Kemuduran Barat dan Manipulasi Sejarah Pembakaran Perpustakaan Alexandria (Bagian II)

Oleh: Muhammad Mutawalli Taqiyuddin* 
(Image: history101.com)

Setelah membaca bagian sebelumnya, Manipulasi Sejarah Pembakaran Perpustakaan Alexandria Mesir lantas bagaimana bisa dikatakan oleh sebelah Barat kalau yang mengklaim abu bara yang tersisa dari pembakaran ratusan ribu manuskrip Yunani di Perpustakaan Museion (sebuah perpustakaan terbesar yang menjadi lumbung keilmuan kuno dan yang dibakar oleh bangsa Arab, sebagaimana klaim Barat) abu bara tersebut telah dimanfaatkan oleh Arab sebagai bahan bakar di tempat-tempat pemandian umum selama enam bulan! Padahal telah jelas diketahui bahwa pemandian tersebut belum ada di Alexandria ketika kota tersebut di bawah kekuasaan Kristen yang ajarannya cenderung memusuhi tubuh manusia. Dan sejatinya abu itu sudah diterbangkan angin Utara ke padang pasir sejak jauh mundur enam abad sebelumnya! 

Dari pemaparan ini, jelaslah tampat satu fenomena kemunduran intelektual yang sedang menimpa Barat. Kemunduran intelektual yang amat mencolok ini menjelaskan seberapa besarnya tekad Barat untuk menyematkan terhadap Arab sebuah tuduhan zalim yang direkayasa sedemikian rupa, dan seberapa besar pula mereka menikmati pemalsuan fakta-fakta sejarah, mengatakan hal-hal yang mustahil, dengan mudahnya membuat rincian peristiwa yang tidak memilki dasar, tak lain tak bukan semua itu hanya hasil dari khayalan semata. 

Pada saat yang sama, mereka mengubur dalam-dalam fakta sejarah yang yang memang ingin mereka sembunyikan selama-lamanya walaupun telah adanya usaha beberapa peneliti sejarah yang objektif dan berhasil mengungkap pemalsuan yang nyata tersebut. Bahkan pada tahun 1989 M, dapat disaksikan mereka di Jerman sengaja mengabaikan fakta sejarah yang tampak jelas bagi setiap orang-orang tersebut.

Mereka susun ulang sejarah itu dengan sengaja, percaya diri, dan diikuti dengan keburukan moralitas mengenai mitos pembakaran tak berperikemanusiaan terhadap semua jejak yang sengaja dibuat-buat dan disebarkan dengan kobaran Perang Salib (abad ke-13 Masehi), di mana seorang Arab Kristen mengklaim Amr bin ‘Ash membakar perpustakaan yang berada di Istana Kerajaan Alexandria. 

Tanpa malu juga mereka merekayasa atau membuat kebohongan atas nama Khalifah Umar bin Khaththab yang diakui dunia sebagai salah satu pendiri negara terbesar dan terkenal memiliki kemampuan, kecakapan serta kecerdasan yang sangat cemerlang. Mereka menuduhnya melakukan hal naif, picik dan amat bodoh yang tidak ada lagi kebodohan pasca itu. 

Kata-kata yang disematkan secara zalim kepada Khalifah Umar ra. sebagai sosok teladan, terkenal akan pandangannya yang luas itu menunjukkan bagaimana bodohnya akal sang pelaku. Tidak pernah sama sekali kaum muslimin menyebut Al-Quran sebagai “Kitab Segala Kitab”, justru ini adalah gelar yang digunakan Kristen untuk Al-Kitab mereka karena meniru ajaran Yunani yang merupakan gaya khas dari para bapa pendeta gereja dalam berpikir dan berekspresi. 

Pertentangan-pertentangan yang sudah disebutkan pada part sebelumnya, menghasilkan tiga sisi tinjauan yang jelas berdasarkan fakta sejarah : 

1. Islam hanya melaksanakan pembukuan Al-Quran, karena sejak awal Al-Quran adalah satu-satunya kitab yang diturunkan, walaupun Nabi Muhammad Saw. juga diberikan sesuatu yang lain berupa Sunnah, yang berperan dalam merincikan dan menerangkan informasi global dalam Al-Quran. 

2. Sejarah hidup Amirul Mukminin Umar ra. sendiri bertolak belakang dengan kebodohan dan tindakan semena-mena yang dituduhkan kepadanya dalam sebuah kutipan palsu yang direkayasa, karena dia sendirilah yang mendiktekan teks perjanjian dengan semua negara-negara yang telah ditaklukkan, yang mana Amr bin ‘Ash sebagai komandan pasukan berkomitmen kepada perjanjian itu untuk tidak merusak tanah negara yang telah menyerah, tidak merusak tanamannya, hartanya, kehormatannya apalagi darahnya. Itu semua berdasarkan peringatan Rasul serta pesan-pesan beliau yang mengecam atau mengharamkan perampasan dan penjarahan. 

Demikian pula teks yang sama didiktekan Khalifah Umar ra. dalam perjanjian keamanan yang dilakukan dengan Patiark Byzantium Muqawqis di Alexandria, di mana perjanjian tersebut merupakan salah satu perjanjian yang tercapai berkat keagungan, kebijaksanaan dan toleransinya sang Khalifah. Di samping perjanjian keamanan dan kesepakatan damai lainnya sebelum maupun setelah itu yang tercapai di bawah naungannya. 

Kitab Perjanjian Lama, Ulangan, pasal 7: 5-16, telah merekam berbagai pesan Musa kepada kaumnya ketika mereka keluar dari Mesir 1800 tahun yang lalu menuju Kan’an yang kebetulan berlawanan dengan apa yang dilakukan oleh Amru, Musa berkata : “Akan tetapi hal ini kalian lakukan kepada mereka: kalian runtuhkan altar mereka, kalian hancurkan berhala-berhala mereka, kalian potong patung-patung mereka dan kalian bakar dengan api... Dan kamu makan semua yang diberikan Tuhan kamu Yahweh, janganlah berbelas-kasih terhadap mereka.” 

Kebalikan dari itu ditemukan perjanjian damai Arab yang didiktekan Khalifah Umar ra. dan diberlakukan untuk semua Dzimmi, di mana itu oleh panglima Amr bin ‘Ash dijadikan sebagai komitmen juga dalam perjanjiannya dengan Patriark Alexandria Maqawqis. Telah disebutkan di dalamnya : “Perjanjian ini berlaku untuk semua rakyat Kristen, para pastur, biarawan dan biarawati, dengan memberikan keamanan bagi mereka di manapun mereka berada; di gereja-gereja, rumah-rumah serta objek tujuan ziarah dalam ibadah mereka dan mereka diizinkan untuk mengunjunginya.” 

3. Khalifah Umar ra. sangatlah paham akan keinginan dan perintah Rasul terhadap umatnya untuk menuntut ilmu, agar setiap muslim bisa menuntut ilmu, dorongan ini telah diriwayatkan dalam banyak Hadits Nabi Saw. Dan Rasul pula adalah seorang teladan yang baik bagi para sahabat dan tabi’in. Beliaulah yang mendorong untuk menuntut ilmu walaupun dari orang kafir sekalipun. 

(ولو بالصين). 

“Meskipun/Sampai ke Negeri Cina” 

Maka dilihat dari segala bentuk toleransi dan keterbukaan universal yang dimiliki Islam bagi setiap ilmu pengetahuan ini, dari manapun sumbernya, jelaslah kejahilan atau kebodohan klaim yang menuduh adanya pembakaran buku-buku di Alexandria tersebut dengan dalih “Di dalamnya terdapat apa yang sesuai dengan Kitab Allah, sehingga buku-buku tersebut tidak dibutuhkan lagi!” 

Kesimpulan 

Jika ada yang mengatakan Islam hanyalah agama yang mementingkan kekuasaan dan berbagai tuduhan tak masuk akal lainnya. Maka tunjukkan bahwa Agama Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Menyeru pemeluknya agar tidak direnggut oleh kebodohan dan kebencian. Rasulullah Saw. pernah bersabda : 

“Tinta seorang penuntut ilmu setara dengan darah seorang yang syahid.” 

Malahan berbeda dengan metode Kristen yang bapa gerejanya memerangi ilmu pengetahuan dan penelitian dengan dalih bahwa hal itu “menjadikan mereka kembali berbuat dosa,” mereka ulang-ulang apa yang ditegaskan oleh Tertullian yang mengklaim bahwa “siapa yang datang setelah Isa” tidak boleh “menjadi peneliti sains atau peneliti ilmu pengetahuan, karena apa yang terdapat dalam injil sudah cukup” mereka justru beranggapan bahwa yang benar adalah : Seseorang akan sesat dan salah dalam berpikir kalau mempelajari alam materi. 

Berbeda sekali dengan Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, maka dari itu mustahil umat muslim yang memilki akal sehat serta yang menjalankan syariat dengan benar tiba-tiba dengan bodohnya membakar perpustkaan serta seluruh isinya karena dianggap bertentangan dengan Al-Quran. Justru Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw. memerintahkan kita untuk selalu menuntut ilmu dari awal hingga akhir hayat.

Wallahu a’laa wa a’lam.

Referensi : 
-Hunke, Sigrid, “Allah ist ganz anderz – Enthullung von 1001 Vorurteilen uber die Araber;(Allah Tiada yang Menyerupai-Nya)”, Pusat Terjemah Al-Azhar, Cairo: 2018.
-Bagir, Haidar, "Buku Saku Filsafat Islam", Mizan Digital Publishing, Bandung: 2006
-Soleh, M. Ag, Dr. H. A. Khudori, "Filsafat Islam: Dari Klasik Hingga Kontemporer", Ar-Ruzz Media, Jogjakarta: 2016
-“Alexandria, Perpustakaan Pertama di Dunia”, primaindisoft.com.[]

*Penulis adalah Mahasiswa tingkat I, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top