Mengenal Makam Raja Islam Tertua di Nusantara

Oleh: Ananda Putri Rahmi*
Ilustrasi Kerajaan Aceh Dulu (Sumber foto: historia.id)

Tahukah kamu kali ini saya akan memperkenalkan tempat wisata yang cocok bagi kamu yang belum tahu sejarah atau bahkan yang menyukai dan ingin tahu tentang sejarah. Wisata kali sasarannya adalah makam Malikussaleh, iya makam Malikussaleh yang menyimpan sejuta bukti dan saksi bagaimana Islam tersebar ke Nusantara hingga ke seluruh Asia Tenggara. Ingin tahu? Yok kepoin.

Makam Sultan Malikussaleh ini terletak di Desa Beuringen, kecamatan Samudera, kabupaten Aceh Utara menjadi salah satu destinasi wisata utama yang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik dari lokal maupun dari berbagai negara mancanegara, selain itu mereka berkunjung sekaligus untuk berziarah ke makam tersebut serta ingin tahu seluk beluk sejarahnya. Siapakah Malikussaleh tersebut? Ia adalah pendiri kerajaan Islam Samudera Pasai yang bernama asli Meurah Silu lalu berganti nama menjadi Malik as-Shaleh setelah dia memeluk agama Islam juga merupakan Raja pertama Kerajaan Samudera Pasai yang pernah menyebarkan Islam di Asia Tenggara.

Dalam buku "Awal Masuknya Islam ke Aceh" Dr. Husaini Ibrahim mengutip dari Hikayat Raja Pasai. Dikisahkan tentang pembukaan negeri Samudera Pasai dan raja-raja pertama masuk Islam bahwa Raja Meurah Silu yang pertama masuk Islam dan menerima pakaian kebesaran dari utusan Syarif Mekkah H. Ismail. Setelah Meurah Silu diislamkan oleh Syarif Mekkah barulah namanya berubah menjadi Malik as-Shaleh. 

jagdfakta.files.workpress.com

Adapun bukti sejarahnya bisa dilihat dari batu nisan Malik as-Shaleh yang berhias kaligrafi ayat-ayat suci al-Quran yang memiliki nilai sejarah tinggi dan uraian tentang penghormatan kepada Sang Sultan. Selain itu batu nisan ini juga menjadi bukti shahih bahwa Islam telah masuk dan berkembang di bumi Nusantara sejak ratusan tahun silam. Selain itu dalam buku “Tinggalan Sejarah Samudera Pasai” Taqiyuddin Muhammad, seorang peneliti sejarah dan kebudayaan Islam menyebutkan inskripsi dari batu nisan Sultan Malik as-Shaleh yang tertulis sebagai berikut:


هذا القبر المرحوم المغفور التقي الناصح الحسبب النسيب الكريم العابد الفاتح المقلب سلطان ملك الصالح الذي انتقل من شهر رمضان سنة ست وتسعين وست مائة من انتقال النبوية سقى الله الثره وجعل الجنة مثواه لا اله الا الله محمد رسول الله


Makna dari kalimat itu adalah “Inilah kubur orang yang dirahmati lagi diampuni, orang yang bertaqwa lagi pemberi nasihat, orang yang berasal dari keluarga terhormat dan dari silsilah keturunan terkenal lagi pemurah, orang yang kuat ibadah, lagi pembebas, orang yang digelar dengan Sultan Malik as-Shaleh yang berpulang ke rahmtullah pada bulan Ramadhan tahun 696 dari hijrah Nabi Saw. Semoga Allah menyiramkan Rahmat-Nya ke atas pusarannya serta menjadikan syurga tempat kediamannya. Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah."

Kerajaan Samudera Pasai sendiri merupakan kerajaan Islam yang terbesar di Indonesia pada abad ke-13 yang bukan hanya menjadi pusat perdagangan internasional, tapi juga menjadi titik peradaban dan pendidikan Islam. Selain itu, merupakan kerajaan pertama di Nusantara yang pernah menyebarkan Islam di Asia Tenggara tahun 1270-1297 M.

Makam Sultan Malikussaleh ini berdampingan dengan makam anak lelakinya yang bernama Sultan Muhammad Malik az-Zahir yang memimpin kerajaan Samudera Pasai 1297-1326. Sultan Malik az-Zahir semasa hidupnya digelar syamsud dunya waddin karena pada masanya Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan dan masanya koin emas menjadi mata uang rakyat Aceh pada masa itu dengan sebutan deureham

Penjaga makam Sultan Malikussaleh, Tengku Ahmad Yus mengatakan makam ini setiap hari ramai dikunjungi para wisatawan baik dari Aceh maupun luar Aceh bahkan mancanegara di antaranya sebagian berasal dari negara Asia Tenggara, ada juga wisatawan yang berasal dari Turki, Jepang, Qatar, India, serta beberapa negara lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 

Dikatakan bahwa para pengunjung mereka rata-rata ingin ziarah dan ingin melihat langsung makam Raja pertama di kerajaan Samudera Pasai juga untuk menggali sejarah kejayaan Raja Malikussaleh. Adapun kegiatan lain yang dilakukan para wisata ketika berkunjung di antaranya, melaksanakan ibadah seperti mengaji, shalat, dan melepas nazar.

Makam Sultan Malikussaleh (Sumber foto: Instagram @geragetrip)

Setiap tahun masyarakat setempat memperingati haul Sultan Malikussaleh yang berlangsung setiap pertengahan bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan seperti pembacaan tahlil dan santunan anak yatim. Peringatan ini dimaksudkan untuk mendoakan seluruh keluarga kerajaan yang telah berjasa dalam menyebarkan Islam terutama di Tanah Rencong, Aceh dan Asia Tenggara khususnya Indonesia serta dalam melawan kolonialisme. Saat ini nama sultan Malik as-Shaleh diabadikan menjadi nama kampus di Aceh dan nama Bandara di Aceh Utara dengan nama Malikussaleh.

Kerajaan Samudera Pasai yang telah bertahan lebih dari dua abad ini runtuh pada tahun 1517 setelah diserbu oleh Portugis yang sebelumnya telah menguasai Kesultanan Malaka pada tahun 1511. Sehingga muncullah setelah itu kesultanan baru Aceh yang berpusat di Kutaraja (Banda Aceh) yang didirikan oleh Ali Mughayat Syah, kerajaan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Aceh Darussalam. 


*Penulis adalah Mahasiswi Markaz Dauratul Lughah Syekh Zayed

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top