Abu MUDI Samalanga; Ulama Kharismatik dan Guru Besar Dayah Aceh

Oleh: Dr. Nurkhalis Mukhtar*

Abu Mudi (K. H. Syekh Hasanoel Basri)

Lahir dari keluarga yang menjunjung tinggi nilai keagamaan, ayahnya Teungku Haji Gadeng merupakan tokoh masyarakat Dewantara Aceh Utara. Semenjak kecil Abu Mudi Samalanga telah dipersiapkan oleh orangtuanya untuk menjadi seorang ulama dan suluh ummat. Abu Mudi Samalanga, nama beliau adalah Abu Syekh Hasanoel Basri HG, karena kiprah beliau secara luas sebagai Pimpinan Dayah MUDI MESRA Samalanga sehingga beliau dikenal dengan Abu MUDI. 

Kehadiran Abu Mudi Samalanga dalam perkembangan keilmuan dayah Aceh begitu penting, mengingat beliau pernah menjadi Ketua Himpunan Ulama Dayah (HUDA), menggagas pendirian pengajian TASTAFI (Tasawuf Tauhid dan Fiqih). Beliau juga penggagas pertama perguruan tinggi di dayah Aceh yang kemudian diikuti oleh dayah lainnya. 

Mengawali pendidikannya Abu Mudi Samalanga belajar SRI di Krueng Geukuh Aceh Utara sampai selesai. Kemudian melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) sampai tahun 1964. Pada tahun yang sama beliau berangkat ke Miduen Jok Samalanga untuk belajar di Dayah Mudi Mesra yang saat itu dipimpin oleh guru besarnya Teungku Syekh Abdul Aziz Samalanga atau dikenal dengan Abon Samalanga yang merupakan murid dari tiga ulama kharismatik Aceh Abu Muhammad Shaleh Jeunieb, Syekh Hanafiyah Abbas Teungku Abi, dan Abuya Syekh Muda Waly. Sekitar tahun 1958 Abon Samalanga menyelesaikan pendidikan di Bustanul Muhaqqiqin Darussalam Labuhan Haji di bawah asuhan Abuya Syekh Muda Waly. 

Terhitung dari tahun 1964 sampai sekarang Abu Mudi Samalanga telah melalui proses yang panjang untuk menjadi seorang ulama dan tokoh terpandang. Semenjak menjadi santri di Mudi Mesra Samalanga Abu Mudi mendapatkan perhatian khusus dari Abon Samalanga. Maka dengan segenap kesungguhan Abu Mudi menyelesaikan pendidikan normal beliau selama delapan tahun. 

Pada tahun 1972 sampai 1975 beliau masuk ke jenjang Bustanul Muhaqqiqin, dimana Abon Samalanga menempa murid-murid khusus beliau. Pada rentang tiga tahun tersebut Abu Mudi Samalanga telah dipercayakan sebagai Sekretaris Umum Dayah. Mulai tahun 1975 sampai wafatnya Abon Samalanga tahun 1988, Abu Mudi sudah ditunjuk sebagai Ketua Umum Dayah. Artinya dalam setiap jenjang dan tahapan yang dilalui Abu Mudi penuh tahapan dan persiapan, sehingga menjadikan beliau seorang ulama dan ilmuan yang tangguh. 




Setelah lebih kurang dua puluh empat tahun beliau di Samalanga mendampingi Abon, pada tahun 1989 setelah wafatnya Abon Samalanga Abu Mudi ditunjuk menjadi pimpinan Dayah Ma'had al-Ulum Diniyah Islamiyah atau dikenal dengan MUDI Mesjid Raya Samalanga. Dayah Mudi sendiri disebutkan sebagai dayah yang sudah ada sejak Sultan Iskandar Muda, namun sejarah dayah tersebut baru jelas sekitar tahun 1927 sampai 1935 yang dipimpin oleh Teungku Syihabuddin Idris, kemudian dilanjutkan oleh Teungku Syekh Hanafiyah Abbas atau dikenal dengan Teungku Abi, setelah Teungku Abi wafat dilanjutkan oleh Abon Samalanga dan sekarang dipimpin oleh Abu Syekh Hasanoel Basri HG. 

Semenjak kepemimpinan Abu Mudi Samalanga, banyak terobosan yang beliau lakukan. Sebagai ulama yang visioner, Abu Mudi Samalanga telah berhasil mengkader banyak para ulama muda yang memiliki ilmu yang memadai untuk terjun ke masyarakat. Pada tahun 1995 beliau bersama beberapa ulama dayah lainnya berangkat ke beberapa negara di Timur Tengah melalui program Gubernur ketika itu Prof. Samsuddin Mahmud, dan dalam program ini juga banyak diikuti oleh para ulama senior lainnya seperti Abu Tu Min Blang Blahdeh dan Abu Kuta Krueng. Dalam perjalanan itu banyak hal yang beliau lihat dan cermati. Sehingga pada tahun 2003 dengan berbagai pertimbangan yang matang beliau mendirikan Perguruan tinggi STAI AL-AZIZIYAH Samalanga. Pada masa berdirinya kampus banyak yang khawatir atas langkah beliau, namun kekhawatiran tersebut hilang setelah banyak lulusan perguruan tinggi yang masih lurus pemahaman fikih dan akidah mereka. 

Selain itu pada tahun 2001 Abu Mudi Samalanga mulai mengajarkan kitab besar dalam Mazhab Syafi'i yaitu Kitab Tuhfah yang dikarang oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami salah seorang ulama besar dalam Mazhab Imam Syafi'i. Kitab Tuhfatul Muhtaj yang berjilid-jilid itu mampu dikhatamkan selama tujuh belas tahun, tepatnya tahun 2018 dan diapresiasi oleh banyak para ulama termasuk para kiyai dan ulama di Jawa. Abu Mudi Samalanga merupakan ulama yang istiqamah dan konsisten dalam keilmuan. Terobosan lainnya, Abu Mudi Samalanga juga ulama Aceh yang turun langsung membenahi kekeliruan umat. Bahkan beliau secara lugas dan jelas menyebutkan setiap persoalan hukum. Selain itu video youtube beliau yang paling banyak diikuti oleh para ulama selain Tu Muhammad Yusuf Jeunieb. 

Banyak hal-hal positif yang telah dilaksanakan oleh sang ulama tersebut. Sekarang usia beliau mulai sepuh, beliau lahir tahun 1949 dan ditahun 2020 usianya telah sampai 71 tahun. Tentu dengan berbagai aktivitas yang padat, apalagi beliau termasuk dalam ulama sepuh Aceh yang sering dimintai berbagai pandangan hukum, aktif di MPU Aceh, NU Bireuen, MPD Bireuen sebagai penasehat, IPHI, HUDA dan berbagai agenda keumatan lainnya tentu membuat beliau lelah dan terkadang pulang jatuh sakit. Telah dipersembahkan pikirannya yang cerdas, hatinya yang terang dan pengabdian yang tulus untuk masyarakat Aceh. Semoga Allah Swt. meninggikan derajat beliau. Hafidhahullah




Ditulis ulang dan diedit oleh Annas Muttaqin.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top