Abu Paloh Gadeng, Ulama Kharismatik Aceh Pemegang Sanad Keilmuan Syekh Yasin Al-Fadani

Oleh: Zia Urrahman*

(Sumber foto: Hilmi)

Beliau bernama lengkap Teungku Haji Mustafa Ahmad atau akrab disapa dengan Abu Paloh Gadeng. Lahir pada 27 Desember 1949 di Desa Uteun Bunta, Peusangan, Bireun. Beliau juga dikenal sebagai sosok ulama ensiklopedi yang sangat kharismatik, cerdas, serta kritis. Kepakaran beliau dalam hal ilmu agama sudah tidak dipertanyakan lagi. Bahkan, ulama negeri jiran Malaysia pun rela datang menemuinya hanya demi mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi.

Ilmu agama merupakan salah satu hal yang sangat beliau prioritaskan. Kurang lebih 21 tahun beliau mengenyam pendidikan di Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam yang diempu oleh Abu Tumin Blang Bladeh. Besar dalam didikan Abu Tumin menjadikan beliau sebagai murid kesayangan dari ulama kharismatik Aceh yang memiliki nama asli Abu Haji Muhammad Amin tersebut. Hubungan keduanya sudah layaknya seorang ayah dan anak.

Diceritakan, suatu ketika saat Abu Tumin jatuh sakit, beliau pun turut sakit karena gundah memikirkan sosok yang telah menjadi bagian besar dari hidupnya tersebut. Faktor kedekatan inilah yang kemudian mendorong Abu Tumin memberinya amanah sebagai ketua umum di Dayah yang didirikan oleh Teungku Haji Imam Hanafiah sejak 1890 M yang tidak lain merupakan kakek dari Abu Tumin.

Perawakan yang tegas. Namun, humoris menjadikannya sangat mudah akrab dengan murid-muridnya. Pada tahun 1987, beliau mendirikan Dayah Madinatuddiniyah Darul Huda di Paloh Gadeng, Dewantara, Aceh Utara. Berkat dukungan serta kepercayaan yang lebih dari Abu Tumin menjadikan beliau sukses dalam mendidik murid-muridnya menjadi ulama, yang sekarang tersebar di beberapa wilayah di Aceh.

Selepas mendirikan Dayah Madinatuddiyah Darul Huda, beliau berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap beberapa saat di sana. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan beliau untuk berburu ilmu di tanah kelahiran baginda Nabi SAW tersebut. Tercatat, di sanalah beliau memperoleh ijazah sanad dari musnid dunia kala itu, Syekh Yasin Al-Fadani. Sempat pula ingin berjumpa dengan Buya Muhammad Alawi Al-Maliki. Namun, ketika beliau hendak menjumpainya, ternyata Buya Muhammad saat itu sedang berada di Indonesia.

Dokumentasi kebersamaan Abu Tumin dan Abu Paloh Gadeng dalam sebuah acara.
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Beliau menikah dengan Ummi Saifiatuddin, dan dikaruniai delapan anak, yaitu Zunuwanis, Rahmah, Marhamah, Muhammad Nazir, Baidarus, Wardah, Ihsan Maulana dan Maisarah. Semuanya beliau serahkan ke Dayah Abu Tumin, dikarenakan rasa kepercayaan serta hormatnya yang begitu besar terhadap gurunya.

Abu Paloh Gadeng menamatkan pendidikan formalnya di Pendidikan Guru Agama Muhammadiyah Bireuen. Beliau juga menjadi pengurus Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Utara. Mulanya, menjabat Wakil Ketua MPU, lalu terpilih menjadi ketua MPU sejak 2008 sampai sekarang. Ia memimpin MPU Aceh Utara bersama Abu Panton sebagai wakil ketua dan ditemani oleh Abu Abdul Manan, yang juga menduduki jabatan yang sama. Selain MPU, beliau juga menduduki jabatan Ketua Persatuan Tarbiyah Islam (Perti) Aceh sejak 15 tahun lalu.  

Kemarin, 16 Desember 2020 Abu Paloh Gadeng wafat meninggalkan kita. Satu-persatu pewaris Nabi pulang menghadap Dzat Pencipta. Sungguh merupakan sebuah duka yang mendalam yang dapat dirasakan oleh umat Islam terlebih kepada masyarakat Aceh. kemudian, Apa yang paling tepat menjadi penawar duka tersebut? Tidak lain ialah berjuang untuk terus menimba ilmu, memantaskan diri sebagai penyambung estafet mereka. 


*Penulis merupakan Mahasiswa tingkat 2 fakultas Ushuluddin, Universitas Al Azhar.
Editor: Annas Muttaqin

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top