Palestina Terbelah

Merasa miris, sedih saat mendengar saudara kita yang se-Islam sedang menimpa musibah merupakan sifatnya seorang Muslim. Rasulullah SAW sendiri sudah mengabadikan dalam sabdanya, bahwasanya tamsilan orang Islam itu bagaikan tubuh yang satu. Bila mana satu organ tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh akan merasa sakit. Hari ini saudara kita di Palestina sedang ditindas dan dibrutal Zionis Israel. Banyak rakyat sipil yang berjatuhan, meyoritas korban adalah kaum wanita dan anak-anak yang tak berdausa.

Banyak rumah warga yang sudah digusur, sehingga mereka kehilangan tempat tinggalnya. Kehidupan rakyat Palestina saat ini bagaikan di penjara meskipun tinggal di tanah airnya sendiri. Apakah kita sebagai ummat Islam sudah merasa sedih saat mendengar berita seperti ini?

Sedih rasanya saat saya lihat wall Facebook dua hari yang lalu. Saat kulihat sebuah status yang di-update oleh seorang tokoh Aceh via BlackBarrynya. Di saat meyoritas FaceBooker memberi semangat kepada Palestina, memposting berita Gaza. Status beliau tersebut malah membuat hati saya teriris, karena isi statusnya sama saja seperti orang tak paham akan kondisi gaza hari ini. Maunya kata-kata tersebut tidak lahir dari mulut orang seperti beliau. "Kadang terasa miris dan sakit di hatiku kalau mengingat saat kami saat Aceh diburu ditembak oleh saudara sendiri dan ribuan yang mati tidak ada Negara Arab yang ribut dan bersuara, termasuk Palestina. Apakah kami harus ribut saat mereka Arab atau palestina diperangi". Iniahi isi status yang sempat mengjengkelkan saya.

Seharusnya seorang tokoh bisa mencerminkan sikapnya peduli kepada Palestina, sehingga dari itu bisa menarik perhatian rakyat untuk membantu.

Tepatkah seorang Muslim bersikap seperti itu disaat saudaranya mengalami musibah? Tentu saja tidak, Agama Islam selalu menganjurkan penganutnya untuk berperilaku baik walaupun kepada seseorang yang sudah membuat salah kepada nya. Rasulullah SAW  saat pergi ke Mesjid menunaikan shalat Shubuh, selalu ada Yahudi yang meludahinya. Sampai mencemari keindahan dan kesucian pakaian putihnya, lantas bagaimana sikap beliau, apakah beliau melakukan hal yang sama untuk menyakiti Yahudi tersebut? Sama sekali tidak.

Malah di suatu Shubuh beliau merasa heran karena tidak ada lagi yang meludahinya dahak, tiba-tiba baginda Rasul mendapat berita bahwa Yahudi tersebut sedang sakit. Beliau langsung menziarahinya dan pada akhirnya Yahudi itu masuk Islam.

Momentum Untuk Berjihad

Dalam kitab suci Alquran (holybook) banyak ayat-ayat yang menganjurkan ummat Islam untuk berjihad, diantaranya surat Al-Baqarah (ayat 190), surat At-Taubah (ayat 41, 111, dan 123,), surat An-Nisak (ayat 71). Dari Hadist juga banyak yang isinya menganjurkan kita untuk berjihad. Seperti yang termaktub dalam Sahih Bukhri, Muslim, Sunan Abu Daud dalam bab Jihad, dan lain-lain.

Makna Jihad dari segi etimologi adalah masdar dari kata 'Jahada', yang berarti mengerahkan tenaga untuk mencapai maksud. Sedangkan menurut terminologi arti jihad adalah mengerahkan tenaga untuk mengokohkan eksistensi Agama Islam, menegakkan kalimatullah, dan menyebar luaskan Syariat Allah di atas bumi.

Para Fuqahak juga telah mengklasifikasikan jihad ini kedalam lima kolompok. Yaitu Jihad Bit T'alim, Jihad Bibazlil Mal, Qital Ad-Difa'i, Qital Al-Hajumi, dan Halah Nafir 'Am. Dari kelima kolompok tadi mengisyaratkan bahwa arti Jihad sangat luas, tidak terbatas dengan mengerahkan satuan militer, dan menggunakan senjata saja.

Melihat bayaknya anjuran dari ayat-ayat Alquran dan Hadist menuju medan Jihad, sudah saatnya kita berjihad. Palestina yang sedang berlumuran darah harus kita gantikan dengan buah kesenangan melalui jihad. Baik jihad Bit T'alim (mengajar), Bazlul Mal (finansial), atupun Jihad Bil Qatli (fisik).

Melalui Jihad Bit T'alim kita bisa memcurahkan berbagai macam pemahaman untuk menyadarkan manusia akan kejadian yang sedang dialami rakyat palestina. Karena hari ini masih ada sebagian orang Islam yang berasumsi bukan Israel yang mendhalimi rakyat Palestina, akan tetapi sebaliknya rakyat Palestina yang mendhalimi Israel, Na'uzubillah. Begitu juga dengan Jihad Bil Mal, sebagai orang Muslim sudah saatnya mengeluarkan kekayaannya, harta bendanya untuk membantu Palestina yang sedang termanggu-manggu meminta pertolongan.

Kebangkitan Arab Spring

Pasca runtuhnya diktator Negara Arab yang dikenal dengan 'Boneka Barat' melalui revolusi, sudah tumbuh benih-benih pemimpin yang mengharumkan Islam di kancah Internasional. Seperti sosok Presiden Mesir ,Dr Muhammad Mursi, PM Palestina Ismail Haniyah, PM Turki Rejeb Taeb Erdogan dan lain-lain. Kehadiran mereka benar-benar membuat Amerika dan sekutunya Israel gentar dan takut kepada Islam.

Kehadiran Mursi sebagai presiden Mesir memang satu momen yang ditunggu-tunggu rakyat Palestina khususnya. Sehingga semenjak terpilihnya beliau sebagai Presiden sudah memberikan konstribusi besar terhadap Palestina.

Sosok Erdogan juga tak kalah hebat dalam dedikasinya terhadap Palestina, beberapa hari lalu di depan media beliau berkata, " Turki tidak akan tinggal diam terhadap agresi  yang digelar Israel atas Gaza, beliau juga mengatakan internasional harus menunaikan kewajibannya  dan mengekang Israel yang sama sekali tidak menghargai resolusi internasional."

Begitu juga dengan Ismail Haniyah, sebagai seorang PM beliau sudah berkeliaran mengibarkan sayapnya ke berbagai Negara Arab untuk meminta diplomasi  kemerdekaan Palestina. Seperti dialog beliau yang dipandu oleh Ahmad Mansour di stasiun televisi Aljazera, Qatar. Dalam dialog tersebut beliau membahas pengaruh revolusi Negara Arab  terhadap permasalah Palestina, program-program Hamas ke depan. Dialog tersebut juga menyinggung pembebasan blokade jalur Gaza, hasil rekonsilasi Hamas-fatah serta pandangan barat-Israel.

Berkat konstribusi mereka yang sangat besar kepada Islam dan Palestina khususnya, penulis merasa bergetar dan sempat meneteskan air mata saat membaca nama Mursi, Erdogan dan Haniyah di media-media. Tapi sangat disayangkan, hanya mereka yang berani bersuara disaat Palestina dihina, di saat pemimpin Islam lain diam seribu bahasa. Sehingga timbul pertanyaan pemimpin Islam lain pada kemana? seakan-akan kemerdekaan Palestina tugas mereka bertiga. Apakah para penguasa Islam lain tidak merasa malu menjadi pemimpin ummat islam! sementara belum membela hak-hak orang Islam yaitu hak rakyat Palestina dan Alaqsa.

Perdana Menteri Qatar Syekh Hamad Jassim bin Jab Thani mengatakan, serangan Israel ke Gaza hari ini setidaknya ada tiga tujuan. Pertama, seiring akan diadakan pemilu di Negara Israel mereka ingin meminta dukungan publik, seperti serangan pada akhir 2008 dan awal 2009 lalu. Kedua, di akhir-akhir ini Palestina sedang mengajukan namanya ke PBB untuk dilegalitas menjadi negara merdeka. Dalam penyerangan ini mereka ingin meruntuhkan niat Palestina tersebut, karena Israel paling tidak ingin Palestina merdeka. Ketiga, penyerangan ini bertujuan untuk membuat orang Islam lupa akan kejadian yang sedang terjadi di Suria, lihatlah dalam dua hari ini tidak ada lagi orang yang membicarakan tentang Suria.

Salah satu tujuan pemimpin Arab membantu Palestina adalah untuk merebut kembali Mesjid Al-Aqsa seperti yang sudah direbut oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Al-Aqsa merupakan salah satu Mesjid yang namanya tercantum dalam Alquran. Merebut Al-Aqsa tidak hanya keinginan mereka saja, tapi juga keinginan seluruh ummat Islam. Al-Aqsa hari ini sedang menjerit meminta pertolongan ummat Islam. Mesjid yang dari dulu dijadikan ummat Islam sebagai tempat sujud, hari ini dikotori Yahudi Israel.

Sebagai orang Islam harus merasa sedih saat Palestina dibungkam, karena membiarkan rakyat Palestina dibrutal sama saja seperti membiarkan Alaqsa dihancurkan. Kita punya amanah untuk merebut Alaqsa, menurut hemat penulis Alaqsa tidak akan bisa direbut sebelum Palestina merdeka. Dalam mewujudkan Palestina merdeka perlu adanya bantuan dari semua ummat Islam.

Ketua Ulama Dunia, Imam Yusuf Al-Qaradhawi dalam pidatonya di Mesjid Al-Azhar mengatakan, Ummat Islam bagaikan satu bangunan yang saling membutuhkan satu sama lain. Jadi, bagaimana bantuan tersebut bisa kita peroleh hari ini. Diantaranya adalah keinginan pemerintah untuk membantu Palestina serta mempengaruhi masyarakatnya dalam mewujudkan bantuan tersebut. Karena kalau pemerintah masih buta dan tidak mau bersuara justru masyarakat akan diam, lebih-lebih lagi masyarakat awam yang kurang pengetahuan tentang dunia internasional.

Kemudian kita harus mewujudkan sikap filantropi sesama Islam, sehingga dalam suasana dunia yang sedang menganut budaya barat seperti hari ini masyarakat bisa merasa sedih di saat saudaranya se-Islam yang mengalami musibah. Selanjutnya kita sebagai ummat Islam harus bersikap kritis, dalam artian tidak takut kepada gertak Yahudi. Lalu kukuhkan jiwa perwira kepahlawanan dalam sanubari ummat Islam, layaknya Khalid Bin Walid , si pedang Allah yang selalu terhunus.

Sehingga Yahudi merasa takut saat melihat semangat Jihad kita yang berkobar. Dan akhirnya iringi dengan doa, selipkan nama Palestina dalam doa kita. karena doa merupakan senjatanya orang Islam. Allahu Musta'an...

Oleh: Abdul Hamid M. Djamil (Mahasiswa Asal Aceh di Universitas Al-Azhar, Mesir)
Sumber: http://www.suaraaceh.com/kolom/tulisan-kolom/opini/1987-palestina-terbelah.html

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top