Yuk Kita Talaqqi


Al-Azhar masih berdiri kokoh di usianya yang mencapai ribuan tahun. Tidak mengenal lelah, tetap eksis dalam memberikan ilmu kepada para thalib  yang datang dari berbagai benua. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu dari ulama-ulama besar Al-Azhar, yang kelak akan dibawa pulang ke kampung halaman sebagai penghilang dahaga terhadap kekeringan percikan ilmu pengetahuan.

Pesona Al-Azhar cukup mapan dalam mengikat hati para pencinta ilmu untuk datang dan berjuang disini. Begitu banyak para penuntut ilmu di negeri kinanah ini dengan tujuan dan kepentingan masing-masing.Namun, menuntut ilmu agama tentu menjadi perioritas utama mereka.

Akan tetapi, tujuan tersebut kerap berputar arah dan tak karuan.Nah, melalui tulisan ringan ini penulis ingin mengajak pembaca untuk mengintropeksi diri. Apakah kita telah melaksanakan apa yang seharusnya kita laksanakan selaku insan penuntut ilmu, penerus panji agama islam? Karena penulispuntermasuk salah satu dari mereka.

Fenomena masyarakat KMA dengan segudang kesibukan dalam berbagai bidang. Baik itu organisasi, talaqqi, kuliah dan sebagainya menurut penulis adalah ilmu. Bergelut dalam organisasi, memperoleh ilmu organisasi. Giat mengikutitalaqqi memperoleh ilmu talaqqi. Aktif mengikuti Muhadharah memperoleh ilmu di bangku kuliah. Tapi, alangkah baiknya jika mampu menyeimbangkan ketiga ilmu tersebut.

Aktif  berorganisasi bukanlah hal yang menghambat kita untuk talaqqi, begitu juga sebaliknya.Karena sebagai mahasiswa, kita harus lihai membagi waktu.Sedangkan kuliah, merupakan 'fardhu 'ain' nomor satu yang harus ditunaikan oleh tiap masyarakat KMA. Sebab tujuan utama kita datang ke bumi Ambiya' ini untuk kuliah dan merupakan amanah dari orangtua.

Janganlah bermalas-malasan, sebagaimana Shahib al Lamiah mengatakan dalam syairnya:“ Uthlub al ilma wa la taksal  fama ab’ada khaira ‘ala ahli al kasal”(Tuntutlah ilmu dan jangan bermalas-malasan, karena kebaikan itu menjauhi orang-orang yang bermalas-malasan)

Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Mujadilah ayat 11: '' Allah mengangkat (derajat) orang- orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu beberapa derajat."

Dalam ayat di atas lafal"darajat"berbentuk nakirah yang bermakna kemuliaan. Kemuliaan itu mencakup kemuliaan dunia dan akhirat. Ini merupakan salah satu diantara sekalian banyak kelebihan bagi seorang penuntut ilmu. Kemuliannya itu akan tetap dikenang di dunia bahkan sampai di akhirat nantinya.

Dalam menggambarkan kelebihan penuntut ilmu, seorang penyair mengatakan ''Fadhfar bi al 'ilmi ta’isy hayyan bihi abada, al- nasu mauta wa ahlu al'ilmi ahya'' (perolehlah ilmu karena dengan ilmu kamuhidup selamanya, manusia itu mati sedangkan orang berilmu tetap hidup).

Tidak hanya sampai di situ, Allah akan menjaga siapa saja diantara mereka yang  menuntut ilmu, terutama ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah Swt.. Karena tujuan kita menuntut ilmu adalah untuk menambah ketaatan kepada sang pemberi ilmu. Rasulullah Saw. bersabda dalam shahihBukhari-Muslim: '' Siapa saja  yang Allah inginkan kepadanya kebaikan maka Allah menguatkan kepadanya pemahaman terhadap agama".
Menuntut ilmu di sini dengan menghadiri majelis-majelis ulama atau lebih dikenal dengan talaqqi. Sistem belajar seperti ini merupakan manhaj yang Rasulullah gunakan dalam menyampaikan risalah Islam kepada para sahabat beliau sampai tersebar ke seluruh penjuru dunia.Imam Hasan al-Bashri  pernah menyebutkan:

“Dunia ini dipenuhi oleh kegelapan kecuali majelis-majelis ilmu bersama para ulama.”

Menghadiri majelis ilmu dengan ulama-ulama dapat menambah kebaikan, ketaatan, keberkahan danselalu dalam lindungan Allah Swt.. Sesuai dengan perkataan Ibnu Sirin: ''Hendaknya kamu bermajelis dengan orang yang jika hanya dengan melihatnya maka hal itu sudah mengingatkanmu pada Allah, kewibawaannya membekas di hatimu, ucapannya memotivasimu dalam beramal, amalnya membuatmu zuhud di dunia, dan kamu tidak bermaksiat kepada Allah selama kamu berada didekatnya. Dia menasihatimu dengan perbuatan, tidak  dengan perkataan."

Seandainya kita melihat biografi perjuangan ulama-ulama al-Mutqaddimin dalam memperoleh ilmu, mereka tidak pernah sekalipun meninggalkan majlis, walupun dalam keadaan darurat.

Dalam hal ini silahkan buka kembali kitab shafhat min shabril 'ulama karya ulama muta’akkhirin:Abdul Fattah Abu Ghuddah. Di dalam kitabnya beliau menceritakan sepakterjang ulama-ulama tentang kesungguhan mereka menuntut ilmu. Meskipun banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi, mereka tetap bersemangat untuk mengais ilmu, tidak pernah bosan, seolah-olah ilmu itu adalah santapan pagi dan petang.

Majelis ilmu seperti yang diadakan di mesjid Al-Azhar merupakan majelis bersama ulama secara nyata. Karena, pengajarnya adalah ulama-ulama besar Al-Azhar seperti Syaikh Al-Azhar:Dr. Ahmad Thayyib,  Syaikh Dr. Ali jum’ah, Syaikh Dr. Hasan al-Syafi’i, Syaikh Usamah Azhari dan ulama-ulama terkemuka lainnya.

Saya mengatakan, Ini adalah kesempatan yang tak akan datang kedua kalinya bagi kita untuk bisa duduk dan menerima ilmu langsung bersama ulama-ulama besar tersebut dengan menghadiri majelis-majelis mereka.
Alangkah ruginya, bagi mereka yang selama berada di negeri kinanah ini tidak menyempatkan hadir dalam majelis tersebut yang diadakan hanya untuk mencari ridha Allah Swt..

Penulis sangat kagum serta iri kepada para pelajar malaysia atau yang lebih dikenal dengan sebutan pak cik dan makcik. Mereka begitu istiqamah dan iltizam dalam menghadiri majlis talaqqi di mesjid Al-Azhar. Jauhnya tempat tinggal tidaklah menjadi bumerang untuk talaqqi,tapi yang diperlukan adalah himmah untuk mendapatkan ilmu. Semoga Allah juga memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita, sebagaimana yang telah Allah berikan kepada para kekasih-Nya: ambiya' wal mursalin.Amin ya Rabbal 'alamin.

Oleh: Tgk. Tabsyir Masykar, Lc
(Pernah dimuat di Buletin Pendidikan KMA, edisi ke XXI ( Zulhijjah 1432 H/ November 2011)

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top