Rapai Geleng dan Likok Pulo KMA Goncangkan Panggung Festival Internasional di Mesir

Tarian Likok Pulo
Kmamesir.org. (3/4/2016). Sanggar Seni Aneuk Nanggroe kembali unjuk kebolehan dengan tampil di panggung Opera House Damanhur. Sanggar kebanggaan KMA ini mewakili Indonesia pada ajang Damanhour International Folklore Festival Ke-IV yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Mesir. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 1-7 April ini juga diikuti oleh berbagai negara seperti Yordania, Cina, Aljazair, India, Kenya, dan Palestina. Masyarakat Mesir sendiri tampak begitu antusias dengan acara ini.

“Penonton sangat terpukau dan memberi tepuk tangan yang berulang-ulang saat Likok Pulo dan Rapai Geleng tampil di awal acara malam tadi.” Ucap pihak KBRI yang bertugas mendampingi perwakilan KMA. Selain Rapai Geleng dan Likok Pulo, Indonesia juga diwakili oleh tarian Srikandi oleh mahasiswi dari Jawa Tengah. 

Khalid Muddatstsir selaku ketua Sanggar Seni Aneuk Nanggroe saat dihubungi tim redaksi menjelaskan bahwa ini adalah penampilan perdana bagi tarian Likok Pulo. 

"Ini adalah penampilan perdana tarian Likok Pulo. Dengan tempo latihan yang relatif singkat yaitu 3 minggu, tarian Likok Pulo bisa tampil maksimal dan berhasil memukau semua penonton yang hadir. Sedangkan untuk Rapai Geleng, seperti biasa, selalu menghibur. Cuma pada penampilan kali ini kami menampilkan sedikit improvisasi dan beberapa gerakan baru." Tambah Khalid.

Tarian Rapai Geleng
“Likok Pulo dan Rapai Geleng merupakan jati diri orang Aceh. Sudah seharusnya kita menjaga warisan endatu dan pasti kami akan selalu tampil maksimal dalam setiap event, dimanapun dan kapanpun itu.” Ucap Farhan Jihadi selaku pelatih Likok Pulo.


Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir setiap tahunnya selalu berusaha memberikan kontribusi dalam memperkenalkan budaya Aceh dalam berbagai kegiatan, baik itu di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir maupun kepada masyarakat Mesir dalam skala Internasional. Budaya Aceh adalah budaya syariat dan sangat layak untuk diperkenalkan kepada dunia.

“Setiap selesai penampilan kita biasanya tidak langsung mengganti kostum dulu. Karena biasanya kami memberikan momen foto-foto bersama masyarakat Mesir yang datang. Biar mereka tahu bahwa budaya Aceh adalah budaya luhur dan ramah.” Tambah Sabrun saat jumpa fans di depan gedung opera yang dibangun Raja Fuad I pada tahun 1930. (HJ)

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top