Wasiat Terakhir Bukti Cinta Ummu Salamah

Sumber: Pinterest.com
"Wahai kekasihku, aku pernah mendengar, jika ada seorang lelaki saleh meninggal dunia lalu ia masuk surga sedang istrinya tidak menikah lagi, maka istrinya akan bersamanya kembali di surga kelak. Maka berjanjilah wahai suamiku jika aku meninggal lebih dulu tetaplah setia, begitu pun aku tidak akan menikah lagi".

"Wahai istriku yang aku sayangi karena Allah, maukah engkau taat kepadaku? aku minta padamu jika aku lebih dulu pergi, menikahlah, Rasulullah pernah mengajariku suatu doa, 

إنا لله وإنا اليه راجعون اللهم أجرني في مصيبتي، و اخلف لي خيرا منها 

Kemudian sang suami pun berdoa di hadapan istrinya "Ya Allah, jika aku lebih dulu pergi, berikanlah istriku ganti yang lebih baik dariku, seseorang yang tidak pernah membuatnya bersedih" 

Jauh sebelum kisah cinta Dilan dan Milea, ada kisah cinta yang lebih uwu, tentunya kisah romansa yang didasari kecintaan dan ketaatan kepada Allah. Ialah kisah Ummu Salamah dan suaminya Abu Salamah. 

Hind binti Abu Umayyah atau yang lebih akrab dengan kuniyah-nya Ummu Salamah menjadi salah satu wanita yang beruntung. Ia terlahir di keluarga yang dikenal dermawan, juga memiliki paras yang sangat cantik pada masanya. hal membuatnya lebih spesial lagi, ia dinikahi oleh lelaki yang sangat istimewa, Abu Salamah salah satu sahabat yang memeluk Islam di awal dan menyambut seruan nabi untuk berhijrah. ia juga merupakan anak dari Barrah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam

Bukan tak ada cobaan, cinta mereka pun diuji. Saat peristiwa hijrah ke Madinah, Abu Salamah adalah orang yang pertama sekali dari Bani Makhzum berangkat ke Madinah, bahkan sebelum Baiat Aqabah. Tatkala di tengah perjalanan,  dari pihak Bani Mughirah bin Abdullah ialah keluarga Ummu Salamah, ia mengetahui hal ini dan mencegatnya untuk ikut hijrah bersama suami tercinta. Saat itu betapa hancurnya hati Ummu Salamah bersama anaknya Salamah dipisahkan secara paksa dengan suaminya. Singkat cerita buah dari kesabaran atas ujian cinta dan ketaatan ini, ia dan sang anak akhirnya diizinkan untuk menyusul suaminya ke Madinah. 

Suatu hari pada perang Badar, Abu Salamah ikut bersama Rasulullah, dan dalam perang itu Abu Salamah terluka, awalnya luka itu membaik tetapi qadarullah luka kembali terinfeksi dan menjadi sebab wafatnya Abu Salamah. 

Jangan ditanya bagaimana perasaan Ummu Salamah saat itu, seperti kamu yang ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, kelabu. tetapi Ummu Salamah tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, ia teringat pesan sang suami untuk membaca doa yang pernah diajarkannya, sebenarnya ia ragu apakah ada orang yang lebih baik dari Abu Salamah, karena ketaatan, doa itu tetap ia lafazkan. 

Berakhir sudah masa iddah Ummu Salamah, suatu hari datanglah seorang lelaki yang sangat berwibawa dan dihormati kaumnya ke rumah Ummu Salamah, meminta izin untuk melamar Ummu Salamah menjadi istrinya. Lelaki itu ialah Rasulullah. 

"Siapa aku wahai Rasulullah hingga berani menolakmu, tetapi aku adalah wanita yang sangat cemburuan, aku takut karena sifatku ini membuat Allah murka padaku kelak, dan juga aku wanita yang sudah tua dan memiliki banyak anak-anak" 

Rasulullah menanggapi dengan bijaksana, 

"Wahai Ummu Salamah, yang engkau katakan akan kecemburuan itu Allah akan menghilangkannya darimu. Tentang usiamu, aku juga seorang yang sudah tua. Tentang Anak-anakmu, anakmu adalah anakku juga". 

Siapa yang tidak terpana, jawaban Rasulullah bagaikan embun pagi. Dan akhirnya Ummu Salamah pun menerima lamaran Rasulullah. 

Happy ending, itu yang diharapkan semua pendengar. Kisah di atas diceritakan kak Fida Afifah dalam kajian sirah beut putroe KMA beberapa pekan yang lalu. Kisah Ummu Salamah ini sangat membekas di hati setiap peserta, selain ceritanya yang uwu banget, juga tersirat hikmah dan nasehat yang luar biasa. 

Mengikhlaskan sesuatu itu memang tidak mudah. Namun, sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memahami bahwa segala sesuatu itu milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya. Begitu pun cinta, tidak ada cinta yang abadi, semua bisa saja berubah seiring berjalannya waktu. Hanya cinta dan kasih Allah semata yang melampaui zaman. Semoga saya dan kita semua dikumpulkan dengan orang-orang yang mencintai beralaskan cinta kepada Ilahi dan Rasulnya. 


Reporter: Izzatun Nabila
Editor    : Ali Akbar Alfata


Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top