Akun Tumpul

 Oleh: Raja Muttaqin*

Brilio.net

Pagi itu meja di ruang tamu kosan kami hampir saja pecah. Bang Veri dengan wajah kemerahan mengempalkan tangannya dengan keras. Untung yang di tonjoknya bukan meja di hadapannya melainkan dinding tepat di sebelah kirinya. Ia bisa saja meretakkan bahkan mematahkan meja di hadapannya dengan gempalan tinjunya. Tubuhnya yang bongsor dan lengannya yang super jumbo sangat memungkinkannya untuk melakukan hal tersebut.

Aku yang duduk di hadapan laptop dan sedang menarik pentul-pentul di photoshop reflek merusak haluan garis pentul. Berkali-kali aku beristighfar sebelum akhirnya bertanya.

“Kenapa Bang? Pagi-pagi udara masih segar kok udah gerah,” tanyaku meminta penjelasan sambil menawarkan sedikit humor.

liat ni! masa bisa foto aku sebulan lalu waktu aku ngelepasin tali di perut kucing oren di depan rumah Bu Maria itu dianggap aku menyiksa kucing,” ucapnya dengan nada tinggi sambil berbalik badan padaku.

“Mana sini coba ku liat!”

Ia menyodorkan gawainya padaku. Benar saja, saat kulihat sebuah akun di Instagram atas  nama @sahabatt_muslimm memuat foto Bang Veri yang sedang setengah jongkok sambil memegang tali yang terlilit di perut kucing oren. Wajahnya memang tak begitu jelas. Namun, bagi orang yang mengenal perawakan Bang Veri, pasti beranggapan bahwa itu dirinya. Baju yang dikenakannya pun sama dengan baju waktu itu. Di caption foto tersebut tertulis “Astaghfirullah, pria ini sengaja mengikat perut kucingnya hingga kurus karena sering pup di rumahnya.” Tak puas sampai di situ aku juga membuka kolom komentar dari foto tersebut. Hampir semua komentar yang kubaca bernuansa negatif.

“Astaghfirullah, semoga Allah  melaknat pemuda ini”

“Dasar pemuda Jahanam, gak ada otak!”

“kalau gak bisa merawat setidaknya jangan menyiksa!”

Ihhh, sayang banget kucingnya”

“Kalo sayang kamu boleh gak? hehe.” (balasan komentar di atas)

Total komentar saat itu 217 komentar. Namun, aku tak sanggup membuka semuanya. Semakin kubaca semakin tinggi darahku. Hanya beberapa diantaranya yang berkomentar untuk menyelidiki foto tersebut lebih dulu sebelum menghujat.

“Eh, foto seperti ini gak bisa dipercaya!”

“Tolong dong jangan menyebar kejelekan orang lain!”

“Ini beneran nyiksa kucing?”

“Ini beneran kak, akhir zaman ini memang banyak manusia-manusia laknat seperti ini” (balasan komentar di atas)

Memang kuperkirakan bagi mata orang awam dalam dunia editing ini terlihat nyata. Namun orang sepertiku yang sudah terbiasa dalam memanipulasi gambar bisa melihat jelas penggabungan darah yang ditambah di bawah ikatan tali tersebut kurang singkron dengan gambar aslinya.

“Coba DM aja adminnya Bang, minta dihapus foto ini dan klarifikasi.” Saranku sambil menyodorkan gawainya kembali.

”Ah, bangkee ini adminnya. Embel-embelnya aja postingan-postingan Islami, tapi tujuannya jual dagangan. Nyebarin hoaks lagi untuk dapat simpati netizen!” Repetnya lagi.

Memang sih, ketika kuselidiki lagi, akun tersebut banyak memposting ceramah berbagai ustaz, dan berbagai kalam hikmah dari ustaz, ulama, hingga pembisnis, terlepas dari benar atau tidaknya ulama atau ustaz tersebut mengatakan kalam-kalam tersebut. Namun, begitulah penampakan foto disertai kalam hikmah di sisinya. Bahkan ia tak segan mencampur adukkannya bersama dunia politik dengan potongan-potongan video  dan musik-musik pengantar kesedihan, atau ceramah-ceramah penuh amarah dan menjatuhkan. Benar-benar hebat adminnya, paham Agama, paham Politik, dan paham Ekonomi.

Ketika ku buka instastory akun tersebut, ternyata juga berisi berbagai macam endorse minuman herbal dan berbagai buku seputar keagamaan.  Follower-nya pun bisa dibilang banyak 9.432 dengan following 1.276.

Aku menghela napas melihat fenomena ini. Entah siapa yang sempat memotret momen Bang Veri tersebut dan mempublikasikannya dengan caption yang tidak sesuai. Padahal aku melihat dengan mata kepalaku, Bang Veri saat itu melepaskan tali yang melilit perut kucing tersebut dengan susah payah hingga tanggannya tercakar lantaran perlawanan dari si kucing oren, bukan mengikatnya. Bahkan beliau rela membeli setumpuk udang kecil sebagai umpan agar kucing tersebut tak lari ketika didekati.

Ya, kondisi kucing oren tersebut memang lumayan menggenaskan. Perutnya yang terikat ketat seakan aliran darah dan makannannya tertahan hanya dari kepala hingga perut bagian tengah. Sedangkan dari tengah perut kebawah kering layaknya rangka yang menempel langsung pada kulit. Di balik ikatan talinya pun terdapat luka yang tidak ditumbuhi bulu-bulu lagi. Namun, tidak sampai berdarah seperti yang diperlihatkan digambar tersebut. Entah berapa lama sudah perutnya dililit sedemikian rupa.

Ini juga bukan pertama kalinya aku menemukan foto temanku yang dimanfaatkan. Beberapa bulan lalu Safira, teman kampusku juga mengalami hal yang hampir serupa. Fotonya yang di posting di akun pribadinya di repost oleh akun @daraceudah_Aceh yang berisi kumpulan berbagai foto wanita cantik dan centil dari berbagai kalangan. Caption-nya pun menggelikan, seolah ia sedang mencari perhatian “Asslamualaikum akhi, lagi butuh bahu untuk bersandar nih”.

Memang sih kuakui, Safira memang sosok yang anggun nan jelita. Namun, tak bisa kupungkiri juga  ia salah satu orang orang yang sangat menjaga  privasi dirinya. Jika ia mau ia bisa saja menjadi salah satu selebgram tersohor dengan postingan baru setiap minggu atau setiap harinya. Kupastikan dengan parasnya yang jelita dan gayanya yang anggun itu, mustahil orang menolak keelokan yang Tuhan anugrahi padanya. Bahkan ia pernah ditawari menjadi duta di kabupatennya tanpa seleksi, tapi ia menolakknya mentah-mentah. Akun instagramnya saja hanya dibatasi untuk orang-orang yang ia kenal. Belum lagi instastory-nya yang khusus ditampakkan untuk teman-teman dekatnya. Ya, aku termasuk orang yang beruntung diizinkan melihat instastory-nya.

Entah bagaimana ceritanya  fotonya bisa bersanding  dengan berbagai foto genit wanita lainnya di akun yang tak bertanggung jawab tersebut. Yang lebih menjijikkan lagi, di kolom komentarnya tertera berbagai ungkapan. Mulai dari godaan hingga pelecehan secara verbal. Aku masih ingat hari itu ia sampai bolos  kuliah karena merasa terganggu dengan hal itu.

Malamnya ia memintaku untuk membobol akun tersebut. katanya ia berkali-kali sudah meminta agar admin akun tersebut menghapus fotonya. Namun pesan darinya tak sedikitpun dihiraukan. Bahkan ia juga telah meminta teman-temannya untuk me-report akun tersebut. Namun hingga malam itu fotonya masih saja tertera. Terpaksa ia memintaku membobol akun tersebut.

Meretas akun instagram seperti itu masih lumayan sulit bagiku. Biasanya akun-akun yang sudah memiliki banyak followers menggunakan sistem keamanan berlapis. Namun, setelah sekitar dua jam aku berusaha sambil melihat tutorial di grup diskusi khusus telegram, aku berhasil. Sesegera mungkin aku menghapus foto Safira. Dan lagi saat kubuka DM via akun tersebut tak hanya Safira yang meminta fotonya dihapus. Beberapa akun lain juga meminta hal yang sama, tapi tak dihiraukannya. Terpaksa ku hapus semua foto yang telah di-upload kemudian ku non-aktifkan dan ku hapus akun tersebut.

Aku memang sudah terlampau lama kesal dengan akun-akun bodong seperti ini. Bagiku, suatu akun jika berani melekatkan nama suatu daerah, atau mebawa simbol-simbol yang memiliki nilai baik di mata masyarakat, haruslah mencerminkan apa yang dibawakannya dan ikut menjaga nama baik yang dilekatkannya. Bukan seenaknya menyebarkan segala hal sesuai dengan keinginan pemegangnya. Apalagi hanya sekedar mencari pamor untuk membuka lapak dagangan. Sungguh tak bertanggung jawab.

Sudah pasti kita memiliki tujuan masing-masing dalam bermedia sosial. Namun, saranku jangan sampai  dalam perjalanan mencapai apa yang kita inginkan justru kita merusak orang lain. Aku juga yakin masih sangat banyak kasus-kasus serupa atau bahkan lebih parah akibat perbuatan orang-orang yang tak beretika dalam bermedia. Lihai-lihailah dalam menyaring informasi dan memberikan like. Karena sebuah like bisa bermakna sebuah persetujuan. Sebuah like juga bisa bermakna sebuah semangat. Jangan sampai kita keliru dalam memberi persetujuan dan semangat dalam bermedia.



*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Syariah Islamiyah, Universitas Al-Azhar Kairo.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top