Hadiri Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bersama MPR-RI, Delegasi KMA Sampaikan Aspirasi Masisir

Foto bersama usai sosialisasi empat pilar. (sumber: dok.kmamesir.org)
Kmamesir.org (26/02/20). Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) mengadakan kegiatan sosialisasi empat pilar kebangsaan di Balai Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Cairo, Garden City pada senin (24/2). Acara yang dibuka oleh Duta Besar RI-Mesir, bapak Helmy Fauzy itu dihadiri oleh jajaran staf 1 KBRI Cairo, Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI), Wihdah, utusan dari setiap kekeluargaan nusantara, organisasi mahasiswa, dan berbagai elemen masyarakat Indonesia yang ada di Mesir. 

Kegiatan sosialisasi empat pilar MPR RI mempunyai tujuan di antaranya, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, dan Ketetapan MPR. Selain itu, sosialisasi juga digelar untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemahaman dan penerapan nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan sehari-hari.



Sosialisasi ini dipimpin oleh Abraham Paul Liyanto sebagai ketua rombongan delegasi yang juga menjabat sebagai sekretaris Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di MPR bersama delapan delegasi MPR RI lainnya. Lawatan tersebut bertujuan untuk menanamkan prinsip dan pemahaman yang benar pada generasi muda Indonesia terhadap empat pilar bangsa agar mampu menangkal paham-paham radikal dan intoleran baik untuk diri sendiri juga lingkungan sekitar. 


Di samping itu para mahasiswa juga diberikan ruang diskusi terkait empat pilar kebangsaan baik dari segi materi maupun praktek lapangan. Pada kesempatan itu, salah seorang mahasiswa asal Aceh mempertanyakan hak jaminan kesehatan para WNI yang berada di luar negeri khususnya kalangan pelajar.

“Bapak dan Ibu sekalian, izinkan saya menyampaikan bahwa mayoritas pelajar disini notabenenya non beasiswa dan kami mendapati kesulitan dalam pelayanan kesehatan ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang teramat tinggi di Mesir, tidak sedikit dari teman pelajar yang merenggang nyawa di kasur rumah sakit, pertanyaan saya, terkait hal ini apakah bapak ibu sudah pernah mendengar sebelumnya atau ini menjadi kali pertama? Apakah negara masih bertanggung jawab atas hak kesehatan kami? Dan langkah apakah yang akan ditempuh kedepannya sebagai bentuk kehadiran negara dalam menjamin hak kesehatan masyarakat nya?” papar mahasiswa tingkat dua Fakultas Ushuluddin Al-Azhar. 

Dalam menanggapi pertanyaan tersebut, Anggia Erma Rini selaku anggota komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengatakan, “Masukan yang disampaikan Mas ini sangat baik dan langsung saya sampaikan ke grup komisi IX DPR untuk kami diskusikan kedepannya. Sejauh yang saya tahu selama ini memang belum ada kajian mendalam tentang hal ini. 

"Selain itu, fokus kita selama ini adalah para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada di luar negeri. Biasanya mereka memiliki asuransi kesehatan, sedangkan untuk para pelajar jika mereka berangkat dari jalur beasiswa, pemerintah akan menanggung penuh segala kebutuhan dari living cost, asuransi hingga biaya visa namun untuk teman-teman pelajar yang berangkat mandiri akan kita bahas kedepannya."

Baca juga: Wihdah Adakan Farewell, Keputrian KMA Jadi Keputrian Terbaik

Menghadapi arus deras radikalisme yang tak hanya menerjang Indonesia, sudah sepatutnya pemerintah mengambil manuver kebijakan untuk membendung dampak buruk yang bisa muncul sewaktu waktu. Sosialisasi empat pilar kebangsaan ini merupakan satu dari sekian banyak langkah ikhtiar yang ditempuh pemerintah dalam upaya melindungi generasi muda Indonesia dari paham radikalisme dan sejenisnya. “Kalau salah paham tidak apa nanti kita beri tahu pemahaman yang benar, tapi kalau gagal paham itu yang sulit karena tidak mau menerima kebenaran” tutur Abraham Paul Liyanto. 

Untuk memberikan sedikit angin segar atas kekhawatiran para delegasi MPR RI, mahasiswa asal aceh tadi menambahkan bahwa metode washatiyah atau moderat yang diajarkan Azhar kepada para mahasiswanya sangat jauh dari kata radikal bahkan nilai-nilainya pun bertolak belakang. 

“Disini kami diajarkan bahwa mencintai tanah air adalah bagian dari iman. Dan saya yakin tujuh ribu mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir jauh dari paham radikal” pungkas salah satu delegasi Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA).[]

Fikri Haekal

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top