Sambutan Hangat Dayah Aceh Untuk el Asyi dan Media KMA

 

(Kunjungan ke Al Manar. Sumber foto: dokumen pribadi)

Minggu, 26 September 2021, tiga anak muda dengan baju koko rapi, berdiri di depan masjid Al Hasyimiyah Darussalam. Tak lama dua pemudi dengan gamis hitam dan hijau lumut datang menghampiri. Setelah sedikit berbincang mereka masuk ke dalam mobil. Pagi itu Banda Aceh baru diguyur hujan, hampir saja agenda “Saweu Dayah” yang direncanakan terancam diundur lantaran cuaca. Agenda ini merupakan agenda baru dari el Asyi untuk menjaring pembaca lebih banyak mengenalkan media KMA Mesir lebih luas serta ajang silaturahmi dengan para legenda el Asyi yang yang telah mengabdi di negeri.

Dengan memanfaatkan para kru el Asyi dan media yang pulang ke Aceh, Zaid Ibadurrahman selaku Pimred el Asyi menugaskan anggotanya untuk menjalankan agenda ini. List dayah-dayah yang dikunjungi telah disiapkan. Para kru siap meluncur mengunjungi dayah-dayah yang menjadi tujuan hari itu.

Mobil melaju memecah guyuran  hujan. Percakapan-percakapan kecil seputar rute perjalanan mulai dibicarakan. Kadhan, selaku pemegang koordinasi dengan dayah-dayah mulai mengkonfirmasi ulang waktu berkunjung ke masing-masing dayah. Rute perjalanan dibagi dua hari, hari pertama mengunjungi dayah-dayah yang terletak di Banda Aceh dan rute selanjutnya mengunjungi dayah-dayah yang teletak di sekitar Banda Aceh.

Darul Ulum menjadi rute awal kunjungan, setelah jadwal kunjungan ke Darul Ihsan di tangguhkan ke hari esok lantaran terlewatkan menunggu hujan reda. Darul Ulum pagi itu benar-benar sepi, hanya terlihat beberapa santri yang mondar-mandir sambil membawa piring. Ustad Novi selaku pembina media dan jurnalistik Darul Ulum Banda Aceh,  menyambut kedatangan para kru dengan hangat. Perbincangan  seputar media dan perkenalan dengan media KMA berlangsung seru. Ustad Novi membagikan perkembangan seputar minat baca dan media Darul Ulum dan kru menceritakan perjalanan hebat perkembangan Bulletin el Asyi. di akhir perbincangan sebuah bulletin dengan judul "Tetap Waras di Era Gila" diserahkan sebagai hadiah dari kunjungan tersebut.

“Terima kasih banyak kami ucapkan untuk para kru media khususnya el Asyi atas kunjungannya, semoga dengan hadiah ini bisa menjadi motivasi bagi para santri di sini” ucap ustad Novi dengan ramah, setelah menerima buletin el Asyi.

Perjalanan selanjutnya menuju salah satu pondok pesantren modern lainnya di Banda Aceh, Babun Najah. Suasana Banda Aceh yang dingin lantaran diguyur hujan dengan mudah bisa dihangatkan oleh bara semangat para kru dalam memperkenalkan media dan bulletin el Asyi secara lebih luas.

Memasuki gerbang Pesantren Babun Najah, para santri terlihat sibuk menunggu kunjungan walinya, beberapa diantara mereka bahkan ada yang bermain bola ditengah guyuran hujan. “Wali santri dilarang masuk ke kawasan asrama,” Haris memecah keheningan dengan membaca sebuah pamflet yang tertempel di gerbang menuju asrama santri wati menunggu hujan sedikit reda.

“Kita bukan wali santri, berarti boleh masuk asrama” sambut salah satu kru diiringi tawa tipis-tipis yang lain.

Dalam kunjungan ke Babun Najah, para kru disambut oleh ustazah Siti Hanisah. Beliau menyampaikan kegembiraan atas kedatangan para kru el Asyi dan Media KMA. Beliau menambahkan bahwa santri-santri Babun Najah sendiri memiliki minat yang sangat besar dalam menulis, kedatangan para kru el Asyi dan media KMA  ini diharapkan dapat menjadi pupuk penyemangat bagi dunia literasi di Babun Najah dan menambah semangat bagi santri yang ingin melanjutkan Sarjana ke Mesir kelak. beliau juga berharap agar ke depan bisa kembali mengkses bulletin-bulletin el Asyi selanjutnya.

Hujan mulai reda, cerah matahari perlahan menampakkan diri. Pisang goreng adabi dibalut coklat menjadi teman kru dalam perjalanan selanjutnya. Rute kali ini dilanjutkan menuju salah satu Pondok Pesantren yang terletak di aliran pinggir sungai. Al Manar, begitulah sebutan khas untuk Pondok satu ini. Senyum hangat langsung terpampang dari salah satu ustad yang menyambut para kru.

“Ahlan bikum” sambut ustad Irwandi yang dulunya juga merupakan anggota bulletin el Asyi sekaligus Ketua KMA saat menempuh pendidikan di Al Azhar, Kairo.

Tak tanggung-tanggung, beliau pun langsung mengumpulkan beberapa dewan guru yang terkait bidang jurnalistik dan santri yang masih berstatus sebagai pegabdi di dayah tersebut. Haris memperkenalkan sejarah el Asyi di depan para ustad dan ustazah dengan lengkap. Nostalgia pun di mulai, ustad Irwandi selaku mantan anggota el Asyi juga turut membagikan kisah-kisah dulu perjuangan para kru el Asyi dalam mengembangkan buletin ini.

“Luar biasa anggota el Asyi dari masa ke masa, jameun nah sit meu thok-thok sidroe-droe rumoh awak KMA, meu sak iyub bantai awak KMA el Asyi nyoe, bah hana mangat menyoe hana geu bloe, hahaha( Dulu kami jual el Asyi dari dari pintu ke pintu setiap rumah orang Aceh, kemudian kami letakkan dibawah bantal, supaya ada perasaan gak enakan kalo gak beli) ” diiringi tawa renyahnya.

Pembicaraan berlanjut panjang dan penuh dengan canda tawa, botol-botol Fruit Tea yang menjadi hidangan saat itu menjadi saksi bisu atas hangatnya cerita dan pertemuan tersebut.

“Kita harapkan semangat dan karya el Asyi ini bisa kita contoh untuk membangikitkan semangat menulis santri kita di Al Manar” sambung Ustad Irwandi.

Para ustad dan ustazah yang menyambut di sana juga turut mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kunjungan dan bulletin yang dihadiahkan. Mereka juga turut mendoakan agar el Asyi ke depan sukses menjaring lebih banyak pembaca dan menebar manfaat ke barbagai lapisan masyarakat. Tak hanya itu, para ustad-ustad di sana juga mengharapkan agar el Asyi juga bisa di cetak di Aceh agar bisa mendapat hard filenya setiap bulan.

Setelah dijamu dan dilepas dengan hangatnya oleh Al-Manar, perjalanan dilanjutkan menuju Pesantren yang dikenal dengan penghafal Al Quran, Madrasah ‘Ulumul Quran atau sering disingkat MUQ. Sinar matahari mulai menyengat, manghapus tanah-tanah basah yang diguyur hujan. Tapi tidak dengan semangat para kru, semangat itu terus membara tanpa ada yang bisa memadamkan.

“ Assalamu’alaikum pak, mau berjumpa dengan ustad Yassir,” sapa Kadhan pada pada salah satu Security Pesantren.

“Ya, Silakan dek,”

Setelah menunggu beberapa saat, seorang ustad menghampiri dan menyuru para kru menuju kantor Dayah. Kemudian seorang Ustad dengan jubah putih menyambut para Kru dengan hangat. Setelah memperkenalkan diri masing-masing, para kru menyampaikan maksud dari kunjungannya.  

“Tujuan kami Ingin bersilaturahmi sekaligus memperkenalkan bulletin el Asyi dan media KMA pada dayah-dayah di Aceh, salah satu dayah yang menjadi list kunjungan kami tahun ini dayah MUQ Pagar Air, Ustad” lanjut Haris Akbar membuka peembahasan setelah saling memperkenalkan diri.

Tanggapan-tanggapan positif pun diterima para kru dari Ustad Yasir. Pembahasan juga menjerumus pada media dan minat baca santri Madrasah Ulumul Quran Pagar Air.

“Secara Khusus kami memang tidak memiliki bagian Jurnalistik, tapi bisalah kedepan kita rekomendasikan untuk dibentuk bidang khusus mengenai ini, karena ada beberapa ustad baru yang mumpun di bidang tesebut” ujar ustad yassir ketika menanggapi perkembangan Buletin el Asyi dari masa ke masa.

(Foto bersama Ustad MUQ Pagar Air dan para kru. Sumber foto: dokumen pribadi)

Setelah menghadiahkan Buletin el Asyi sekaligus berfoto bersama, para kru berpamitan guna melanjutkan perjalanan menuju Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB).

Perjalanan dari MUQ Pagar Air menuju RIAB menghabiskan Waktu sekitar setengah Jam. Guyon-guyon kecil serta cerita-cerita pengalaman menjadi makanan perjalanan kala itu. Ada juga yang mengikuti laga bola Indonesia.

RIAB, pesantren Modern yang terletak di kaki bukit Mata ie. Pemandangan yang Asri merupakan salah satu hidangan saat memasuki kawasan Pesantren. Memasuki lorong pesantren terlihat beberapa wali santri berdiri di depan pagar guna mengantar atau menjenguk anaknya.

“Gak bisa masuk gess, pagar ditutup” Celoteh Annas sambil mencari-cari tempat parkiran di luar pagar.

“Coba telpon Ustad Alif Wiga aja dulu” sambut Auliani.

“Oke coba kita hubungi”

Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan pada security, akhirnya kru diperbolehkan masuk dengan syarat dijemput oleh ustad Alif Wiga. Beliau langsung mempersilakan para kru menuju salah satu ruang pertemuan. Empat komputer dengan lemari piala dan baju melengkapi ruangan tersebut.

“Terima kasih kawan-kawan el Asyi dan Media KMA telah mengunjungi kami” ucap ustad Alif Wiga yang dulunya juga merupakan anggota aktif el Asyi.

Pembicaraan pun berlangsung hangat. Selain membagikan berbagai cerita, beliau pula memberikan apresiasi sebesar-besarnya untuk perkembangan el Asyi.

“Ya kita tau sendiri bagaimana perjuangan dan perkembangan el Asyi, ini merupakan terobosan yang bagus, Mudah-mudahan ke depan akan banyak lagi dayah yang bisa dikunjungi” sambungnya.

Pembicaraan pun berlangsung hangat. Selain membagikan berbagai cerita, Ustad Alif Wiga juga memberikan masukan-masukan positif untuk perkembangan el Asyi. Dalam kesempatan itu, Ustad yang juga pernah menjabat sebagai Kepala sekolah Menulis KMA 2017-2018  tersebut juga meminta restu dan doanya kepada para kru untuk keberlangsungan akad nikahnya yang dilaksanakan dalam waktu dekat. Usai menyerahkan el Asyi dan berswafoto, para kru berpamitan.

Waktu selalu menjadi alasan akhir sebuah perjalanan. Saga-saga merah di Barat langit menyapa, waktu magrib hampir tiba. RIAB menjadi penghujung kunjungan hari itu. Semua tanggapan sekaligus masukan positf mejadi hadiah spesial yang dibawa pulang.

***

Dua hari setelah perjalanan pertama, perjalanan selanjutnya dimulai. Selasa, 8 Oktober 2021, Banda Aceh pagi hari masih dilanda hujan. Namun beruntung tekad dan semangat para kru tak membuat perjalanan kunjungan batal. Seperti list yang telah ditulis, Darul Ihsan menjadi awal tujuan awal yang sempat tertunda.

Pukul 10.25 kru telah berkumpul kecuali Annas, Dengan sisa kru yang telah berkumpul mereka melanjutkan perjalanan. Ustad Muakhir Zakaria menyambut para kru dan langsung mempersilakan masuk. Aneka nostalgia saat menempuh pendidikan di Al Azhar kembali diceritakan. Tak tanggung-tanggung, Ustad yang dulunya juga pernah menjabat sebagai ketua KMA Mesir ini juga memiliki kenangan manis dangan bulletin ini, beliau menjadi langganan mengisi berbagai rubrik di buletin sederhana tersebut hampir disetiap edisi. Beliau juga menunjukan rasa takjub pada perkembangan el Asyi.

(Kunjungan ke Pondok Pesantren Darul Ihsan. Sumber foto: dokumen pribadi)

Senyum ramah selalu menyertai mimik sang sesepuh warga KMA  Mesir tersebut. Pertemuan diakhiri dengan berpamitan serta layangan harapan yang besar agar el Asyi terus berkembang menyebarkan banyak manfaat.

Jam 13.12 Wib, Annas bergabung bersama kru. Kali ini perjalanan jauh dimulai, cuaca siang itu begitu bersahabat, tak terik, tak juga ada rintik hujan. Pesantren Teungku Chik Oemar Diyan menjadi tujuan kedua hari itu. Ustad Yermijal selaku ustad dari Oemar Diyan mengkonfirmasi kunjungan para kru.

“Oya, nanti kasih tau lorong masuknya ya”

“Oke Nas, bentar lagi nyampe tu” Jawab Auliani.

Gerbang selamat datang di Krueng Jreu terpampang di tepi kanan jalan Banda Aceh-Medan, gerbang yang manjadi ciri khas menuju pesantren yang dirintis oleh H. Sa’aduddin Djamal. Sepanjang jalan menuju Pesantren tersebut, hijau pepohonan menjadi pemandangan yang ditawarkan. Truk-truk besar menjadi sapaan spesial melewati jalan tersebut.

Sekitar sepuluh menit melewati jalur tersebut, sebuah gerbang bertulisan “Tgk. Chiek Oemar Diyan Islamic Boarding School” terpampang tepat di persimpangan jalan. Setelah menjelaskan tujuan kunjungan, security pesantren memberikan izin masuk. Lahan luas yang diisi bangunan dan balai-balai menjadi ikon saat awal memasuki gerbang.

“Langsung ke kantor dayah aja Bang,” Seru Atun yang merupakan Alumni Dayah Teungku Chiek Oemar Diyan.

“Oke,”

Tanpa ragu para kru mengetuk pintu kantor. Seorang Ustazah menyambut kru dan mempersilakan masuk. Tak berapa lama ustad Yermijal menghampiri, dengan semringah senyum beliau menyapa kru yang duduk menunggu di kantor.

Ahlan… Ahlan bikum (Selamat datang semuanya)”

Perbincanganpun berlanjut, Mulai dari cerita kenangan saat mondok hingga cerita pengalaman saat menempuh pendidikan di Kairo.Izzatun dan Auliani selaku Alumni Pondok Oemar Diyan menjadi pelengkap ragam nostalgia kala itu.

“Ini silakan dibaca-baca ustad, bulletin el Asyi edisi bulan ini” Kadhan menyerahkan Buletin yang di tangannya.

“Udah rame sekarang ya,” komentar ustad Yermijal sambil membolak-balik halaman tengah el Asyi.

Pimrednya siapa sekarang?”

“Bang Zaid, adek bang Shabron, Ustad” Jawab Haris.

“Mantap, mantap”

Setelah berbincang cukup lama perihal el Asyi dulu dan perkembangan el Asyi sekarang para kru berpamitan. Ustad yang yamg dulunya sempat terjun langsung dalam keanggotaan el Asyi dan menduduki jabatan layouter ini juga menyampaikan banyak terimakasih atas kunjungan dan dedikasi para kru untuk menyebarkan el Aysi.

(Kunjungan ke dayah Teungku Chiek Oemar Diyan)

Seperti biasa, usai mengabadikan momen bersama, kru melanjutkan perjalanan. Kali ini Dayah Insan Qurani akan menjadi tujuan selanjutnya. Roti selai Samahani diiringi shalawat Mas’ud Kurdish, menjadi teman perjalan.

“Konfirmasi sama Ustad Ramatul Fahmi”

“Udah, tapi tadi janjinya jam 4, sekarang udah lewat”

“Gak papa kita pergi aja dulu”

Dayah Insan Qurani terlihat ramai, para santri para santi berkumpul seperti akan mengadakan sebuah acara. Para kru turun dari mobil dan langsung menuju kantor dayah.

“Dari KMA Mesir ya ustad?” tanya salah satu santri berbaju rapi lengkap dengan identitas pengenal tergantung dilehernya.

“Iya benar”

“Silakan masuk ustad, tapi mohon maaf, ustad Rahmatul Fahminya udah keluar karena ada urusan. Beliau menyuru kami dari bagian jurnalistik menyambut antum”

“oh oke gak papa”

Beberapa santri tampak berbondong-bondong masuk dalam kantor dayah. Para kru yang awalnya hanya mengira ingin sekedar berjumpa dengan ustad Rahmatul Fahmi selaku bagian Jurnalistik di Dayah Insan Qurani menjadi heran.

“Ustad kayaknya gak muat di kantor ini, kita pndah ke lab computer aja” ucap salah seorang santri lainnya yang juga menggunakan kalung pengenal.

“Eh, Tunggu dulu, kami buka mau kasih seminar, kami Cuma sekedar mau bersilaturahmi dengan ustad-ustad sekaligus memperkenalkan el Asyi dan Media KMA ke sini” ucap salah satu kru.

“Gak papa ustad sekalian aja, kami juga mau kenal KMA, hehe” jawab salah satu santri.

Kemudian mereka langsung mengajak pindah santri-santri yang sudah berkumpul di ruang tersebut ke lab computer. Kru yang awalnya hanya memperkirakan berbincang dengan beberapa ustad kini berubah menjadi seminar dadakan. Beruntung akhirnya hanya kelas enam dan bagian jurnalistik yang diberi akses masuk. 

Para kru mulai diminta memperkenalkan diri. Masing-masing kru juga memperkenalkan media KMA yang digeluti. Para peserta pun melempar aneka pertanyaan, mulai dari pertanyaan khusus seputar media KMA hingga pertanyaan umum seputar jurnalistik. Perbincangan berlangsung lama hingga akhirnya para kru harus meminta izin untuk melaksanakan shalat ashar sekaligus berpamitan.

(Foto bersama Santri Dayah Insan Qurani dan kru Media KMA)

 “Salam dari ustad Rahmatul Fahmi, beliau meminta maaf karena tidak bisa menunggu lagi, dan berterima kasih atas kunjungannya”

“Sama-sama, kami juga berterimakasih atas sambutan dan penerimaannya.”

Pertemuan kali itu berlangsung menyenangkan dan diakhiri denga foto bersama. Dayah Insan Qurani menjadi list penutup agenda “el Asyi Sawue Dayah” kala itu.

“Semoga Buletin ini bisa menjadi ladang dakwah sekaligus penyemangat bagisantri-santri,” ucap Auliyani.

Syukur, atas izin Allah tidak ada kendala yang berarti saat berlangsungnya Safari dari Dayah ke Dayah kemarin, Walaupun hujan lebih mendahului para kru, justru rahmat-Nya tercurahkan sempurna hingga selesailah agenda Safari dari dayah ke dayah ini.

Galeri Photo lengkap perjalanan kru dapat dilihat di Instagram el Asyi.


Reporter: Izzatun Nabila

Editor : Annas Muttaqin

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top