Mengasah Intelektual Warga KMA dengan Zawiyah dan Kajian Fakultatif

 Oleh: Alvia Hasli Ramadhan

Dok. KMA


Selasa, 14 september 2021,  Zawiyah dan Grand Opening kajian Fakultatif hadir di Meuligoe KMA. Acara yang dimulai pukul 17.00 CLT tersebut bertujuan untuk mengasah kemampuan intelektual dan public speaking mahasiswa Aceh di Mesir. Tak lupa pula, Zawiyah juga bertujuan untuk membiasakan budaya diskusi sehat yang mungkin sudah berkurang belakangan ini.

Zawiyah merupakan forum diskusi ilmiah mahasiswa Aceh di Mesir untuk saling berbagi ilmu dan bertukar pikiran mengenai tema di setiap episodenya. Forum Zawiyah kali ini dibuka umum untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana yang dipimpin oleh Tgk. Muhammad Aditya Wirawan, Lc.,Dipl dengan mengusung tema: Urgensi teori ilmu hadis dan praktik takhrij dalam menghukumi suatu hadis”.

Tema tersebut sangat menarik untuk dijadikan bahan diskusi melihat banyaknya aplikasi dan media sosial yang memudahkan manusia untuk mengetahui hukum suatu hadis sehingga mereka enggan mempelajari teori ilmu hadis. Namun, mempelajari teori ilmu hadis dan praktik takhrij dalam menghukumi hadis sangatlah penting untuk menjaga kemurnian hadis sebagai sumber hukum kedua dalam Islam.

Koordinator Departemen Penelitian dan Perkembangan (Litbang) KMA,  Tgk. Zarqali Abbas, S.Ag. dalam kesempatannya memoderatori Zawiyah menyampaikan bahwa Zawiyah kali ini menjadi awal forum diskusi pada kepengurusan KMA 2021-2022 dan selanjutnya akan dilaksanakan secara dwi mingguan. Sebelumnya, Zawiyah KMA telah vakum selama beberapa waktu akibat pandemic serta belum menemukan system yang nyaman. Namun, kali ini zawiyah tetap harus dilaksanakan agar kegiatan ini tidak hilang ditelan masa.

Menggunakan slide show yang telah dibuatnya, Tgk. Aditya membuka diskusi dengan memaparkan teori ilmu hadis mulai dari definisi, sejarah, klasifikasi, hingga syarat untuk menghukumi hadis. Kemudian dilanjutkan dengan praktik takhrij atau cara menerapkan hukum suatu hadis. “Jika bukan karena praktik takhrij hadis, maka ilmu hadis hanya sebatas teori”, ucap pemimpin diskusi.

Dok. KMA
Diskusi berlangsung begitu menarik dengan beberapa masukan dan pertanyaan dari para peserta, diantaranya adalah Tgk. Munir yang berharap kepada para mahasiswa Aceh di Mesir untuk benar- benar mempersiapkan dirinya menjadi muhaddits (ahli hadis) dan menyebarkannya di tanah rincong. Minimnya pembelajaran hadis di Aceh memacu semangat para mahasiswa Aceh di Mesir untuk terus belajar ilmu hadis dan takhrij hadis sebagai dalil fiqh dalam memahami hukum syar’i yang dominan bermazhab Syafi’i.

Setelah forum diskusi Zawiyah selesai, dilanjutkan dengan acara Grand Opening Kajian Fakultatif oleh Departemen Pendidikan KMA sebagai simbolis dibukanya pengajian sesuai fakultas masing-masing demi menghidupkan majelis-majelis ilmu serta menunjang prestasi akademik di kuliah.

Departemen Pendidikan, sebagai salah satu poros utama akademik KMA membuat program ini  juga demi menciptakan lingkungan yang bagus untuk belajar dan mengkaji sesuai konsentrasi masing-masing mahasiswa. Menambah kekompakan dan kesolidan sehingga nantinya ketika pulang ke tanah air, mampu menyajikan dakwah yang tidak one man show dan lebih mengutamakan kebersamaan serta kolektivitas.

Kegiatan Kajian Fakultatif diresmikan langsung oleh Muhammad Syukran sebagai ketua KMA dengan harapan bisa menjadi wadah bagi para mahasiswa Aceh di Mesir untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu di negeri para anbia. Kemudian, acara yang ditutup dengan doa dipimpin oleh Tgk. Zarqali ini menambah lagi khidmahnya acara sore itu.

 

Editor: Aja Chairul Husnah

 

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top