Bukti Nyata Sejarah Bahwa, Filsafat Berasal dari Timur

 


Oleh: Abkarul Aufa*

potret lukisan sosok Al-Kindi(Sumber:Wikipedia)

Sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, Filsafat merupakan salah satu cabang ilmu yang tidak boleh luput dari perhatian. Walaupun berbagai tuduhan dan deskriminasi ditujukan kepada ilmu yang satu ini. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Filsafat mengandung hal yang sebenanya tidak perlu dipelajari.Terlepas dari itu semua stigma tersebut, Filsafat merupakan ilmu yang masih menyimpan banyak sekali rahasia yang perlu dibuka tabirnya satu persatu. Oleh karena itu bagi mereka para pencari fakta, menyantap karya para filsuf dan sejarawan sudah merupakan sebuah keharusan bagi orang-orang yang bergelut dalam ranah Filsafat.

Sebelum melangkah lebih jauh, ada beberapa hal mendasar yang harus diketahui oleh siapa saja yang menggeluti suatu disiplin ilmu. Orang yang mengkaji seluk-beluk Filsafat, ia harus mengetahui dan mengerti apa definisi Filsafat, apa saja yang dibahas di dalamnya, siapa pencetusnya, apa tujuan mempelajari Filsafat itu sendiri dan bagaimana perkembangannya. Walaupun terksesan terlalu ilmiah, poin-poin di atas menjadi kewajiban tersendiri bagi mereka yang ingin mendalami filsafat lebih jauh lagi.

Dalam menekuni sebuah disiplin ilmu bagi pemula,  minimal seseorang harus menguasai sepuluh pilar ilmu sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Shabban dalam kitabnya “ Hasyiah ‘Ala Syarhi Al Asymuni ‘Ala Al Alfiah ”, beliau berkata :

إن مبادئ كل فن عشرة                   الحد والموضوع ثم الثمرة

وفضله ونسبة والواضع                  الاسم الاستمداد حكم الشارع

مسائل وبعض بالبعض اكتفى           ومن درى الجميع حاز الشرف

Ulama yang kuniahnya Abu ‘Irfan ini berkata: “Sesungguhnya pilar setiap ilmu ada sepuluh perkara: definisi(ta’rif), objek pembahasan (maudhu’), tujuan mempelajarinya, kelebihannya, kaitannya dengan ilmu yang lain, penggagasnya, namanya, sumbernya, hukum mempelajarinya, dan permasalahan yang dikaji di dalamnya.”

Defenisi Filsafat

Istilah Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘Philosophia’. Philia berarti cinta, sedangkan Sophia berarti kebijaksanan. Sehingga Filsafat secara bahasa berarti pecinta kebijaksanaan. Orang yang mendalami dan bergelut dengan filsafat disebut sebagai filusuf. Adapun pengertian Filsafat secara istilah terdapat banyak sekali perbedaan pendapat di kalangan para filsuf sendiri. Perbedaan pendapat mengenai definisi Filsafat  ini terjadi karena perbedaan zaman. Pengertian Filsafat pada zaman Yunani kuno berbeda dengan abad pertengahan. Perbedaan ini juga disebabkan oleh bedanya mazhab para filusuf itu sendiri.

Menurut Aristoteles (384-322 SM), Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Menurut Beerling (1968), Filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman.

Asal Mula Filsafat

Pada umumnya yang diketahui oleh kebanyakan orang, Filsafat berasal dari Yunani kuno, walaupun sebagian sejarawan tidak menganggap demikian. Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai macam spekulasi tentang sumber dan perkembangan ilmu ini. Namun ada dua pendapat yang sangat menarik untuk dibahas. Pendapat pertama mengatakan bahwa Filsafat berasal dari Barat (Yunani dan negara  jajahannya), dan pendapat kedua mengatakan bahwa Filsafat berasal dari Timur (Hindia, Mesir dan Cina).

Filsafat Tumbuh dan Berkembang di Barat.

Filsuf terkenal Aristoteles (384-322 SM) mengatakan bahwa filsafat pertama kali muncul di Barat, tepatnya di Yunani. Dia berpendapat bahwa pemikiran Filsafat diperkenalkan oleh Thales dari Miletos pada abad ke-6 Masehi, karena ketika itu Thales mencoba menjelaskan fenomena-fenomena alam tanpa bersandar pada mitos yang berkembang saat itu, melainkan bersandar pada rasio manusia.

Jules Bartheleny Hilaire, seorang filusuf dari Prancis mengatakan: “Kami tidak mengetahui apapun tentang Filsafat timur, bahkan sepertinya kita tidak akan pernah tau secara pasti tentang mereka. karena Filsafat Timur tidak memberikan pengaruh apapun terhadap perkembangan Filsafat Barat.”

Pendapat ini sangat masyhur di kalangan para pemikir barat seperti Pierre Henry dan Viktor Cousin. Selain itu, pandangan ini juga diakui kebenarannya oleh sebagian filsuf timur dan filsuf muslim seperti Imam Al Farabi. Beliau berkata “Plato dan Aristoteles ialah penggagas ilmu filsafat, mereka lah yang menggagas pondasi-pondasinya, serta mereka juga yang menyempurnakan dasar-dasar dan cabang-cabangnya.Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan Ibnu Khaldun terkait pencetus Filsafat dalam kitabnya beliau mengatakan bahwa Aristoteles ialah yang merancang pembahasan-pembahasan Filsafat, menyusun pokok pembahasannya serta menyebarluaskan argumen-argumennya, sehingga bisa kita rasakan dan pelajari sampai saat ini.

Berdasarkan paparan yang telah disebutkan di atas , maka jelas bahwa Filsafat berasal dari Yunani dan daerah jajahannya. Para ahli sejarah juga sepakat bahwa Thales adalah filsuf pertama yang dikenal dunia. Di balik itu semua, terdapat beberapa fakta menarik lainnya yang menunjukkan bahwa Filsafat bukan berasal dari Barat sebagaimana yang diklaim oleh kebanyakan orang, melainkan ia berasal dari Timur. 

Filsafat Berasal dari Timur

Apakah sebuah omong kosong jika kita mengatakan bahwa Filsafat tumbuh dan berkembang di Timur? Tentu tidak, karena kita semua berhak dan mampu berspekulasi, namun, spekulasi tersebut harus berlandaskan pada bukti-bukti yang kuat. Mengenai hal ini Allah berfirman :

قل هاتوا برهانكم إن كنتم صادقين (البقرة : 111)

Katakanlah (Muhammad), tunjukkanlah bukti-buktimu jika kamu termasuk orang-yang benar.” (Q.S Al-Baqarah: 111).

Sebuah kaidah dalam bahasa Arab juga mengatakan :

إن كنت ناقلا فالصحة أو مدعيا فالدليل

“Jika kamu menukilkan suatu perkataan maka benarkanlah, atau jika kamu mendakwahkan sesuatu maka buktikanlah.”

Oleh sebab itu , George Alfred Leon Sarton dalam bukunya yang berjudul: “A History Of Science” mengatakan: “Sesungguhnya cahaya ilmu itu terbit dan memancar dari Timur, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa semua ilmu pengetahuan yang kita kuasai sekarang ini berasal dari Tiimur. Apabila nantinya kita tidak mampu menggambarkan secara detail tentang pilar-pilar pemikiran bangsa Cina dan Hindia, maka sungguh kita mampu menjelaskan secara rinci bahwa pilar dan dasar ilmu Filsafat berasal dari negeri di antara dua sungai ( Mesopotamia) dan Mesir Kuno.”

Imam Al Ghazali menyebutkan dalam kitab Mukhtashar Akhbar Al-Ulama: “Sesungguhnya para filsuf mengambil kaidah-kaidah politik dari kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabinya.”

Adapun beberapa bukti ilmiah lainnya yang menunjukkan bahwa Filsafat berasal dari Timur adalah adanya penemuan terbaru berupa dokumen-dokumen dan beberapa bukti yang berhubungan dengan pemikiran orang Timur kuno. Dokumen ini membuktikan bahwa orang Timur sudah mulai memikirkan tentang Tuhan dan cenderung kepada tauhid.

Seperti teks piramida (Nushush Al-Ahram) yang ditemukan pada tahun 1881, lalu diikuti dengan penemuan teks peti mati (Nushush al Tawaabiit) dan kitab kematian (Kitab Al- Mautaa).

 

Teks Piramida Unas (Sumber: commons.wikimedia.org)

Ahli sejarah sepakat bahwa, para filsuf besar seperti Pythagoras dari Samos sering datang ke negara Timur. Mereka bahkan menetap dalam jangka waktu yang lama demi mempelajari ilmu arsitektur bangsa Mesir. Imam Al Farabi juga menguatkan bahwa filsafat dulunya berasal dari orang-orang Asiria, kemudian pindah menuju Mesir kuno, lalu diadopsi oleh orang-orang Yunani sampai kemudian berpindah lagi ke bangsa Asiria lalu bermuara ke Arab.

Kesimpulan

Para ulama mengatakan bahwa untuk menetapkan asal usul ilmu Filsafat ini harus merujuk kembali ke pengertian ilmu Filsafat itu sendiri. Apabila Filsafat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang teratur, pemikiran yang bebas, yang bergantung pada penelitian dan bukti-bukti, Maka filsafat dengan makna tersebut tumbuh dan berkembang di barat (Yunani dan jajahannya). Adapun jika Filsafat diartikan sebagai pembahasan ‘aqli tentang alam dan metafisika tanpa melihat kepada pengaruh luar seperti agama dan sebaginya, Maka filsafat dengan makna ini berasal dan tumbuh di Timur. Tidak ada yang meragukannya kecuali orang-orang yang sombong dan fanatik terhadap Filsafat barat.

Disarikan dari kitab Qadhaya Tamhidiyyah Li Al Dirasat Al Falsafiyah karangan Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzouq dan Prof. Dr. Jamaluddin Husein Afifi.

*Penulis merupakan mahasiswa tingkat II Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar.

Editor: Maulidia Azzukhraifa

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top