Catatan Metamorfosis
Telah
tertulis dalam suratan takdir-Nya. Semua ketentuan itu akan berlaku
sesuai garis. Di satu sisi ada kebahagiaan dan kesenangan, di sisi lain
terdapat kesedihan dan penderitaan. Begitulah kehidupan. Tak ada yang
bisa mengelak dari apa yang telah menjadi rencana dan ketetapan Tuhan.
Kita
mengetahui dan menyadari bahwa sebesar apa usaha yang kita lakukan,
seperti itulah hasil yang akan kita peroleh. Padahal adakalanya kita
tidak menyadari bahwa semuanya bermuara pada tindakan keberanian kita
sendiri dalam menentukan jalan dan pilihan hidup.
Terkadang, banyaknya daftar hitam (black list)
mengantarkan ketidaksiapan kita untuk menerima rapor dari tangan kiri
yang merupakan refleksi dari usaha. Terlepas dari alasan besar kecilnya
pengorbanan, kuat lemahnya usaha atau salahnya cara dalam mengolah.
Daftar ini akan menjadi sangat panjang, semakin panjang hingga tak
terukur dan terbilang karena menumpuknya kegagalan. Besarnya kesalahan
atau dosa masa lalu telah kita lakukan semasa hidup.
Kemana kita melangkah?
Ada
sebuah solusi yang diajarkan dalam islam sebagai jawaban atas perasaan
bersalah dan keinginan untuk terbebas dari keterpurukan. Islam tidak
mengkambinghitamkan keadaan, lingkungan, kepribadian atau surat
penebusan dosa sebagai penyelesaian. Karena solusi itu adalah taubat.
Taubat yaitu perubahan. Perubahan identik dengan metamorfosis. Metamorfosis dalam bahasa yunani adalah methamorpho; pembaharuan. Seperti halnya seekor ulat yang bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu.
Ulat
dan kupu-kupu adalah dua binatang yang mewakili dua hal yang berbeda.
Akan sangat kontradiktif ketika keduanya dipertermukan. Ulat lazim
digambarkan sebagai binatang yang menjijikkan dan menakutkan.
Kebanyakan dari kita ketika melihat seekor ulat, akan menghindar bahkan
ada yang membunuh. Ia dianggap sebagai hama tanaman penggerogot daun dan
binatang penyebar wabah.
Sebaliknya
kupu-kupu adalah binatang yang melambangkan keindahan, lukisan perasaan
manusia, disukai banyak orang, mempunyai pergerakan yang hebat, cepat
dan lincah. Hinggap dari satu bunga ke bunga lain. Ia juga merupakan
binatang yang menjalankan fungsi untuk menyebarkan kehidupan bagi
makhluk lain.
Keluarlah
dari sinopsis, kemudian tarik tali simpul. Maka kita akan menemukan
kenyataan bahwa kupu-kupu yang banyak disukai orang, ternyata berasal
dari ulat yang menjijikkan, dan banyak dijauhi orang. Ulat
mentransformasikan dirinya menjadi kupu-kupu, dari yang tadinya ditakuti
dan dihindari, menjadi dicari, dikagumi dan dipuji keindahannya.
Proses
transformasi yang dilakukan kupu-kupu, bukanlah suatu proses yang
mudah. Proses perubahan hingga menjadi kupu-kupu merupakan proses yang
sangat berat, lelah, menyiksa dan taruhannya adalah hidup atau mati.
Oleh karena itu tidak semua ulat mampu mengubah dirinya menjadi
kupu-kupu yang indah. Buktinya, kita sering melihat kepompong yang mati
karena proses metamorfosisnya gagal.
Dan
inilah metamorfosis! Ia merupakan suatu rasa sakit, sedih bahkan tangis
yang akan bercampur menjadi rasa baru yaitu bahagia. Hasil inilah yang
akan dicari semua orang. Pengembangan diri tidaklah bisa dilakukan
secara ’instan’, akan tetapi memerlukan proses yang sangat lama, berat dan melelahkan.
Jangan Jadi Rayap/laron
Jangan
sekali-kali berpikir bahwa semua metamorfosis menghasilkan kupu-kupu.
Ingat, masih ada kumbang dan beberapa hewan lainnya. Laron juga
merupakan hewan yang bermetamorfosis.
Siklus
kehidupan laron adalah metamorfosis yang bertahap. Kehidupannya dimulai
dari telur-telur rayap yang menetas menjadi nimfa. Rayap memang
dilahirkan untuk mengkonsumsi kayu. Ia tidak peduli kayu-kayu yang
dimakan masih dipakai oleh manusia atau tidak. Hal inilah yang
menyebabkan manusia harus meracuninya dengan obat anti-hama.
Sifat
dan gaya hidup rayap berbeda dengan kupu-kupu dan kumbang. Kupu-kupu
dan kumbang adalah tipe serangga penyendiri yang amat mandiri. Mereka
menjalankan siklus hidupnya secara mandiri. Mulai dari lahir, mencari
makan, metamorfosis sampai dewasa secara mandiri.
Sedangkan
rayap yang akan menjadi laron adalah makhluk sosial yang amat
bergantung pada lingkungannya atau pada koloni tempat ia tinggal.
Bahkan, untuk membunuh seekor rayap kita hanya cukup memisahkannya dari
kumpulan koloninya. Maka, ia akan mati seketika saja.
Ini
adalah sebuah ketergantungan yang mematikan. Sangatlah tidak logis
ketika hal ini terpatri dalam diri kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lainnya.
Rayap
hidup dalam koloni yang terbagi dalam kelas-kelas, yaitu kelas
reproduksi, kelas prajurit dan kelas pekerja. Meski mereka saling
tergantung satu sama lain, kelas pekerja tidak akan sungkan dan ragu
untuk memakan temannya sendiri baik yang sehat, sakit, maupun yang sudah
mati dengan alasan menjaga keseimbangan koloni.
Perbuatan
kanibal ini akan terus-menerus dan berlangsung lebih dashyat jika
koloni sedang terancam kekurangan makanan atau menghadapi masa-masa
sulit lainnya.
Ini
menjadi titik tolak bagi kita untuk tidak bergantung secara berlebihan
kepada orang lain. Sehingga membuat keadaan kita sendiri jauh dari
kemandirian. Kadangkala sering juga kita terlalu terlarut dalam
kesedihan karena perpisahan. Seakan-akan kita tidak mungkin dapat hidup
tanpa orang yang meninggalkan kita.
Kawan...
ketika kita berhadapan dengan hal tersebut, maka janganlah seperti
rayap yang mati karena perpisahan dengan rayap-rayap lain.
Pada
kondisi ekstrim yang lain; yaitu memakan teman sendiri dengan beragam
alasan. Kita bukanlah kanibal yang tidak peduli dengan kondisi
teman-teman kita. Janganlah seperti rayap yang rela mempertahankan
kehidupannya sendiri dengan jalan memangsa jenis mereka sendiri ketika
berhadapan dengan kondisi apapun.
Bermetamorfosislah
Kehidupan
kita pasti mengalami perubahan di setiap waktunya sebagai pembelajaran.
Untuk menghadapi dan memaknainya, belajarlah untuk punya keinginan
berubah ke arah yang lebih baik. Allah akan merubah keadaan itu. Tapi
Allah punya syarat untuk kita yaitu metamorfosis; seperti ulat, bukan
seperti rayap. Hemat kata untuk semua kawan-yang pernah gagal, ”mulailah bangun dan angkat kakimu untuk melangkah.”
Beberapa catatan awal untuk kita memulainya
Pertama, perubahan yang dimulai dari diri sendiri. "Ashlih nafsaka, yashluh laka An-nāsu" (Perbaikilah dirimu sendiri terlebih dahulu, niscaya orang lain akan mengikuti apa yang kamu lakukan itu (Hadis)).
Kedua,
berubahlah dimulai saat ini juga. Banyak alasan untuk tidak mengambil
tindakan hari ini dan alasan yang paling utama adalah perasaan takut.
Orang yang mempunyai kebiasaan menunda suatu tindakan, sangat ahli dalam
menemukan alasan-alasan yang kedengarannya sangat masuk akal. Ingat,
tak ada alasan untuk menunggu sampai datangnya saat tepat dan motivasi
yang cukup kuat untuk maju. Sekaranglah!
Ketiga, berubah dari hal yang terkecil. Sering kita menginginkan perubahan besar dalam hidup kita. Namun melupakan hal yang terkecil.
Kawan,
betapa indahnya ketika kita dapat melepaskan diri sendiri dari belenggu
hidup, guna memperoleh kebebasan hidup yang bermakna.
Mudah-mudahan
kita bisa menghadapi tuntutan praktik professional dari waktu ke waktu.
Moga kesadaran sesama akan menoreh garis baru dalam kehidupan kita.
Ini juga sebagai alasan untuk sedikit saling berbagi ingatan tentang
hidup. Mudah-mudahan menjadi katrol hidup atau garis besar panduan bagi
individu untuk sama-sama mengalami keindahan perubahan menuju
optimalisasi diri.
Lihatlah
ulat sutera, kalau ia tak mampu terbang bertahun lamanya dengan sayap
berwarna-warni, setidaknya ia sempat mengepak sayap di udara untuk
sesaat dan kemudian kembali menjalin sutera untuk generasi berikutnya.
Jangan sekali-kali berkeinginan untuk mempercepat perubahan kepompong
menjadi kupu-kupu, karena akan berakibat cacat/matinya kupu-kupu
tersebut. Semua proses perubahan diri yang dikarbit hanyalah bersifat
sementara dan tidak akan membuat kita sempurna melainkan "tidak bisa
terbang." (Disadur dari berbagai sumber)
Karya Tgk. Muhibbusshabri Abdul Hamid
Telah dimuat di el-asyi edisi 103
Posting Komentar