Semangat Pemuda dalam Menyongsong Masa Depan yang Lebih Cerah

Oleh: Muhammad Zulfa*
Sumber foto: santrijagad.com


Kawan! Tahukah kamu bahwa pemuda itu sebagian dari orang gila? Iya dia sebagian dari orang gila, bagaimana orang gila berani melakukan sesuatu yang orang waras enggan melakukannya, begitulah pemuda berani menaruh cita-cita besar karena semangatnya.

Kawan, tahukah mengapa dalam hadis nabi "manusia-manusia yang akan mendapatkan naungan di hari kiamat". Naungan pemuda sama dengan hakim yang adil, sedangkan yang lain martabatnya di bawah keduanya. Mengapa demikian?

Bukankah jika pemuda itu kokoh dalam ketaataan, giat dalam kebaikan maka efek positifnya sangat besar dalam aktivitas sosial masyarakat. Karena pemuda umumnya yang tampil dalam panggung dunia ini, pemuda dan hakim yang adil sama dalam memberi efek terhadap sosial masyarakat. Begitu pun sebaliknya, jika dia lalai, dalam hal yang tidak diridhai Tuhanya, efeknya juga sama besar. Buktinya bisa kita saksikan sekarang, bagaimana pengaruh pemuda yang kurang baik dalam masyarakat kita? Mareka menang dalam hal yang kurang baik.

Kita sebagai pemuda Islam, sudikah kalah dengan saudara kita itu? Sampai kapan kondisi umat ini kita serahkan pada mareka? Iya, semoga kita sama-sama sedang menempuh jalan untuk memperbaiki keadaan. Kemudian siapakah pemuda itu? Apakah pemuda yang umurnya 15 hingga 35? Bukan kawan, dewasanya seseorang lebih pada substansial, ruh, semangat dan cita-cita yang besar.

Jika tidak, maka sama saja pemuda dengan anak kecil, juga kakek tua dari segi gairahnya. Jadi dimana perbedaan pemuda yang istirahatnya tidak kalah sama dengan kakek-kakek? Bandingkan perbedaan pemuda yang biasa bermain dengan anak kecil, yang main dari siang sampai malam? Sama aja, hanya umurnya yang membedakan mereka berdua.
Sumber foto: infopena.com

Pemuda adalah manusia yang mempunyai dua sayap.  Sayap pertama semangat, sayap kedua cita cita. Dengan dua sayap inilah mareka terbang. Dengan dua inilah mareka berkhidmah untuk agama.

Bukankah agama ini kekal, bertahan hingga sekarang karena jasa pemuda? Lihat siapa di sekeliling nabi saat awal mula dakwah? Sayidina Ali, Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Mush'ab bin Umair dan banyak lagi. Dengan ketangguhan mareka agama ini kekal sampai hari ini. Begitu juga kisah perjuangan nabi terdahulu, sebutkan saja perjuangan Nabi Isa As., bukankah hawariyun adalah sekelompok pemuda? Lihat, bagaimana ajaran Nabi Ibrahim As. dibantu oleh pemuda sehingga tersebar hingga jazirah Arab, siapa dia? Nabiyullah Ismail As.

Kita sebagai pemuda yang sedang belajar, adakah semangat belajar kita seperti Imam Haramain, yang di masa kecilnya sudah menghafal kitab Risalah karya Imam Syafi'i dan telah membaca 12.000 lembar tentang Ilmu Kalam? Kisah ini diceritakan oleh Ibnu Khalkan (lahir 608 H) dalam kitabnya Wafiyatul A'yan.

Syekh Ali Jum'ah dalam satu khutbahnya berkata, "zaman gelap ini kita butuh sosok-sosok Imam Nawawi berikut semangatnya untuk agama!". Sultanul ulama, 'Izzudin Ibnu Abdi Salam di masa mudanya membaca kitab Nihayatul Mathlab karya Imam Haramain cuma 3 hari, Nihayatul Mathlab adalah kitab induk Mazhab Syafi'i yang dikarang 20 jilid lebih.

Seorang pemuda, semakin ia belajar maka semakin bersemangat dan haus akan ilmu, Ibnu Jauzi (520 H) berkata, "di umurku 80 semangatku lebih membara ketimbang masa mudaku," begitulah seharusnya semangat yang ada pada pemuda.

Keluhan dari sebagian orang karena umurnya sudah tak lagi muda. Kawan, kenalkah dengan bapak kedokteran Abu Bakar Ar-Razi? Sang penemu alkohol dan asam sulfur, orang pertama yang meneliti penyakit cacar dan sang pelapor bedah saraf dan mata, Ibnu Khalkan dalam kitab sejarahnya "Wafiyatul A'yan" menceritakan bahwa Abu Bakar Ar-Razi (lahir 251 H) belajar kedokteran di umur 40 tahun.

Atau kita sering dengar ocehan sebagian orang yang diucapkan tanpa berpikir panjang, "ehh ilmu agama ini seperti ekor tikus, semakin lama semakin mengecil. Jadi sesungguh apapun kamu belajar tetap biasa saja". Penulis mengkritik kalimat ini dengan kutipan dari Syekhul Azhar, Syekh Hasan Al-'Atthar (lahir 1180 H) dalam kitabnya "Hasyiah 'ala Jam'ul Jawami'" (jilid kedua) yang kesimpulannya "masa awal sangat menentukan kompeten kehebatan seseorang ketimbang masa setelahnya, bukan berarti tidak ada kelebihan di masa mendatang dari masa sebelumnya, akan tetapi kemampuan di masa awal dilihat dari tabaqah, atau kemajemukan. Kemudian setelah itu kemampuan dari perorangan, (individu)".
Sumber foto: islam.co

Syekh Zahid Kautsari dalam makalahnya bercerita, Ada seorang ulama aqliyah alllamah Kalanbawi (lahir 125 H) dengan kesungguhannya belajar, orang Eropa terheran-heran dengan penguasaan ilmu matematika, logaritma. Bahkan suatu hari, saat ada pertunjukan aksi militer Turki Ustmani, di tengah-tengah aksi salah satu alat berat perang seperti meriam macet, pelurunya sumbat tidak keluar. Hingga pakar militer kehabisan daya untuk mengolahnya. Akhirnya mareka panggil Syeh Kalanbawi untuk mengecek meriam tersebut, dengan ilmu sainsnya peluru itu tertancap dengan mulus. Lihat bagaimana pemuda Islam dulu, paham sains, ahli agama bisa menyelesaikan perkara yang bahkan pakarnya sendiri tidak bisa. 

Jadi, agama ini kekal hingga sekarang karena perjuangan pemuda. Di masa pertumbuhannya, mareka kerahkan semangat untuk berkhidmah untuk agama. Jika tidak, bagaimana mungkin agama ini tersebar dari ujung Timur ke ujung Barat dalam waktu 59 tahun? Bagaimana bisa, padahal agama ini datang dari 'ummi, dari peradaban yang biasa saja, hanya butuh 150 tahun menjadi umat yang tidak ada tandingan dalam sejarah umat manusia. Bukanlah itu hasil dari jerit payah pemuda?

Kawan, adakah di masa muda kita ini gigihnya seperti kegigihan Sayyid Syarif Jurjani, di umur 13 tahun beliau sudah mampu menulis hasyiah terhadap Syarah Syamsiah. Menurut Syekhul Azhar, Syekh Hasan Al-'Atthar dalam Hasyiah 'ala Isaghujiy, Syarah Syamsiah termasuk kitab yang sulit dipelajari di zamannya.

Jadi Islam kuat karena pemuda, peradaban maju berkat semangat pemuda. Masyarakat yang sehat juga hasil dari cerminan pemuda. Jika saja semangat kaum pemuda milenial dikerahkan untuk agama, sungguh masa-masa kejayaan Islam akan kita rasakan kembali.

Namun di masa post modern ini, semangat pemuda tidak jauh beda dengan semangat orang berumur 70 tahun. Saat ini, sikap pemuda dididik untuk materi, suksesnya pemuda diukur dengan pandangan materi. Jika tidak punya alat komunikasi yang mewah bukan pemuda keren. Jalau belum jadi saudagar belum disebut pemuda sukses. Jika yang mendengar kajiannya belum ramai, belum dikatakan sukses dalam berdakwah. Wajib terkenal, inilah pemuda sekarang ruhnya mulai kering dan pudar, agama tidak tidak dijadikan tolok ukur. Harapan sukses di masa depan tidak dihiraukan. 

Di akhir tulisan ini dengan lantang penulis sampaikan, bahwa penulis sangat yakin masih ada sisa-sisa pemuda yang seluruh jiwa raganya berkhidmah untuk agama. Semoga kita sama-sama bisa mendayung melewati wabah penyakit post modern seperti belakangan ini. Tulisan singkat ini saya tujukan untuk penulis sendiri, karena dialah yang sangat butuh semangat, dan saya tujukan juga untuk teman-teman seperjuangan. Haba lam Sagoe Husein.



*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top