Kawan, Kitalah Pengubah Sejarah! (Bagian 1)

Oleh: Maulizal Akmal*

(Sumber: Pinterest)
Ada dua macam manusia yang hidup di dunia. Mereka yang mengubah sejarah dan mereka yang mengalir dalam sejarah. Orang yang mengubah sejarah adalah orang yang memengang kendali dunia, merekalah penyebab peristiwa-peristiwa besar di dunia terjadi. Adapun mereka yang mengalir dalam sejarah, adalah orang yang hidup biasa saja. Apa yang mereka lakukan hanya berpengaruh pada diri mereka sendiri dan tidak berpengaruh pada manusia dan lingkungan sekitarnya. 

Karena itu, sungguh tak mengherankan. Jika kita masuk ke dalam mesin waktu dan melihat kembali ke abad pertengahan. Kita akan tahu bagaimana keadaan bangsa Eropa dulunya. Syekh Mustafa Assiba'i dalam bukunya "Min Rawai'i Hadhratina" menceritakan bahwa bangsa Eropa adalah bangsa yang terisolasir, negerinya tandus, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu-batu kasar tanpa dipahat. Rumah yang mereka diami tidak jauh beda dengan kandang ternak mereka sendiri. Krisis air bersih, bahkan wabah penyakit di mana-mana. Tiba-tiba saja, bangsa ini berubah menjadi bangsa adidaya dan menjadi kiblat kemegahan dan kemodernan. Seakan ketika ada yang berucap Eropa, akal akan langsung membayangkan taman-taman indah, gedung-gedung mewah, unversitas hebat, para ilmuwan dan benda-benda canggih lainnya. 

Atau kita bisa menilik bangsa yahudi. Mereka sangat populer dalam sejarah. Mereka telah dihancurkan oleh bangsa Romawi dua ribu tahun lalu, mereka selalu ditindas oleh bangsa-bangsa besar, dibantai dan diusir di mana-mana. Namun, siapa yang menyadari bahwa kini bangsa ini berubah menjadi miliader dengan menguasai IMF dan World Bank, tombol ekonomi dunia serta menguasai United Nation (PPB). 

Atau sebaiknya kita intropeksi diri saja dengan melihat kembali sejarah umat kita. Peradaban Islam berhasil menguasai dua pertiga dunia selama hampir tiga belas abad. Peradaban unik dengan majunya dunia keilmuwan, ekonomi, serta kekuatan militer tak terkalahkan. Sungguh peradaban luar biasa yang tidak ada tandingannya dalam sejarah, Seorang sejarawan muslim, Firas Al-Khateeb dalam bukunya “Lost Islamic History” menceritakan, saat di mana umat manusia kosong dari pentunjuk, kejahilan merata di mana-mana, bangkitlah sosok yang mengangkat kembali derajat manusia. Beliau adalah Nabi Muhammad Saw., Dalam kurun waktu terbilang singkat Islam telah tersebar keseluruh penjuru Arab. Rasulullah Saw., hidup dalam kesederhanaan, tidurnya hanya di atas pelapah kurma,. Namun, kerja keras beliau, semangat, sikap pantang menyerah dan sabar dalam memperjuangkan agama Allah swt. tidak dapat ditandingi oleh tokoh manapun. 

Di periode selanjutnya Islam semakin kuat dan telah tersebar ke berbagai penjuru. Bahkan, sanggup meruntuhkan imperium besar yang telah berkuasa berabad-abad lamanya, Romawi dan Persia. Ya, para sahabat Nabilah yang mewarisi tekad perjuangannya. Saydina Abu bakr, Umar, Usman, Ali dan sahabat lainnya. Lihatlah perjuangan dan semangat mereka yang diabadikan dalam sejarah. Betapa kerennya sosok sayidina Umar ra. yang banyak dikagumi kawan bahkan lawan sekalipun. Betapa sabarnya sayidina Abu Bakar ra. ketika menghadapi orang-orang membangkang, begitu juga Saydina Usman ra dan Ali ra. 

Kekuasaan Islam tidak hanya sampai di sini. Setelah berakhirnya masa Khulafauurasyidin, bangkitlah Dinasti Umayyah, Muawiyah dan keturunannya mulai memegang kendali 
pemerintahan Islam. Masa Umar bin Abdul Aziz adalah masa kejayaan. Saat-saat umat Islam kembali tenggelam dalam lautan kejahilan, moralitas mulai dilupakan. Beliau bangkit dan memurnikan kembali ajaran agama. Bahkan di masa ini Islam sudah tersebar ke penjuru Eropa. 

Kemudian, tak lama setelah Dinasti Umayyah runtuh, keturunan Ibnu Abbaspun datang dan memegang kemudi. Di sinilah titik kejayaan umat ini. Pada masa ini, umat Islam berhasil menguasai dua pertiga belahan dunia dengan Bagdad sebagai ibu kota. Kekutan militer yang tak terkalahkan, bangunan-bangunan dengan arsitektur mempesona mulai dibangun, ekonomi meningkat. Dan saat ini pula, datangnya masa keemasan intelektual umat Islam. 


(Sumber: Pinterest)

Dimana banyak lahirnya para mujtahid, ilmuwan bahkan empat Imam besar ilmu fiqh lahir di masa ini. Mereka adalah orang-orang yang yang mula-mula membukukan dan mengumpulkan pondasi-pondasi tuntunan amaliah, muamalah dan qanun dalam agama Islam. Mereka adalah pemilik semangat tinggi, mampu mencapai tingkatan yang tidak mudah dicapai oleh sembarangan orang. 

Di periode ini pula lahirnya tokoh-tokoh teologi Islam yang memurnikan kembali ajaran Nabi. Imam Abu Hasan Al-Asy'ary dan para murid-muridnya, Abu Bakar Al-Baqilany, Abu Ishaq Al-Isfirayni. Kemudian disusul beberpa generasi setalah mereka, Imam Haramain, Imam Ghazali serta Fakhruddin Ar-Razi. Lewat torehan tinta emas dan lugasnya argument mereka, ajaran menyimpang dan ahli bid'ah bungkam. Filsafat Yunani dan Mu'tazilah yang merupakan dua kubu pemikiran terkuat ikut musnah lewat pedang tinta para ksatria ini. 


Tidak hanya itu saja, lahir pula di masa ini para penjaga sunnah Nabi Saw. Imam Bukhari, imam Muslim, Abi Daud, An-Nasa'i dan lainnya. Tokoh-tokoh ini benar-benar mengagumkan. Mereka melintasi satu negara ke negara lain, mendaki bukit, melewati padang sahara hanya untuk satu hadis Nabi. Bahkan dikisahkan, Imam Bukhari ra. lima kali terpaksa meminum urinnya dalam perjalanannya mencari hadis, karena kehausan dan tidak cukupnya bekal. Sungguh semangat yang luar biasa bukan? Mereka rela melakukannya tanpa mendapat imbalan harta, tahta ataupun ketenaran. Berkat merekalah salah satu sumber agama masih bertahan hingga saat ini. 

Selain itu, tokoh-tokoh intelektual lainnya juga lahir. Bapak ilmu kedokteran Ibnu Sina, juga gurunya Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Khawarizmi sang penemu Aljabar, Abu Musa Jabir bin Hayyan sang ahli kimia, Al Haytam sang penemu kamera dan masih banyak lagi. 

Setelah bangsa Mongol menyerang kekaisaran Islam secara membabi buta. Karya-karya emas anak bangsa dibakar dan dibuang ke sungai. Dan Inilah akhir dari kekuasan Dinasti Abbasiyah. Namun, tak perlu menunggu lama, selang beberapa dekade bangsa Saljuk yang menghuni tanah Turki Utsmani dan keturunannya datang dan mengubah kembali sejarah dunia. Lewat tangan mereka Islam kembali berjaya. Imperium Turki Usmani, dengan kekuatan militer yang tak tertandingi, keilmuwan kembali bangkit, madrasah-madrasah kembali tersebar ke seluruh pelosok negeri. Tokoh-tokoh hebat kembali lahir di berbagai daerah. 

Di Mesir lahir "Imam Ramli Kabir" dan "Ramli Shagir", Jalaluddin Al-Mahalli, Taqiyyudin Subki, Syekh Zakariya Al-Anshary, Ibnu Hajar Al-Haytami dan masih banyak lagi. Karya-karya emas mereka bertebaran ke seluruh penjuru dunia dan dipelajari oleh generasi umat ini dan bertahan hingga sekarang. Bahkan, di pusat pemerintahan Turki sendiri saat itu, Ilmu kalam, mantik, dan ilmu-ilmu logika berkembang pesat.

Di sinipun banyak lahir tokoh-tokoh hebat. Sa'aduddin At-Taftazani, Sayyid Syarif Jurjani, Jalaludin Ad-Dawani, Imam Kalanbawi sang ahli logaritma dan lainnya. Bahkan Syekh Muhammad Zahid Kautsary dalam karangannya "Maqalat Kautsary" menceritakan bahwa Imam Kalanbawi telah menemukan 100 persamaan lebih dalam ilmu logaritma, padahal pada saat itu ilmu ini baru dikenal oleh orang Barat. Mereka semua adalah tokoh-tokoh hebat sehingga nama-nama mereka tak pernah dilupakan, kisah-kisah mereka selalu menjadi motivasi bagi generasi setelahnya. Banyak sekali tulisan yang mengabadikan kisah mereka, Syekh Ibnu Khalikan dalam kitabnya “Wafiyah al-A'yan”, begitu juga Syekh Abdul Fatah dalam kitabnya “Shafhat min Shabri al-'Ulama” dan “Qimatuzzaman 'inda al-'Ulama” serta beberapa kitab lainnya. 

Bahkan di era ini, ibu kota Romawi Timur yang konon katanya tidak ada yang sanggup menaklukkannya dalam sejarah berhasil ditaklukkan oleh Sultan Muda Islam Muhammad Al-Fatih. Sosok muda dengan semangat dan impian tinggi yang menabrak segala kemustahilan, tapi seakan akal sehat tidak mempercayainya, saat peradaban ini runtuh, para pemeluknya malah kehilangan jati diri dan terinfeksi dengan pemikiran bangsa lain yang terlihat hebat. Akibatnya penindasan terhadap muslim mulai berani dilakukan, perang saudara di mana-mana, musuh-musuhpun sudah berani campur tangan terhadap masalah-masalah pribadi umat ini. 





*Penulis merupakan Mahasiswa tingkat 1 Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo.

Editor: Annas Muttaqin

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top