Al-Azhar, Harapan Bagi Persatuan Umat Islam dan Dunia

Oleh: Ali Akbar Alfata*
Ulama Al-Azhar. (Image: Azhar.eg)
Islam telah menempuh perjalanan yang begitu jauh hingga sampai ke titik hari ini. Tentu saja, kita semua telah mengetahui berbagai kelemahan Islam di era modern ini, kelemahan itu bisa disebabkan oleh pemeluknya ataupun musuhnya. Kelemahan ini yang akhirnya menimbulkan perpecahan dan pertentangan dalam Islam itu sendiri. Hal ini adalah realita yang tidak dapat kita pungkiri lagi. Bukan juga merupakan hal baru, apabila dikatakan bahwasanya tujuan Al-Azhar, sebagai instansi Islam terbesar dan tertua dunia, dalam hiruk pikuk yang terjadi hari ini, memiliki cita-cita mulia, yaitu persatuan umat Islam, tentu, ini adalah cita-cita yang telah mewakili setiap umat Islam hari ini yang sudah jenuh dengan berbagai perpecahan hari ini.



Persatuan umat yang didambakan ini tidak hanya angan-angan belaka bagi Al-Azhar. Namun, hal ini benar-benar diimplementasikan melalui gaung-gaung persatuan dan perdamaian yang diserukan di berbagai penjuru dunia. Al-Azhar senantiasa menjadi wadah umat Islam dan dunia yang haus akan persatuan, karena persatuanlah yang akan mengeluarkan kekuatan serta kekokohan umat. Benar lah kata seorang penyair Arab : 

تأبى الرماح إذاجتمعن تكسرا فإذافترقن تكسرت آحادا 

Apabila tombak-tombak itu disatukan, ia tidak akan patah, akan tetapi apabila ia dipisahkan, ia dapat patah terpisah-pisah.

Permasalahan terkait persatuan umat Islam telah menjadi perhatian utama Al-Azhar sejak beralihnya kekuasaan dari Fathimiyyah dan membentengi aqidah Ahlussunnah wal Jamaah hingga hari ini. Dalam perjalaan Islam, Al-Azhar telah berperan besar dalam mengajarkan nilai-nilai risalah Islam kepada segenap umat dunia atas dasar yang teguh nan kuat, juga menelisik kaidah serta keindahan bahasa arab serta turast Islam yang diiringi dengan pemahaman yang benar dan kuat akan Al-Quran dan Sunnah.

Al-Azhar telah menjalani hal ini selama 1000 tahun lebih, menurunkan buah pikir ini dari masa ke masa, dengan melewati berbagai kondisi sulit serta segala tantangannya, tapi tetap mampu berdiri tegak berpegang teguh pada tali (agama) Allah, berada di jalan-Nya yang lurus, dan terus menghadapi berbagai pertentangan dan kekacauan serta konflik yang benihnya ditanamkan oleh musuh-musuh Islam, kemudian disambut oleh orang-orang awam, dan akhirnya seluruh umat Islam yang harus menanggung rasa sakit ini dan harus membayar dengan harga yang mahal. 

Al-Azhar dalam perjalanannya menggapai persatuan umat Islam, tidak lelah-lelahnya mengingatkan hal yang seringkali tidak disadari oleh umat, bahwasanya, Ahlussunnah wal jamaah adalah mayoritas umat Islam yang berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah, mengagungkan para sahabat baginda Nabi Muhammad, serta berpegang pada turats yang telah ditinggalkan oleh ulama-ulama terdahulu, mulai dari mutaqaddimin hingga mutaakhirin, di antaranya adalah Imam abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali. Demikian pula ulama-ulama lain seperti Imam Asy’ari, Maturidi, Junaid Baghdadi, Harits Al-Muhasibi, Al-Qusyairi, Al-Ghazali, serta ulama hadis dan ahli fikih; dari masa Bukhari, Muslim, sampai kepada Ibnu Aqil, Ibnu Al-Jauzi, Ibnu Qudamah, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim Al-Jauzi, Ibnu Daqiq Al-‘ied, Al-Subki, Ibnu hajar, Al-Syatibi, Al-Suyuthi, rahmatullah alaihim; semuanya adalah orang yang telah menghidupkan budaya intelektualitas kita, begitu juga mereka lah yang telah menyebarkan syariat kita yang mencakup seluruh umat manusia apapun bahasanya, dan berkembang ke setiap wilayah penjuru dunia. 

Setiap penuntut ilmu pasti mengetahui bahwa para Imam Asya’irah menetapkan dalam kaidahnya, pada kata “Ahlussunnah wal Jamaah” , istilah yang menghimpun Asya’irah, Maturidiyyah, hingga para ahli hadist, seperti yang diurarakan Imam Ar-Razi dan Al-Isfarayni dalam kitab At-Tabshir. Hal ini menunjukkan bagaimana Ahlussunnah wal Jamaah sebagai istilah penghimpun berbagai golongan ini sebagai lambang persatuan umat Islam. 

Al-Azhar menilai bahwasanya persatuan bukan hanya permasalahan teoritis yang didapatkan di berbagai referensi terpercaya Ahlussunnah wal Jamaah saja. Namun, ia benar-benar diimplementasikan secara nyata dan jelas, penyelenggaraan pendidikan di Al-Azhar selalu diwarnai dengan corak pemikiran yang seimbang, memadukan antara intelektualitas yang moderat dan aqidah teguh terkait dengan persatuan umat Islam selama mereka masih berkiblatkan Ka'bah Baitullah. 

Sebagai bukti, Al-Azhar dalam perjalanan pendidikannya, memiliki tenaga pengajar yang merupakan ulama yang muktabar dengan berbagai latar belakang dan perspektif yang berbeda, ulama Al-Azhar dari masa ke masa memiliki ciri khas yang sangat luar biasa. Mereka dalam setiap penelitiannya selalu saja memiliki pengamatan yang luas, dan pada hakikatnya, setiap sebuah pengamatan itu meluas, pastilah sumber pemikiran yang dimiliki beragam, seorang peneliti yang memiliki pengamatan yang luas tidak akan berpegang pada satu sumber, atau pada satu pemikir, atau pada satu mazhab tertentu, pemikiran yang seperti inilah yang akhirnya menyelamatkan kita dari radikalisme serta fanatisme dan akan mendapat keluasan hati dan elastisitas dalam berpikir. 

Oleh karena itu, Al-Azhar di bawah komando Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad Ath Thayyeb, sangat memperhatikan elastisitas tersebut dalam kurikulum dan diktat-diktat kuliahnya, agar mahasiswa Al-Azhar terbiasa berinteraksi dengan berbagai teks para imam dengan berbagai latar belakang berbeda, menanamkan spirit moderatisme dalam hati setiap mahasiswanya; mengurangi dan menghilangkan segala kecenderungan fanatisme dan ekstremisme. Semakin jauh ke depan, Al-Azhar menjadikan topik persatuan umat Islam sebagai pesan utama untuk dunia hari ini, karena dengan adanya persatuan, perpecahan akan sirna, dan kelemahan dan kehinaan yang telah disematkan pada kita akan sirna pula.

Dalam berbagai kesempatan, Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Thayyeb, selalu mengampanyekan perdamaian lintas agama, dan mengecam segala tindakan yang menghasut kebencian dan permusuhan di antara sesama manusia dan umat beragama. Meskipun berbagai usaha yang Al-Azhar lakukan sampai hari ini, tidak dapat dipungkiri memang belum bisa kita katakan selesai. Namun, itulah cita-cita mulia Al-Azhar dan umat dunia untuk membuat dunia sebagai tempat yang nyaman bagai seluruh makhluk.


Tentulah, gaung persatuan ini haruslah diteruskan dan disambut serta dipikul oleh duta-duta muda Al-Azhar dari berbagai penjuru dunia, kita tidak boleh goyah akan permusuhan serta perpecahan yang musuh Islam tanamkan di dalamnya. Kita senantiasa merangkul umat bahu membahu membangun agama ini menuju persatuan yang diharapkan, persatuan ini akan terwujud dengan seruan duta-duta muda Al-Azhar yang telah ditempa dengan pemikiran Al-Azhar yang luhur. Sebagai Anak Al-Azhar, tentulah kita telah mengakui bahwasanya kita berpegang teguh pada Al-Quran, yang di dalamnya ada titah-Nya yang mulia, 

ولا تنازعوا فتفشلوا و تذهب ريحكم و اصبروا...

“ Dan janganlah kalian berbantah-bantahan yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah...”[]

*Penulis adalah mahasiswa tingkat satu Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top