Ayo Kembali Ke Turats!!


Oleh: Maulizal Akmal Muhammad*

Sumber foto: Pinterest.com

Beberapa pekan yang lalu, dunia Islam sempat dihebohkan dengan diselenggarakannya Konferensi Internasional Al-Azhar yang bertema “Pembaruan Pemikiran Islam". Konferensi ini berlangsung selama dua hari, 27-28 Januari 2020 dan dihadiri oleh pemimpin, ulama dan cendikiawan muslim dari 41 negara. Di antaranya juga termasuk Indonesia yang diwakilki oleh Prof. Quraisy Shihab dan tiga lainnya. Konferensi ini berhasil merumuskan 29 rumusan pemikiran baru Islam yang dibacakan oleh Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Thayyeb pada penutupan.

Selama berlangsungnya konferensi ini, ada satu kejadian yang sangat mencengangkan dan menjadi sorotan netizen. Yaitu rektor Cairo University, Prof. Muhammad Utsman Al-Khusyt menyatakan bahwa pembaharuan dalam Islam bisa dilakukan dengan cara  kembali kepada Al-Quran dan sunnah dan melupakan turats (khazanah, manuskrip atau karya-karya ulama terdahulu), karena turats lah yang membuat umat Islam terbelakang di era modern.

Pernyataan ini pun dibantah dengan tegas tapi santun oleh Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Thayyeb bahwa turats bukan lah penyebab kemunduran Islam, malahan turats inilah yang memicu kejayaan Islam berabad-abad yang lalu. Sekarang ini, bukan lagi masa untuk mempermasalahkan turast. Tapi, yang harus dipermasalahkan adalah bagaimana cara muslim untuk bangkit. Muslim harus bisa membuat senjatanya sendiri, mobil, komputer pesawat terbang dan lain sebagainya.

Bantahan Syekhul Azhar ini tentunya mendapat apresiasi besar dari para hadirin dalam acara konferensi tersebut dan dari muslimin di berbagai tempat. Bagaimana tidak? Sungguh masuk akal apa yang disampaikan oleh Syekh Al-Azhar bila kita memperhatikan keadaan umat Islam saat ini.

Sumber foto: Pinterest.com

Umat Islam di Era Modern

Tak dapat dipungkiri, keadaan umat Islam di masa ini benar-benar sesuai seperti apa yang dijanjikan nabi Saw. Kita banyak seperti buih di lautan, tapi selalu diterjang ombak kemudian terhampas kepinggiran. Ekonomi kita terpuruk, kekuatan kita melemah, intelektualitas kita juga terbelakang.

Ada yang mengatakan, “Kita masih hebat kok!! Banyak tokoh-tokoh hebat dari Islam di era ini. Seperti presiden Recep Tayyip Erdogan, Raja Salman bin Abdul Aziz, Habib Umar bin Hafizd, Prof. Syekh Ahmad Thayyeb, Syekh Ali Jum’ah, perdana Menteri Mahatthir Muhammad, politikus Muhammad Bechari, pemain sepak bola Muhammad Salah dan masih banyak lagi. Bahkan, banyak negara-negara Islam yang maju. Seperti Brunei Darussalam, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan lain sebagainya.”

Iya, memang benar mereka adalah the top of moslems in the world. Tapi, sangat memalukan jika kita bersembunyi di balik alasan itu dan kita juga tidak bisa menyangkal fakta. Fakta bahwa banyak saudara-saudara kita yang tertindas. Penjajahan Palestina yang belum nampak titik akhir, konflik di negara-negara Islam di Timur Tengah, belum lagi berbicara soal Rohingya dan Uyghur. Kita benar-benar sedang diadu domba dan diobrak-abrik oleh musuh.

Fakta bahwa umat Islam telah dibodohi oleh sistem dan aturan yang dibuat oleh manusia dan melupakan aturan-aturan Islam yang dibuat oleh Tuhan, baik itu sistem politik, ekonomi, aturan dalam negara dan lain-lain. Banyak dari kita merasa bangga dengan sistem-sistem itu. Seakan-akan dengan menganut sistem-sistem tersebut masyarakat kita sudah dianggap modern, sedangkan masyarakat yang menggunakan syariat Islam sebagai undang-undang dianggap kolot dan melanggar hak asasi manusia, karena aturannya yang kejam.

Kemudian saat kita merasa tidak puas terhadap aturan bodoh yang telah kita anut. Akhirnya kita mengeluh, berselisih dengan sesama dan mulai menyalahkan Tuhan, menganggap-Nya tidak adil, kemudian berpaling dari-Nya. Sehingga kita jauh dari rahmatnya. Padahal kita tahu, akal manusia sangat terbatas. Sistem yang manusia ciptakan pun terbatas dengan lingkunngan, tempat dan waktu di mana mereka hidup. Beda halnya dengan Yang Maha Kuasa. Dia lebih tahu segala sesuatu mengenai hamba-Nya. Sebab itulah aturan yang Tuhan ciptakan mencakup seluruh kehidupan manusia, tapi kita malah memilih sistem bodoh manusia dan meninggalkan sistem Tuhan yang telah diturunkan kepada kita.

Tidak hanya itu, fakta juga menunjukkan bahwa umat Islam saat ini sudah kehilangan jati dirinya dan semakin terkontaminasi dengan budaya-budaya yang sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Lebih-lebih kalangan kaum muda. Banyak dari anak muda kita melupakan pentingnya belajar walaupun mereka sedang menjalani proses belajar. Mereka sibuk bermain game, nonton anime, pacaran, tik tok-an dan lalai dengan sosial media yang seharusnya mereka gunakan untuk membantu mereka dalam belajar.

Mereka lebih menyukai dan meniru idola-idola mereka dari pemain sepak bola, oppa dan unnie korea, artis papan atas dan lain-lain. Mulai dari cara mereka bersikap, berpakaian, gaya rambut dan cara mereka berbicara. Sungguh menyedihkan!

Padahal zaman dulu, ketika seorang Eropa berkunjung ke Timur Tengah, kemudian pulang ke tanah asalnya dengan mengenakan jubah dan sorban, ia akan sangat dibanggakan dan disanjung-sanjung oleh masyarakat. Karena ia telah membawa kemodernan. Zaman sekarang sebaliknya, kita yang berkunjung ke Eropa kemudian pulang ke tanah air dengan mengenakan jas dan celana jeans akan dianggap hebat oleh orang-orang. Karena kita membawa ke-modern-an.

Zaman dulu, syair Arab menggemparkan dunia dan menjadi salah satu seni budaya terfavorit di Eropa, bahkan dunia. Zaman sekarang sebaliknya, umat Islam lebih menyukai lagu Alan Walker, Camella Bello, Maroon 5 dan lagu-lagu barat lainnya. Kita sibuk meng-cover lagu mereka dan lupa mempelajari seni kita sendiri. Ini menjadi bukti bagaimana terbelakangnya budaya Islam.

Ini masih seperdua dari problematika yang umat Islam alami dewasa ini. Kita belum membicarakan soal terpecah belahnya Islam, lahirnya Islam sekulerisme, pluralisme dan ajaran-ajaran baru lainnya. Perang antar saudara yang berkepanjangan, fitnah teroris dan sebagainya. Sungguh menyebalkan jika kita terus-terusan membicarakan hal ini. Tapi harus dibicarakan. Agar umat Islam tahu bahwa banyaknya tantangan dan rintangan yang harus dipecahkan di masa ini, sehingga mereka tidak lalai dan terlelap dengan kecanggihan dunia di era ini.

Seharusnya umat Islam di era ini tidak lagi menyalah-nyalahkan ajarannya. tidak lagi mengatakan bahwa turats tidak penting. Umat Islam harus menjaga dan memperbaiki yang telah ada dan menambah kekurangan, dengan cara menjaga sekaligus mempelajari turats ulama terdahulu dengan baik dan menambah pengetahuan tentang ilmu-ilmu modern yang sudah berkembang pesat di zaman ini.

Padahal turats peninggalan ulama terdahulu adalah satu-satunya warisan mereka yang paling berharga. Di dalamnya terdapat berbagai macam pemikiran-pemikiran mereka dan kita dapat tahu seperti apa perjalanan agama Islam dari masa nabi hingga sekarang. Turast adalah kunci kejayaan Islam di masa kegemilangannya.

Sumber foto: Amazon.com


Ayo kembali ke Turats!!

Kembali ke turats tidak berarti meninggalkan ilmu-ilmu modern. Kembali ke turats berarti mempelajari kembali turats Islam dan tetap memperhatikan kemajuan modern, serta memperbarui isi-isinya sesuai keadaan zaman. Turats adalah cerminan dari agama Islam itu sendiri. Dengan mempelajari turats umat Islam akan mengetahui jati diri agama Islam yang sebenarnya.

Kesalahan yang terjadi di zaman sekarang adalah ketika muslim belajar agama dari buku-buku modern biasa yang di dalamnya tidak membahas hukum Islam secara menyeluruh. Mereka tidak lagi mempelajari Islam dari kitab-kitab ulama yang telah ditulis berjilid-jilid dan di dalamnya menjelaskan hukum secara mendetail. Akibatnya mereka hanya mengetahui secuil dari ajaran islam. Kemudian sok-sokan mengajari orang lain dan menghakimi orang lain baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Lebih mengerikan lagi mereka yang mencoba memberi fatwa kepada masyarakat. Tidak hanya itu, bahkan ada muslim yang mempelajari agama dari buku-buku yang ditulis oleh orientalis. Yang seperti ini sangat berbahaya.

Termasuk juga kesalahan yang fatal di zaman ini, saat umat Islam ingin langsung mempelajari agama dari Al-Quran dan sunnah. Mereka tidak percaya turats, karena turats adalah buatan manusia. Bahkan, banyak kita lihat para da’i di zaman ini yang mengajari orang lain hanya bermodalkan hafalan Quran 30 juz dan menghafal beberapa hadis, kemudian mereka mencoba menafsirkannya sesuai terjemahannya atau sesuai pemahaman mereka. Akibatnya penafsiran mereka tidak sesuai dengan makna sebenarnya dari ayat Quran atau hadis yang mereka bacakan. Masyarakat yang awam terhadap ilmu agama pasti akan percaya tentang apa yang telah mereka sampaikan. Apalagi yang mereka sampaikan masuk akal. Ironisnya, orang yang mendengar pun akan meyakininya dan lama-kelamaan keyakinan itu akan melekat dalam hati mereka. Sehingga, mereka akan susah mempercayai hal-hal baru yang mereka dengar, walaupun itu kebenaran.
   
Hal demikianlah yang membuat umat Islam jauh dari agamanya. Karena umat Islam tidak tahu, seperti apa sebenarnya keyakinan yang mereka anut? Bukankah lebih baik, jika kita mempelajari Islam lewat orang-orang yang lebih mengetahui Islam? Seperti Imam Syafi’i, Imam Ghazali, Imam Nawawi, Syekh Zakariya Al-Anshary, Imam Ibnu Hajar Al-Haytami dan lainnya. Karena mereka lebih paham agama.

Lalu, bagaimana cara kita mempelajari Islam lewat mereka, bukankah mereka sudah tiada? Tentu tidak.

Ulama-ulam terdahulu tentulah masih hidup. Mereka ada di sekeliling kita. Mereka hidup dalam karya-karya mereka yang masih bertahan hingga sekarang. Alangkah baiknya kita bisa mempelajari Islam lewat buku-buku mereka, dengan cara kita berguru pada orang-orang yang lebih alim dari kita. Buku-buku yang mereka tinggalkan itulah turats.

Semua yang ada dalam turats juga bersumber dari Al-Quran dan hadis. Bukan semata-mata hasil pikiran mereka. Mereka paham Al-Quran dan hadis. Mereka telah diberikan derajat yang tinggi oleh Allah Swt. dalam agama. Bukankah lebih baik, kita mempelajari Al-Quran dan hadis lewat mereka? Dari pada kita mempelajarinya sendiri atau dari orang-orang yang belum tentu alim.

Nah, itulah salah satu pentingnya turats dalam kehidupan umat Islam. Kebangkitan Islam bukan dengan ekonomi. Kita berikan uang sebanyak-banyaknya terhadap umat Islam. Sehingga mereka menjadi kaya raya dan dengan kekayaan itu mereka bisa menguasai dunia. Tidak!! Bahkan, bisa saja dengan kekayaan, muslim akan semakin terpecah belah. Karena, jika kita melihat kembali sejarah, pada masa Nabi Saw. dan sahabat ra, sangat banyak muslim yang hidup miskin dan sederhana, tapi mereka hidup makmur dan damai.

Pendek kata, Islam akan bangkit saat umat Islam kembali mengenali jati dirinya. Saat muslim mengenal dirinya dengan benar, mereka pun akan sadar dan keyakinan mereka takkan bisa digoyahkan lagi, sehingga mereka menjadi kuat dan berani melawan semua penindasan. Bukankah sejarah Islam juga menceritakan pada kita? Bahwa adanya tentara dengan jumlah kecil, tapi keyakinannya tak bisa digoyahkan bisa mengalahkan tentara dengan jumlah yang besar.

Karena itu, peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik anaknya, begitu juga guru dalam mendidik murid-muridnya. Orang tua semestinya mengenalkan dan memaksa anak-ananknya untuk mengenal sejarah, peninggalan-peningalan ulama terdahulu dan budaya-budaya Islam. Jangan hanya mengenalkan anak-anak kecanggihan-kecanggihan era modern atau hanya membesarkan mereka dengan memberi segala kebutuhannya tanpa mengajarkan mereka agama.

Begitu juga guru yang mengajar di sekolah-sekolah. Guru harus mendoktrin dalam kepala murid-muridnya tentang pentingnya sejarah, peninggalan-peninggalan ulama dan budaya-budaya Islam. Kemudian, jangan mengambil materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang tidak jelas sumbernya. Alangkah baiknya, jika guru yang mengajar agama adalah orang yang benar-benar paham agama. Karena itu, sebaiknya sekolah-sekolah umum menyewa guru agama dari pondok-pondok, jangan mereka-mereka yang hanya belajar agama sepintas lalu.

Di samping itu, cara paling efektif yang bisa kita lakukan untuk menyadarkan umat Islam adalah saling menasehati antar sesama. Menyadarkan mereka-mereka yang lalai. Mengingatkan orang-orang yang lupa. Memberi tahu yang tidak tahu. Selebihnya yang bisa kita lakukan adalah berdoa kepada Allah Swt. dan menyerahkan segala urusan kepadanya, semoga umat Islam bisa bangkit kembali seperti yang terjadi di masa dulu. Amin ya Rabbal 'Alamin.

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo.


Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top