Agar Bahagia Lindungi si Raja !
Sejenak kita ajak hati, berdiskusi, tanya jawab atas apa yang selama ini kita lakukan. Dimana hati sebagai raja bagi seluruh anggota tubuh mempunyai peran yang sangat urgen dalam menjalani kehidupan. Keberadaannya bisa menghantarkan kebahagian atau bahkan menyebabkan kesengsaraan, maka adakah selama ini hati telah melaksanakan perannya sebagai raja yang mengayomi, dan menjaga rakyatnya dari segala serangan yang tidak diinginkan? Atau bahkan ia membiarkan rakyatnya sakit terkapar. Kadang berjalan tanpa arah tujuan!
Allahummahdina wa saddidna. Sebagai raja ia dituntut untuk selalu waspada agar rakyatnya makmur bahagia. Sungguh tepat apa yang Rasulullah gambarkan tentang posisi hati, ketika beliau bersabda ;
ألا وإن فى الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله, وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهى القلب
"Sesungguhnya dalam jasad ada seonggok daging, yang apabila ia baik, baik pula seluruh jasadnya, dan bila ia rusak, rusak pula anggota jasad lainnya,ia adalah hati.”
Apabila kita mampu menjaga hati untuk tetap steril, maka komandonya akan memudahkan kaki mengayunkan langkah ke tempat yang baik, tangan mengambil yang baik, mata melihat yang halal, lidah mengucap yang benar,dan semua anggota tubuh akan bergerak sesuai perintah sang raja.
Kita jaga hati, moga ia tetap menjadi raja yang amanah dalam menjalani tugas, jangan sampai kepemimpinan ini direbut oleh nafsu, jangan biarkan jiwa dan raga ini dikemudi olehnya, karena akan mengundang ancaman kesengsaraan. Namun bukanlah hal yang mudah menjaga si raja hati, perlu mujahadah yang tinggi, karena ia adalah wadah untuk menyimpan segala rasa, cinta dan benci, susah senang. Ia tempat keimanan dan kekufuran, rebutan antara malaikat dan syaitan, masing-masing ingin mengisi dengan menebarkan hidayah dan bisikan, yang lebih istimewa lagi, hati menjadi ukuran penilaian Sang Maha Pencipta, sebagaimana Rasul telah bersabda;
إن الله لا ينظر إلى صوركم و أموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم"
"Sesungguhnya Allah tidak memandang harta dan rupa kamu, tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu"
Bukanlah harta yang melimpah ataupun rupa yang indah, yang menjadi penilain disisi Allah, namun hati yang bersih lagi bersinar yang menjadi titik timbangan mulianya seorang hamba di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita harus waspada kondisi hati ketika beramal. Ikhlaskah ataupun tidak? Tak ada gunanya amalan yang jauh dari keikhlasan. Karena keikhlasan merupakan ruhnya.
Berbicara tentang ikhlas, bukan masalah sepele, karena syaitan tak pernah lelah berjuang untuk menjatuhkan bani insan dari kemulian, ia tak pernah bosan merayu dan berbisik agar kita terjerumus jatuh dalam genggamannya, begitu halus ia menghiasi perbuatan jahat seolah-olah tak berdosa. Syaitan tak pernah membiarkan kita menang dalam melangkah untuk berbuat baik, ia mulai menghancurkan dari niat, ketika awal kita melangkah berbuat baik ditakut-takuti agar kita mundur tak jadi, kalau disini belum berhasil, ia coba lagi dengan bisikan beramal agar dilihat dan dipuji orang, kalau tahap ini juga belum berhasil, tanpa putus asa, ia memuji kita bahwa kitalah orang yang paling baik, paling banyak amalan, sehingga timbul rasa ujub, yang membuat amalan kita tak bernilai dihadapan Allah.
Wah…! Rupanya mujahadah syaitan besar juga ya? Dari awal, pertengahan sampai akhir pekerjaan kita, terus menjadi bahan godaannya. Kuatkah si raja hati membela diri, serta menjaga rakyatnya dari serangan ini?!
Sepertinya kita harus mujahadah juga ni… gak boleh berdiam diri, melihat syaitan terus membisiki hati, kita harus membela si raja hati untuk tetap kokoh berfungsi, dan harus waspada banget, jangan sampai ia jatuh sakit, buta atau tuli, apalagi kalau mati suri…Pasti dunia rugi, akhirat pun sengsara. Na`uzubillah min zalik.
Hati juga merupakan cermin, dimana perbuatan kita akan berkaca. Pantaskah ia untuk dilakukan? Kalau cerminnya bersih dan jernih, ia bisa menjawab dengan jujur pantas atau tidak, tapi apabila cerminnya kotor berbalut debu, bakalan gak kelihatan dan tak ada jawaban, sehingga apapun akan dilakukan tanpa pertimbangan. Oleh karena itu pantas saja Rasulullah mengizinkan orang yang hatinya jernih untuk " istafti qalbak, walau aftaakannas, walau aftau.." Karena hati yang jernih bisa dipercaya dan jujur.
Kira- kira bisa gak ya hati kita menjadi tempat istifta? Kita coba saja yuk! Dengan keyakinan innal `izzata lillahi jami`a. Dengan perlahan tapi past, kita sirami hati dengan keyakinan akan pengawasan Allah yang tak terbatas. Kita pupuk dengan rasa penghambaan, `itiraf lemahnya diri ini tanpa hidayah dari-Nya dan senantiasa memohon agar sudi kiranya Allah menganugrahkan hati yang bersih lagi jernih. Allahumma amin!
Walau tak ayal kita sering jatuh bangun untuk meraihnya, bahkan kadang pernah tenggelam, namun kita usahakan jangan sampai putus `asa akan rahmat Allah yang Maha luas, kita ingat hadis Qudsi " Sabaqat rahmati `ala ghadhabi." Begitu juga Firman-Nya" Inna rahmati wasi`at kulla syai`" Dan Hadis Rasul sebagai tasliah bagi kita" Kullu bani adam khattha, wa khairu khatthain attawwabun." Sungguh Allah yabsuh yadahu siang dan malam menanti taubat hamba-Nya. Puncak ketenangan hati adalah ketika sang hamba bersimpuh di hadapan sang pencipta-Nya `itiraf atas kelemahan,
Ketenangan hati, kejernihan pikiran, merupakan nikmat terindah dan mahal yang Allah anugrahkan. Lihat saja fenomena disekitar kita. Betapa banyak orang bunuh diri karena frustasi, stress, putus `asa dengan keadaan, yang mendorong dia melakukan kejahatan. Akhirnya tak berkutik dibalik jeruji besi. Seandainya kita sering memuhasabah diri akan kesuksesan yang pernah digapai atau kegagalan yang pernah menyapa. Akan kita sadari bahwa dianya tak jauh dari pengaruh keadaan hati kita selama ini. Ingat, pengaduan Imam Syafi`i kepada gurunya Waqi` akan lemahnya ingatan? Tahukah apa jawaban sang guru?" Fa arsyadani ila tarkil ma`ashi". Jika demikian gimana posisi kita? Dengan hati yang kotor tentunya kita tak dapat melihat ma`rifah dengan bashirah yang jelas, hati yang sarat debu tak bisa berpikir dengar jernih." Allahumma, apakah kegagalan kami selama ini karena hati yang kotor, sakit, sehingga ia tak berdaya untuk mencerna ilmu-ilmu yang kami baca? Allahumma nawwir qulubana binuuri hidaayatik.
Moga dalam Ramadan yang penuh berkah ini, yang dibuka pintu-pintu langit, yang mustajabah doa didalamnya, kita jadikan moment untuk bangkit beranjak menelusuri keadaan hati, moga sanggup kita bersihkan, lalu kita tuang kebaikan-kebaikan, sehingga cahaya ilahi bisa bersinar dalam hati. Menjemput kesuksesan di hari mendatang. Moga-moga dengan menjaga hati dan melindunginya dari serangan, menjadikan kesuksesan dan keberhasilan akan lebih dekat dengan kita. Walau tertatih, kita harus terus melangkah, berjuang tuk gapai secercah cahaya `Azizun Ghaffar. Wallahu `alam bisshawab.
Oleh : Munira Hasballah, Lc.
Posting Komentar