Sesuai Fakta Al-Quran, Penelitian Modern Mengungkapkan Ternyata Hati Juga Berpikir

(Image source: Google Image)

Berbeda dengan hewan, otak manusia adalah ciptaan Allah yang paling menakjubkan. Ia dianugerahi keistimewaan sehingga dapat melakukan proses pemikiran yang tidak mampu dilakukan oleh makhluk lainnya. 

Selama ribuan tahun kita berkeyakinan, hampir tidak ada bantahan terhadap otak sebagai satu-satunya organ yang digunakan untuk berpikir. Padahal nyatanya tidak demikian. Ada organ lainnya yang juga berpikir dalam tubuh manusia.

David Paterson, Ph.D. Seorang guru besar di Universitas Oxford, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Mercola dalam artikel ilmiahnya, menemukan bahwa otak kita bukanlah satu-satunya sumber emosi, tapi hati juga turut andil dalam menghadirkan emosi. Hati kita benar-benar mengandung neuron yang serupa dengan otak. 

Hati dan otak manusia saling terhubung erat, menciptakan keseluruhan emosional simbiosis.

Neuron adalah hal yang memungkinkan otak berpikir. Banyak neuron di dalam hati kita yang masih belum diketahui. Masih menurut Profesor David, satu hal yang pasti, "otak" di dalam hati kita berkomunikasi bolak-balik dengan otak di kepala. Ini seperti komunikasi dua arah.

Seperti dilaporkan Metaphysicsforlife.com, Sejak tahun 1991, Institute of Heartmath yang berlokasi di Boulder Creek, Colorado, telah mempelajari kekuatan dan pengaruh hati manusia terhadap otak dan tubuh. Apa yang mereka temukan bertentangan dengan apa yang kebanyakan diajarkan serta dipercayai oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat kita.

Penelitian ilmiah tersebut mengungkapkan bahwa hati manusia ribuan kali lebih kuat dan berpengaruh dibanding otak dalam mengirimkan sinyal dan informasi ke bagian tubuh manusia lainnya. 

Hati manusia berkomunikasi dengan otak dan tubuh dengan menggunakan hormon, sistem saraf, dan medan elektromagnetik. Otak juga menghasilkan medan elektromagnetik, namun jauh lebih kecil dan lebih lemah daripada medan hati.

Masih menurut penelitian, hati juga memompa hormon ke seluruh tubuh dan mengatur banyak fungsi, termasuk pemikiran dan persepsi di otak. Bidang elektromagnetik yang menyelimuti tubuh menciptakan semacam lingkungan lokal yang telah terbukti mempengaruhi perilaku DNA di sel manusia.

Yang paling tidak biasa dari semua adalah kemampuan pikiran hati untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan gambar aktual ke otak. Sinyal-sinyal ini diubah menjadi kata-kata, gambar, suara dan bentuk lain yang dapat kita gunakan untuk berkomunikasi, menciptakan, dan berhubungan satu sama lain.

Jauh sebelum itu, sekitar empat belas abad yang lalu, Al-Quran telah datang dengan pesan jelas terhadap fenomena “hati yang berpikir” tersebut. Ulama Muslim sendiri telah mendalami maksud Al-Quran tentang hal ini, sehingga Imam Syafi’i, Imam Malik dan ulama lainnya berpendapat bahwa akal sebenarnya terletak di hati. Mereka berkeyakinan bahwa hatilah yang mengirim sinyal ke otak. 

Pendapat para ulama Muslim ini berdasarkan firman Allah dalam ayat Al-Quran yang menyebutkan secara jelas tentang berpikirnya hati seperti dengan lafaz "yafqahun" atau "ya’qilun".

Kami telah menjadikan untuk isi neraka Jahanam, kebanyakan dari manusia dan jin. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk berpikir. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat. Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih hina lagi, Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami (berpikir) atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 49)

Dalam surat Al-A’raf ayat 179 di atas, Allah memakai kata "yafqahun", sedangkan di surat Al-Hajj ayat 49 Allah menggunakan kata "ya’qilun". Kedua kata ini menunjukkan arti yang sama yaitu memahami atau berpikir.

Mayoritas kita selama ini hanya beranggapan bahwa hati hanya tempat lahirnya rasa cinta, kasih sayang dan empati. Jauh daripada itu semua, hati memiliki peran yang sangat sakral dalam proses berpikir. 

Hati bekerja sama dengan otak, sehingga ia tidak hanya berpikir sendiri. Hal inilah yang akhirnya membentuk pikiran manusia secara kompleks. Hubungan hati dan otak ini juga melahirkan perasaan kasih sayang kepada orang lain dan timbulnya rasa simpati. Rasa empati dan simpati inilah yang menjadikan kita sebagai makhluk Allah yang paling paripurna.

Demikianlah Allah telah menjelaskan secara gamblang bahwa hati manusia berpikir layaknya otak. Sesuatu yang sudah belasan abad lalu disampaikan melalui Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.

Farhan Jihadi

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top