Nabi Khaidir A.s., Masih Adakah Beliau Saat Ini?


Sampai sekarang, masalah Nabi Khaidir a.s. apakah beliau masih hidup dimuka bumi atau sudah wafat, masih menjadi perdebatan serius para ulama sejarah Islam. Banyak kalangan berpendapat bahwa Nabi Khaidir a.s. yang pernah dijumpai Nabi Musa a. s. seperti yang tercatat dalam Al-Quran surat Al-Kahfi,  masih hidup  hingga saat ini.  Berita tentang perjumpaan wali-wali Allah dengan Nabi Khaidir as beredar luas  di lingkungan masyarakat Islam. Namun sebagian besar ulama-ulama Islam berpendapat bahwa Nabi Khaidir as sudah wafat sejak lama. Dan pendapat yang terakhir lebih mendekati kepada kebenaran.

Selaku mahasiswa, kita dituntut untuk jeli dan kritis menyikapi permasalan ini. Kita tidak bisa hanya mempercayai pendapat-pendapat yang tak berdasar. Harus ada bukti dan landasan ilmiah yang kuat agar apa yang kita yakini benar adanya.

Ulama-ulama besar Islam baik dulu maupun sekarang, telah memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan kehidupan Nabi Khaidir a.s. Banyak kitab-kitab yang membahas tentang Nabi Khaidir untuk mengungkap kebenaran sesuai dengan Al-Quran dan sunnah.

Salah satu ulama Islam yang mengkaji tentang Nabi Khaidir adalah Syaikh Abu Al-Faraj bin Al-Jauzy rahimahullah. Beliau banyak menukilkan dalam kitabnya Al-Maudhu’at (kitab yang mengumpulkan hadits-hadits maudhu’) sebagian besar  hadis-hadis maudhu yang berkenaan dengan Nabi Khaidir. Beliau juga menulis sebuah kitab yang khusus membahas permasalahan ini, yaitu kitab “ عجالة المنتظر في شرح حال الخضر “ (‘Ujalah al-muntadhir fi syarhi haal al-khidri).

Iman Ibnu Katsir rahimahullah sendiri juga telah menukilkan sebagian isi kitab tersebut di dalam kitabnya Al-Bidayah wan Nihayah. Begitu pula Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah dalam kitab Al-Ishabah pada biografi Nabi Khaidir as. Dalam kitab tersebut, Syaikh Abu Al-Faraj bin Al-Jaum74zy rahimahullah berkata, bahwa dalil-dalil yang menguatkan pendapat bahwa Nabi Khaidir as sudah tidak ada lagi di muka bumi ada empat, yaitu Al-Quran, sunnah, ijma, dan dalil aqliyah.

Pertama, Al-Qur’an. Allah swt berfirman, “Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (Muhammad). Maka apabila engkau wafat, apakah mereka tetap kekal”. (QS. Al-Anbiya : 34).   Apakah Nabi Khaidir tetap kekal ?

Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah menambahkan, bahwa jika Nabi Khaidir seorang manusia, maka ia masuk kedalam golongan ayat tersebut. Dan tidak dibenarkan kepada kita untuk mengkhususkannya atau mengecualikannya dari ayat tersebut kecuali dengan dalil yang kuat. Dan tidak ada dalil yang kuat yang mengkhususkan Nabi Khaidir.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah juga berkata, diantara dalil-dalil yang disertakan Ibnu Al-jauzy rahimahullah  dalam kitab ‘Ujalah Almuntadhir fi Syarhi Haala Al-Khidhri adalah, bahwa Allah swt berfirman dalam surat Ali Imran, “Dan ingatlah, ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, manakala aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berkat: ‘Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?’  Mereka menjawab: ‘kami setuju’. Allah berfirman: ‘Kalau begitu bersaksilah kamu para nabi dan Aku menjadi saksi bersama kamu’.(Ali Imran : 81). Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:  “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali mengambil perjanjian darinya, jika Muhammad Saw. dibangkitkan dan dia masih hidup, wajib baginya untuk beriman dan menolong Nabi Muhammad saw. Dan diperintahkan untuk menganbil perjanjian dari umatnya, jika Nabi Muhammad dibangkitkan dan mereka masih hidup, wajib bagi mereka pula untuk beriman dan menolong Nabi Muhammad.” (HR. Bukhari).

Maka jika Nabi Khaidir a.s. seorang wali atau nabi sudah tentu ia termasuk dalam orang-orang yang diambil perjanjian tersebut. Dan jika ia masih hidup pada zaman Rasulullah saw, maka semulia-mulia tempat baginya adalah di sisi Nabi Muhammad saw, sekaligus beriman kepada apa yang diturunkan kepada Rasulullah.

Kedua, Sunnah. Dalam sebuah hadits dikatakan,  “Tidak akan ada lagi seratus tahun kedepan, setiap yang bernyawa pada hari ini”. (HR. Muslim).  Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata menyikapi hadits diatas: “Imam Ibnu Al-Jauzy rahimahullah berkata bahwa hadits ini memematahkan dakwaan yang  mengatakan bahwa Nabi Khaidir masih hidup. Jika Nabi Khaidir tidak hidup sampai zaman Rasulullah saw, itu tidak perlu dipermasalahkan. Namun jika beliau sempat hidup sampai pada zaman Rasulullah saw, berdasarkan  hadits di atas  nabi Khaidir tidak ada lagi setelah seratus tahun kemudian. Maka tidak ada lagi beliau saat ini di muka bumi, karena beliau termasuk dalam keumuman hadits tersebut.”

Ketiga, Ijma Ulama. Imam Ibnu Al-jauzy rahimahullah telah menukilkan kata-kata Imam Bukhari rahimahullah dan Ali bin Musa Ar-Ridha rahimahullah bahwa Nabi Khaidir sudah wafat. Ketika Imam Bukhari rahimahullah pernah ditanyai orang tentang Nabi Khaidir dan Nabi Ilyas alaihuma assalam. Apakah keduanya masih hidup? Maka beliau berkata: “ Bagaimana mungkin itu? Sedangkan Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan tersisa di muka bumi ini seratus tahun ke depan, orang-orang yang ada pada saat ini,” (HR. Bukhari).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga pernah ditanya tentang ini, maka beliau menjawab: “Jika Nabi Khaidir a.s. masih hidup, maka wajib atasnya datang kepada Nabi Muhammad Saw., berjihad bersama Rasulullah, dan belajar darinya. Rasulullah Saw. pada perang Badar pernah berdoa: “Ya Allah, jika engkau menghancurkan jamaah ini (kaum muslimin), maka tidak ada lagi orang yang menyembah-Mu”. Saat itu kaum muslimin berjumlah 313 orang, dan semua diketahui nama-namanya juga nama orang tua dan kabilahnya. Maka dimanakah Nabi Khaidir ketika itu?”

Keempat, dalil aqli. Ada sepuluh macam dalil aqli yang disebutkan oleh Ibnu Al-jauzy rahimahullah  dalam kitabnya, salah satunya bahwa pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Khaidir masih hidup adalah perkataan tanpa landasan ilmiah dan dalil yang kuat. Dan ini diharamkan. Karena jika memang beliau masih hidup tentu ada dalil dari Al-Quran, sunnah dan ijma ulama. Dari ketiga rujukan Islam tersebut, tidak ada satupun yang menerangkan tentang keadaan Nabi Khaidir a.s. Kecuali ketika beliau berjumpa dengan Nabi Musa as. Perjumpaan Nabi Musa a.s. dengan Nani Khaidir pun dalam perdebatan. Kisah dalam Surat Al-Kahfi, tidak sama sekali menyebut nama hamba shalih yang dijumpai Musa a.s. Al-Quran hanya menyebutkan ‘Abdun Shalihun”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Nabi Khaidir a.s. saat ini sudah tidak ada lagi di muka bumi. Dan apabila ada yang berhujjah dengan hadits-hadits nabi Muhammad tentang keberadaan Nabi Khaidir, maka itu semua adalah hadits yang diada-adakan oleh para pendusta terhadap Rasulullah saw. Wallahu A’lam.
(Rujukan: Kitab Al-Manar Al-Munif fi Ash-Shahih wa Adh-Dhaif, Syaikh Imam Ibnu Al-Qayyim Al-jauziyah rahimahullah. Tahqiq Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah, cet. Darussalam, 2012.)

Oleh: Fakhrurrazi Usman
Mahasiswa tingkat III, Jurusan Hadis, Fakultas Usuluddin, Univ. Al-Azhar, Kairo

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top