri seorang yang berintelektual.

Terakhir, membenah diri dengan ilmu pengetahaun kemudian mengemaskannya dengan akhlak yang mulia ditambah dengan semangat mengejar ketinggalan siang dan malam serta terus-menerus melakukan introspeksi diri. Insya Allah, anak siapa saja akan segan kepada kita. Terus terang,  dengan cara seperti inilah sepatutnya kita lampiaskan kemarahan..!

Penulis : Edi Saputra, MA.
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Al Azhar Fakultas Lughah Arabiah
Tulisan ini sudah pernah di muat di suaraaceh.com tanggal 24 September 2012.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top