Dayah Al Furqan Bambi, Optimalisasi Alumni Timur Tengah

DAYAH Al Furqan terletak di Desa Tengoh Baroh, Kemukiman Bambi, Kecamatan Peukan Baro, Pidie, merupakan salah satu pondok pesantren terpadu dan tertua di Kabupaten Pidie. Dayah tersebut diresmikan pada tahun 1983 oleh Bupati Pidie Nurdin AR.

Asal usul didirikan dayah yang berada di bawah naungan pemerintah ini tak luput pula dari idenya Bupati Nurdin AR. “Pak Bupati saat itu ingin sekali di Pidie ada dayah modern. Anak-anak bisa sekolah dan belajar pendidikan agama secara dalam,” ujar pimpinan Dayah Al Furqan, Drs H Tgk Badruddin Puteh kepada Serambi, Rabu (3/8).

Malah, mulanya telah dibangun salah satu lokasi kampus Al Furqan di Gle Gapui, berdampingan dengan kampus Universitas Jabal Gafur. Tetapi tidak terpakai karena masyarakat Bambi menginginkan dayah tersebut tetap berada di Bambi.

Hingga kini Al Furqan telah melahirkan sekitar 4.000 lulusan yang sebagian besar juga sudah menjadi orang-orang yang sukses. Antara lain, Dr Munawar Jalil dan Hasan Basri M Nur.

Al Fuqan memiliki 12 ruangan belajar, termasuk satu di antaranya ruangan komputer. Sedangkan asrama ada 15 kamar putra dan 12 kamar putri. Kegiatan santri dimulai sejak pukul 05.00 WIB, diawali shalat subuh berjamaah.

Kemudian dilanjutkan wirid dan pengajian, serta diikuti muhadash dan mufradat, yakni penguasaan kosa kata bahasa Arab. Selanjutnya dilakukan gotong-royong, menurut piket masing-masing kamar, dan seterusnya persiapan belajar ke sekolah.

Para alumnus Al Furqan Bambi yang sedang menimba ilmu di luar, antara lain  Munira dan Malik Hasballah,  mereka sedang kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. “Ada satu lagi sudah bekerja di kedutaan Arab  Saudi, saya lupa namanya,” kenang Tgk pimpinanan dayah ini.

Kegiatan Ramadhan di sini hanya diberikan untuk siswa kelas III Tsanawiyah dan kelas III Aliyah. Kegiatan dipusatkan di dayah dalam waktu sepuluh hari, antara diisi dengan belajar mengaji, shalat berjamaah, muhasabah (latihan pidato).

Ada pun jumlah guru tetap hingga saat ini tercatat 60 orang, masing-masing terdiri dari guru dayah dan guru madrasah. Antara lain, Fajri mengajar hadis, lulusan salah satu universitas di Yaman. Amri guru syariah, alumnus Al Azhar, Kairo, Mesir, dan T Maimun alumnus Sudan.

Sebagai pondok pesantren terpadu di Pidie, Al Furqan tergolong paling tua telah banyak suka duka yang dirasakan kendati dayah adalah binaan pemerintah. Boleh jadi salah satu masalah beban ekonomi yang kurang diperhatikan, namun dayah terus bangkit demi mencetak kader yang berguna. (NH)

Sumber : Serambi Indonesia, 10 Agustus 2011

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top