Langkah Zionis Menuju Chakemate

Perang al-Furqan akhir tahun 2008 lalu seakan mengulang sejarah fenomenal yang terjadi pada14 abad silam. Sebuah wilayah milik Islam yang tergolong kecil, namun tetap dapat bertahan dari berbagai serangan brutal musuh walau dengan segenap kekurangan. Bahkan genosida yang berlangsung selama 22 hari itu tidak mengantarkan keuntungan apapun kepada golongan penyerang yang mengaku sebagai pihak yang benar; Kebohongan yang sudah biasa mereka kerjakan.

Dalam daftar isi sejarah alam Islami moderen, Zionis menempati urutan teratas sebagai musuh paling licik. Gerakan yang  berasaskan ideoligi Zionisme rumusan oleh Theodore Herzl pada tahun 1879 ini merupakan gerakan yang sejak awal pembentukannya telah melakukan “open fire” dengan banyak pihak, khususnya Islam. Sebagai bukti, proses terpilihnya Palestina sebagai “promised land” - tanah air yang dijanjikan - telah mengudang pertentangan keras dari segenap bangsa Arab yang tergabung dalam wilayah timur tengah. Sehingga perang Arab-Israel pertama pun meletus pada tahun 1948, kemudian disusul oleh berbagai perang lainnya, seperti perang Suez tahun 1956, perang Libanon tahun 1982. Intinya mengacaukan kedamaian yang sempat kita miliki dulunya.

Berawal dari keserakahan.

Keserakahan Zionis sudah terlihat jelas sejak awal kependudukan mereka di bumi anbia Palestina pada tahun 1948. Mereka melakukan konspirasi brutal demi perluasan wilayah, hingga membantai setiap penduduk Palestina dan Libanon yang bermukim di perbatasan tiga negara tersebut. Namun sayangnya, sesuatu yang sama sekali di luar prediksi mereka, bahwa keserakahan itu telah membangun semangat ukhuwah yang tinggi dalam tubuh muslim dunia. Dan satu lagi yang bahkan lebih parah dari itu, mereka jelas-jelas telah menumbuhkan kembali semangat jihad yang nyaris pudar dari tubuh umat Islam sejak berdirinya PBB pada akhir perang dunia 2.

Pelanggaran mereka terhadap semua perjanjian perdamaian, kesepakatan dan rekonsiliasi merupakan cermin nyata dari keserakahan dan kesombongan mereka. Di sinilah letak salah satu penyebab kehancuran mereka. Manakala umat Islam sudah terdesak di sebuah sudut yang nyaris mematikan, saat itulah kekuatan yang sebenarnya dimiliki oleh umat yang mewarisi kemenangan Ahzab akan terlihat. kekuatan yang tak dapat ditandingi oleh kecanggihan teknologi kaum Zionis.

Pendukung kemungkinan akan runtuhnya zionis.

Kekejaman rezim Zionis tak ada bedanya dengan rezim NAZI yang berkuasa pada tahun 1933-1945. Setiap rezim yang sudah mencapai puncaknya, akan jatuh tak lama kemudian. Terlebih kemungkinan akan jatuhnya rezim Zionis yang sampai hari ini masih terus berbuat makar didukung oleh banyak faktor. Diantaranya:

a. Ketergantungan zionis pada banyak pihak

Sebagai sebuah negara yang sangat sulit untuk diakui kedaulatannya, Israel yang merupakan basis utama gerakan zionis sangat lemah dan tidak memiliki banyak potensi. Hanya saja, dukungan penuh yang diberikan banyak pihak kepada Zionis memungkinkan mereka melakukan banyak hal. Ibarat lumut yang tak dapat hidup tanpa bergantung pada inangnya.
Akhir-akhir ini, dukungan yang mereka dapati dari beberapa negara kuat mulai redup dan tidak meyakinkan. Terutama dukungan dari Amerika. Meski Susan Rice sebagai utusan Amerika untuk PBB dengan jelas menyatakan sikap terhadap dunia internasional yang anti-Israel dalam pidatonya pada sebuah konferensi di Yerussalem Rabu 20/10, namun Amerika sendiri mendukung rekomendasi agar Israel melakukan penyelidikan atas kejahatan perang yang dilakukannya awal tahun 2009 lalu. Disini samar terlihat bahwa Amerika mulai ragu memberi dukungannya kepada Israel.

b. Holocaust mulai diragukan kebenarannya

Holocaust yang sering dipahami sebagai pembantaian massal dan keji terhadap kaum Yahudi oleh NAZI jerman di bawah Adolf Hitler pada masa perang dunia 2 mulai mencuat kedustaannya. Ini semakin menyudutkan Israel di mata internasional. Mitos Holocaust telah membuat banyak negara mengamini segala kejahatan Israel sebagai balas budi bangsa Eropa terhadap aib holocaust yang mereka tanggung bersama. Andai kedustaan holocaust dapat dibuktikan dengan lebih akurat sebagaimana yang disampaikan oleh Norman G. Finkelstein, maka dapat dibayangkan bagaimana nasib Israel setelah itu.

c. Konflik intern; Ekonomi, agama dan ideologi

Krisis ekonomi global telah menambah masalah baru bagi Zionis. Perbedaan mendasar antar dua idelogi yang  sangat kental di Israel juga membuat Zionis harus berpikir panjang tentang langkah selanjutnya. Bahkan dari perbedaan ini muncul pula konflik baru dalam tubuh Zionis, konflik agama. Semua ini mempunyai potensi besar untuk melumpuhkan langkah Zionis dan Israel kedepan. Dalam sebuah berita yang dilansir Era muslim, (Rabu, 2 Dzulqa`dah 1430/21 Oktober 2009) zionis mengakui bahwa 25% bangsa Yahudi hidup di bawah garis kemiskinan, tingkat kemiskinan pun kian meninggi per-tahunnya.

d. Menurunnya penganut

Dalam setahun, kaum Yahudi bisa berkurang lebih dari 100 orang. Ditambah dengan mandegnya pertumbuhan bangsa Yahudi Internasional. Hal ini membuat bangsa ini semakin kecil dan semakin mudah untuk dipatahkan. Berdasarkan data yang dilansir oleh Lembaga Studi Perencanaan Bangsa Yahudi disebutkan bahwa pertumbuhan Yahudi secara alami sangat terbatas. Tahun 1970, jumlah mereka 12, 633 juta, dan saat ini baru mencapai 13,100 juta. Ini jelas bahwa pertumbuhan bangsa Yahudi tergolong sangat minim, bahkan terhenti.

e. Hubungan bilateral semakin memburuk.

Negara-negara Arab tidak pernah menerima pembentukan negara Israel di tanah timur tengah. Sebagian besar negara-negara Arab tak pernah mengadakan hubungan bilateral yang baik dengan Israel. Bahkan dalam sebuah pidato Obama Presiden terpilih Amerika terbaru meminta kepada negara-negara Arab untuk memulihkan hubungan mereka dengan Israel. Akhir-akhir ini, semenjak menanjaknya kebrutalan Israel, banyak negara-negara lainnya yang mulai memutuskan hubungannya dengan Israel. Termasuk turki yang dulunya dikenal sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim namun berasaskan liberal pun mulai merusak hubungannya dengan basis zionis tersebut. Dengan demikian, semakin bertambah pula musuh Israel. Dan ini menjadi bahan perhatian utama Israel dalam menapaki langkah ke depan.

f. Kajian kekejian Israel

Sebuah misi pencari fakta atas konflik di Gaza yang dibentuk pada tanggal 3 April 2009 yang lalu, dengan dikepalai Justice Richard Goldstone, seorang mantan hakim Afrika Selatan dan dibantu oleh Prof. Christine Chinkin, Ms. Hina Jilani, serta Kolonel Desmond Travers ternyata banyak membahayakan kedudukan Israel di mata hukum internasional. Semakin dalam penelitian itu dikaji, semakin terbuktilah kejahatan yang mereka lakukan dalam genosida brutal yang terjadi antara 27 desember 2008 sampai 18 januari 2009.

Persentase kemungkinan checkmate

Sesuatu yang bisa kita pastikan hanyalah kemungkinan, karena tiada kepastian yang kita ketahui dengan pasti kecuali  sesuatu yang telah Allah pastikan untuk kita ketahui. Segala yang belum terjadi masih sengat misterius untuk dapat kita tebak dengan pasti. Lantas apa yang telah kita bahas hanyalah berupa kemungkinan, bukan kepastian. Ya, hanyalah sebuah kemungkinan terhadap akan kalahnya Zionis dari peperangan yang terus-terusan ia dengungkan sejak lahirnya kurang lebih seabad yang lalu. Kita boleh mengatakan bahwa kemungkinan itu tidak terlalu besar, mungkin hanya 51% saja. Namun disinilah letak keunggulan umat Muhammad saw. yang penuh dengan optimisme. Walau tersudut diujung langkah tetap mencari peluang untuk sebuah kemenangan. Terlebih saat ini, peluang itu jelas terbuka untuk kita raih dan kita manfaatkan.

Menjatuhkan lawan dalam sekali pukulan dengan tenaga terbesar diiringi kesiapan penuh beserta kekuatan yang tak bisa dielakkan lagi adalah sebuah serangan yang sangat mematikan, ibarat menyekak mati raja lawan dalam dunia percaturan. Dengan meletakkan pion dan tenaga-tenaga pendukung di beberapa tempat yang sangat strategis, kemudian melemahkan kekuatan musuh serta menyempitkan gerak langkah mereka adalah trik terampuh untuk men-skak mati lawan kita. Demikianlah ibaratnya apa yang sedang bergejolak antara Islam vs zionis. Saat ini, zionis sedang dalam keadaan lemah, Islam mulai beranjak menyatukan dan memperbesar kekuatan. Kita tak perlu ragu untuk mengantarkan checkmate terindah kepada zionis yang akan didokumentasikan  dalam sejarah sepanjang abad.

Tulisan Tgk. Mursalin Abdul Ghani
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Al-Azhar Kairo.
*Sudah pernah diterbitkan di el-Asyi  edisi 103 dengan berbagai perubahan

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top