Game War Commander, Sebuah Upaya Pembodohan


Hidup dalam keadaan yang berubah-ubah adalah bagian dari bumbu kehidupan. Sudah menjadi hal yang lumrah bila kita melihat perbedaan dalam sebuah kehidupan.  Kehidupan rakyat Mesir, misalnya, tentu sangat jauh berbeda dengan cara hidup rakyat Indonesia. Baik dari segi fashion, makanan maupun teknologinya.

Bila kita membuka kembali lembaran sejarah beberapa puluh abad yang silam, kehidupan umat manusia saat itu sangat jauh berbeda bila kita komfrontasikan dengan kehidupan hari ini. Salah satu perbedaan yang segnifikan adalah di bidang media. Dimana kehidupan mereka saat itu belum lahir yang namanya media massa atau pun media elektronik semisal internet atau sejenisnya. Meskipun tingkat intelektualitas mereka kadang jauh lebih berbobot.

Berangkat dari sana dunia jurnalistik juga telah mengalami banyak perubahan. Bermula dari laporan harian kemudian menjadi surat kabar yang tercetak. Dari media cetak berkembang ke media elektronik yang melahirkan radio dan televisi. Tidak berhenti sampai di situ, perkembangan jurnalistik pun terus berlanjut hingga lahirlah media internet sebagai jaringan bebas dan tidak terbatas.

Beberapa tahun yang lalu manusia hanya mengenal internet sebagai tempat mengakses berita dan kirim email. Namun, karena pengaruh internet dalam kehidupan manusia yang begitu cepat, diciptakanlah berbagai macam program untuk membuat internet ini selalu diminati manusia. Mulai dari YM, Twitter, Facebook dan lain sebagainya. Belum cukup lagi, internet terus saja mengorbitkan program-program baru yang lebih berbobot dan mempengaruhi, seperti game di facebook yang bisa diakses oleh facebooker sambil facebookan. Ini merupakan satu hal baru yang sangat diminati oleh kaum remaja dan mahasiswa pada umumnya.

War Commander dan Remaja

Akhir-akhir ini telah lahir satu game yang sangat mirip dengan Red Alert jika anda pernah memainkannya, game tersebut bertitel War Commander. Permainan pada game ini menugaskan kita untuk mempersiapkan unit pasukan sendiri. Lalu secara bertahap membangun markas yang dilengkapi dengan sistem pertahanan serta menghadapi serangan-serangan musuh.

Tidak perlu khawatir anda akan mengalami kesulitan memainkan game ini. Tutorial mengenai cara memainkan game ini akan selalu muncul setiap kali menemukan fitur permainan baru. Tutorial berisikan cara mengendalikan unit untuk bergerak atau menyerang. Serta tutorial cara membangun fasilitas yang dibutuhkan untuk melengkapi markas. Seperti halnya game-game Facebook lainnya.

Game ini juga memungkinkan Anda berbagi dengan teman-teman Anda sesama pengguna Facebook. Terutama untuk mengajak ikut dalam permainan bersama anda. Namun salah satu kekurangan game ini adalah butuh waktu menunggu untuk mengumpulkan sumber daya agar bisa melanjutkan aktivitas dalam permainan.

Kehadiran game ini telah membuat sebagian besar remaja, mahasiswa kita hilang jati dirinya. Meski harus menyediakan berbagai macam fasilitas untuk memainkan game ini tidak menjadi satu alasan yang membuat mereka gagal memainkannya. Seperti harus memiliki komputer atau laptop, selebihnya mereka juga harus menyiapkan koneksi internet yang mantap. Itu semua tidak menjadi kendala bagi sebagian besar remaja dan mahasiswa kita. Bahkan mereka rela bergadang, nongkrong di warnet bagi mereka yang tidak mempunyai PC pribadi.

Bila kita melihat lebih jauh lagi eksistensi game War Commander ini tidak mirip sebuah game yang ditayangkan di dunia maya, tapi lebih seperti kehidupan nyata bagi para remaja kita yang candu akan game tersebut. Dengan harus menyediakan berbagai unit dan pasukan serta menahan dan menyerang pasukan-pasukan lawan itu sudah menjadi satu alasan game War Commander ini layaknya kehidupan nyata yang sedang dilalui oleh sebagian remaja kita.

Upaya Pembodohan

Rasanya, perkataan pepatah Inggris "To day is young tomorrow a leader" sudah sangat sering kita dengarkan.  Julukan sebagai pemimpin masa depan adalah sebuah apresiasi yang sangat spesial bagi kaum remaja. Maka tak heran bila kita sering melihat ada remaja yang menyibukkan dirinya dengan belajar, mengulang, dan membaca buku-buku yang bernuansa kepemimpinan. Namun menjadi suatu yang menyedihkan bila kita melihat sebagian remaja, mahasiswa kita yang larut dalam hal-hal yang melupakan diri mereka sebagai sosok pemimpin masa depan.

War Commander merupakan sebuah game tervaforit di kalangan remaja kita hari ini. Mereka lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan War Commander untuk mengambil harta yang banyak meskipun bersifat khayalan dari pada bergelut dengan belajar, mengulang pelajaran yang bersifat kenyataan. Mereka lebih memilih untuk bergadang waktu malam demi War Commander meskipun kesehatan akan terancam. Padahal mereka mengetahui game tersebut hanya khayalan yang sama sekali tidak membawa keuntungan bagi dirinya lebih-lebih lagi bagi orang lain.

Melihat kepada kehidupan remaja kita yang seperti itu kiranya perlu untuk kita suburkan kembali. Perlu untuk kita arahkan mereka kepada eksistensi seorang pemimpin. Bagaimana persiapan menjadi seorang pemimpin sebelum amanah dipundakkan di atasnya. Akankah berjaya sebuah kehidupan bila tampuknya dipegang oleh remaja yang hanya berbekal sebuah game khayalan? Ini satu hal yang patut kita diskusikan kembali.

Terkadang mereka rela meninggalkan kewajiban demi menjaga harta karun dalam game tersebut biar tidak diserang oleh lawan. Ini merupakan sebuah pembodohan. Kenapa tidak? Jika tampuk kepemimpinan dipegang oleh kombatan War Commader yang tidak berbekal ilmu tentunya akan membuat kehidupan rakyatnya selalu berkhayal. Karena, sejatinya para rakyat akan lebih condrong untuk mengikuti pemimpinnya.

Selain membuat pemainnya selalu berkhayal, selebihnya game ini juga telah menyia-nyiakan waktu mereka yang seharusnya dipergunakan untuk belajar. Oleh karena itu, meninggalkan game tersebut adalah sebuah altertanif yang sangat tepat untuk keseriusan belajar tentunya. Selebihnya juga untuk menjaga kestabilitas kesehatan kita tanpa harus bergadang untuk menjaga harta karun khayalan. Semoga!

Oleh: Abdul Hamid M Djamil
Penulis: Anggota IPSA (Ikatan Penulis Santri Aceh)


Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top