Khalifah Pertama Dinasti Abbasiyah: Abu Abdullah As-Saffah (132-136 H)

Gambar ilustrasi: Google image

Nasabnya

Abu Abbas bin Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim, ibunya Raithah binti Abidullah bin Abdullah Harishiyyah Arabiah.

Sang Khalifah Pertama lahir di Hamimah pada Rajab tahun 104 H. Sejak kecil ia hidup dan belajar bersama para ulama, terutama ayahnya, Muhammad Ali. Darinyalah ia belajar seluk beluk dakwah juga menyiarkan kekhalifahan Abbasiyah. Sepeninggal sang ayah, ia belajar berdakwah dari saudaranya Ibrahim (yang dijuluki imam) sampai ia ditangkap oleh khalifah terakhir dinasti Umayyah, Marwan bin Muhammad. 

kemudian dakwah tersebut diteruskan oleh Abu Abdullah Saffah bersama saudaranya Abu Jakfar yang kemudian menjadi khalifah kedua Dinasti Abbasiyyah. Sebenarnya Abu Jakfar lebih tua delapan tahun dari Abu Abbas. Ayahanda mereka berdua mendahulukan sang adik karena nasab Arabnya yang murni. Abu Jakfar sendiri, ibunya berasal dari suku Barbariyyah dan bernama Salamah. Pembaiatan Khalifah Abu Abbas dilakukan pada Rabi’ul Awwal tahun 132 H di kota Kuffah.

Laqab Abu Abbas

Ia di-laqab-i dengan As-Saffah dikarenakan banyaknya pertumpahan darah pada awal kekuasaannya. Walau demikian, Ibnu Qutaibah dalam kitabnya “Imamah wa Sijasah”dan sebagian sejarawan berpendapat bahwa Saffah tidak ditujukan padanya akan tetapi kepada pamannya, Abdullah bin Ali. Sebagian ahli sejarah lain berpendapat Saffah berarti banyak memberikan bantuan atau sumbangan, dan ada juga yang berpendapat Saffah berarti fasih lisannya.

Manuskrip sejarah yang terkenal dan menjadi pegangan (rujukan) seperti: Thabari, Yakqubi, Dinuri, dan Jahsyiari, tidak memberikan nasab "Saffah" kepada khalifah pertama. Mereka hanya menyebutkan Amirul Mukminin Abu Abbas, laqab Saffah baru muncul dalam kitab sejarah yang ditulis pada abad ke-4 H, seperti kitab Akhani Abi Farj Asbahani.

Politik abu abbas

Pada awal kekhalifahannya, Abu Abbas lebih memfokuskan struktur dan jabatan Amir di setiap wilayah. Meninggalnya khalifah Bani Umayyah Hisyam bin Abdul Malik menjadi salah satu tanda kelemahan dinasti Ummayah. Hal ini dimanfaatkan Abu Abbas untuk melakukan pemberontakan. 

Tepat pada saat selesainya pembaiatan, kabar tersebut sampai di telinga Marwan. Maka dia langsung berangkat dengan pasukan besarnya untuk memadamkan pemberontakan. Abu Abbas memerintahkan pamannya, Abdullah bin Ali untuk memerangi khalifah terakhir dinasti Umayyah, Marwan bin Muhammad.

Terjadilah perang antara kedua kubu ini di Zabul Mausul. Pasukan Umayyah mengalami kekalahan telak. Marwan sendiri melarikan diri ke Mesir. Namun demikian salah seorang panglima perang Abbasiyah, Shalih bin Ali mengikutinya dan berhasil membunuhnya di kota Busir, Fayyum pada 27 Zulhijjah 132 H. Dengan kemenangan Abbasiyah ini, maka berakhirlah dinasti Umayyah. 

Sebelum meninggal Abu Abbas mengangkat saudaranya, Abu Jakfar Mansur sebagai putra mahkota. Abu Abbas meninggal disebabkan sakit cacar di kota Anbar, yang kala itu menjadi ibu kota negara. Dia dimakamkan di istananya pada 13 Zulhijjah 136 H. 

Ahmad Khusairi.


مراجع :

ابن قضاعي : عيون المعارف و فنون الخلائف ص 391 , تحقيق : د. جميل مصرى
تاريخ الطبرى : ج 7 , ص 15
السيوطي : تاريخ الخلفاء , ص 205 , تحقيق : جمال محمد مصطفي 
د. محمد حسب الله : فى تاريخ دولة بني العباس, ص 89
تاريخ اليعقوبى :ج 2 , ص 349- 363 
مسعودي : مروج الذهب : ج 3 , ص 294
ابن أثير : كامل فى التاريخ : ج, 4 ص, 347
















Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top