Pasca Dekrit Dewan Tinggi Militer, MPR Dibekukan, Mesir Membara.
Keputusan Dewan Tinggi Militer (SCAF) pada hari selasa 19 Juni 2012 direspon oleh rakyat Mesir dengan demontrasi besar-besaran. SCAF telah kehilangan kepercayaan rakyat. Rakyat tidak bisa lagi berharap kepada SCAF yang memimpin masa transisi secara buruk.
Sebagaimana diberitakan, SCAF membekukan parlemen secara utuh, untuk kemudian kekuasaan legeslatif dipegang di bawah kendali SCAF. Selain itu, SCAF juga diklaim akan menunda pengumuman hasil pemilu dalam negeri, yang juga banyak terjadi simpang siur. Mayoritas media dan Timses Dr. Muhammad Mursi mengklaim kemenangan mereka dengan keunggulan 52 %, sementara timses Ahmad Syafiq dan beberapa media, termasuk media Amerika(sebagaimana dikutip Mishr al-Yaum) mengumumkan kemenangan Ahmad Syafiq dengan keunggulan 51 %
Selain akan menunda pengumuman dan pelantikan presiden, dan pembatalan tim pebentuk/amandemen undang undang, SCAF dikabarkan tidak akan memberikan kekuasaan penuh kepada presiden terpilih. Oleh Hamid Marzuk, ini dianggap pembentukan negera dalam negara. Tindakan SCAF dinilai dapat merusak citra revolusi. Dan berniat memegang kendali negara dalam pemerintahan ke depan. Akumulasi dari ulah SCAF menyebabkan masyarakat kembali turun ke jalan untuk mengawal perjalanan revolusi Mesir yang diambang kegagalan. Marwan Bishara, analisis politik dari Aljazera menyebut bahwa nasib revolusi Mesir akan sama seperti Aljazair.
Dari Palestina, Ismail Haneya sudah mengucapkan selamat kepada Muhammad Mursi dan Partai Kebebasan dan Keadilan. Haneya menyebut bahwa kemenangan Mursi adalah jalan keluar baru bagi problem Palestina. Ia optimis bahwa Mesir akan mampu berbuat banyak untuk menyelesaikan konflik Palestina – Israel.
Sementara itu, dari harian AFP dan Washington Post, Amerika mendesak agar Dewan Tinggi Militer melakukan penyerahan kekuasaan seutuhnya kepada pemimpin terpilih. Hal ini disebut untuk melanggengkan hubungan Amerika dengan Mesir yang dapat renggang akibat ulah SCAF.
Dari kalangan parlemen, Komisi Perundang-undangan yang dipimpin Mahmud Khudhairi telah menolak keputusan Dewan Tinggi Militer dan menganggap bahwa artikel yang menjadi pedoman Mahkamah Konstitusi tidak memiliki efek langsung dengan pelaksanaan pemilu parlemen yang bersih dan adil. Komisi bahkan mendesak Saad Al-Kattatany untuk melakukan penolakan atas Dekrit Dewan Tinggi Militer.
Pada kesempatan yang lain, Dr. Samir Shabry, Ketua Tim Advokasi untuk Korban Revolusi 25 Januari mendatangi Kantor Dewan Tinggi Militer, ia meminta dilakukan pencekalan terhadap Ahmad Syafiq, termasuk pencekalan perjalanan luar negeri. Permohonan ini berdasarkan kepada laporan atas partisipasi Syafiq dalam kematian aktivis pro revolusi 25 Januari. Dalam pengadung bernomor 1687 dan 1720 Syafiq dikenai tuduhan memanfaatkan posisinya dalam menghamburkan uang negara dan berbagai tindakan makar.
Di gedung Parlemen, akibat keputusan SCAF, Mahmud Khudhairi, Muhammad 'Umdah dan seluruh anggota MPR tidak dibenarkan menginjakkan kaki di gendung Parlemen Mesir. SCAF telah mengeluarkan keputusan bahwa saat ini, seluruh keputusan Legislatif dan Eksekutif berada di tangan SCAF. Keputusan ini kembali menguatkan vakumnya MPR terpilih. Akibat penolakan masuknya anggota MPR itu, beberapa anggota MPR kini bergabung bersama masyarakat di Tahrir Squere untuk menolak hasil keputusan SCAF. Dalam yel yel yang dinyanyikan masyarakat, terdengan selintingan bahwa Dewan Tinggi Militer-lah pemenang pemilu di Mesir. Selain itu, untuk memastikan penolakannya terhadap Dewan Tinggi Militer, Khudhairi menyebut bahwa dalam keadaan darurat, anggota MPR bisa melakukan rapat dimanapun, walaupun bukan di gedung DPR yang telah ditutup oleh Dewan Tinggi Militer. Kabarnya malam ini mereka (anggota MPR) akan mengadakan pertemuan di salah satu Mesjid di Kairo.
Di Kairo, Damanhur, dan beberapa proponsi lainnya, Timses Ahmad Syafiq tampak merayakan kemenangan mereka dalam pemilu presiden. Aksi ini ditentang oleh mayoritas masyarakat. Bahkan Timses Mursi menyebarkan secara luas hasil pemilu Mesir yang menempatkan Mursi di urutan pertama dengan suara 13 juta lebih. Di Kairo, pro revolusi dan anti Syafiq melakukan demontrasi besar besaran di Tahrir dan Gedung Parlemen. Demikian juga di propinsi lain. Seluruh kekuatan politik dan masyarakat pro revolusi menolak Dekrit Dewan Tinggi Militer yang diumumkan siang tadi. Teriakan yang sangat membahana adalah, " Apabila Dekrit dipaksakan, Maka demontrasi akan terus berlangsung, Keputusan Dewan Militer hanya berbentuk khabar (tidak punya kekuatan hukum mulzim), tidak dapat menggugurkan hak-hak parlemen. Kini, Mesir di ambang prahara baru.
Posting Komentar