Antara Liburan dan Loyalitas



Untuk menjalani masa liburan yang sesuai dengan kapasitas kita selaku mahasiswa yang menuntut ilmu, baik institusi agama ataupun umum, sepatutnya kita berpegang kepada acuan-acuan yang mendasari tujuan kita di saat pertama kali ingin masuk kedalam intitusi tersebut. hal ini sangat penting untuk di jalankan agar keefektifannya tetap terjaga. Karena setiap memulai suatu pekerjaan pasti mempunyai tujuan, dan tujuan itu kita implementasikan kedalam kerja keras yang tidak mengenal batas waktu dan usia.
 Setelah melewati berbagai aktifitas panjang  yang melelahkan, seperti ujian yang sangat menguras pikiran, ataupun bekerja berbulan-bulan lamanya yang membuat terkurasnya tenaga dan mental, sudah sepatutnya pikiran dan badan di istirahatkan. Dengan arti kata bukan istirahat total, yaitu tidak memikirkan apa-apa sehingga kegiatan-kegiatan lain pun tidak jalan. mengistirahatkan pikiran disini lebih kepada mengistirahatkan jiwa dengan cara menyenangkan diri  baik secara mental atau spiritual.

iburan dalam definisinya  belakangan ini sering di artikan dengan bepergian kepantai atau berpiknik kepergunungan, ataupun tempat-tempat rekreasi yang sudah menjadi ikon masyarakat seperti taman-taman di kota-kota. maka sering terpikir oleh kita, kalau tidak pergi kelaut maka pasti pergi ke gunung, sehingga menyempitkan makna berlibur itu sendiri.

Liburan menjadi hal yang selalu di tunggu-tunggu oleh banyak orang, baik itu anak sekolahan, mahasiswa, juga bagi mereka yang bekerja di berbagai instansi.  tak pelak ini sudah menjadi rutinitas penduduk bumi di masa sekarang, sehingga menjadi tren tersediri bagi yang mejalankannya.  rasanya tidak sah untuk memulai tahun ajaran baru tanpa berlibur riya.

Setiap tahunnya tempat – tempat rekreasi selalu penuh di kunjungi, berbanding sedikit  jumlah mereka yang berkunjung ke tempat majlis ta’lim atau makam para ulama atau para pahlawan. Kondisi di perparah dengan bercampurnya antar lawan jenis yang berujung kepada pelecehan moral, seperti kita ketahui inilah awal dari maraknya muda - mudi kita yang melakukan tindak asusila.

Lalu bagi kita selaku mahasiswa Universitas Al-Azhar yang notabenenya  mempelajari Islam, bagaimana memaknai liburan dan menjalaninya agar sesuai dengan koridor kita sebagai orang yang mempelajari syariat Islam. apakah dengan mengikuti tren yang sudah ada ?, atau membuat skema baru yang sesuai dengan kapasitas keilmuan kita.

Mungkin bagi kita khususnya yang belajar di mesir, terasa panjang sekali masa liburan yang kita jalani, ini tidak terlepas dari sebagian fakultas di Al-Azhar yang tidak mewajibkan mahasiswanya untuk hadir ke ruang kuliah.

Mahasiswa biasanya baru mulai aktif di kuliah dua bulan sebelum ujian di mulai, padahal jadwal muhadharah sudah turun tiga bulan sebelum tanggal ujian. bahkan ada segelintir mahasiswa baru berbondong-bondong ke kuliah ketika tahdid muqarrar mulai di bagikan. pemandangan yang sangat di sayangkan memang, tetapi itulah kenyataan yang terjadi di lapangan.

Kebiasaan sebagian besar mahasiswa di mesir, setiap tahunnya hanya menghabiskan masa belajar di kuliah kurang lebih hanya enam bulan, ini sudah termasuk masa ujian sebulan lebih di setiap temennya, selebihnya hanya mutar-mutar di jalan untuk mencari kesibukan.

Kalau kita mau menghitung, hanya sedikit yang mau berjalan kearah kemajuan, sebaliknya banyak di antara kita kurang memaksimalkan masa liburan ke arah memperkaya keilmuan, malahan banyak yang sibuk memperkaya hal-hal yang kurang bermamfaat.


Dari gambaran di atas dapat di simpulkan, bahwa banyak dari kita yang kurang memahami apa itu liburan yang sesuai menurut kapasista penuntut ilmu agama. Sangat naif rasanya kalau kita menjalani liburan dengan hanya berfoya-foya, ketawa-ketiwi atau hanya tidur-tidur saja di rumah sehingga menghambat proses peralihan ilmu. terkadang cuaca di musim panas dan dingin menjadi kambing hitam atas terhambatnya produktifitas kemahasiswaan ini.


Di saat masa liburan  tiba alangkah baiknya kita tetap memasang tali kekang yang dari awal sudah menjadi prioritas utama, walaupun tali kekang itu mulai lunak di makan nafsu dan usia. Trek cita-cita yang kita bangun dari awal harus tetap menjadi yang utama, walaupun laju kehidupan mulai bergeser ke trek yang merongrong nafsu kita.

Orang tua juga bisa menjadi inspirasi dalam menjalani bahtera ilmu di negeri kinanah ini, ingatlah betapa besarnya perjuangan mereka membatu kita, baik secara moril juga materil. dengan selalu mengingat akan kegigihan mereka, mungkin akan memudahkan kita membangkitkan motifasi yang terkadang perlahan luntur. kita sebagai anak juga harus merasakan betapa rindunya orang tua terhadap kita, terkadang mereka menangis di dalam doa mereka setelah shalat agar anak-anaknya sukses dunia akhirat.

Sebagai muslim, sudah menjadi kewajiban kita mendasari segala aktifitas dengan nilai-nilai agama, yang mana kita tahu Islam melarang penganutnya menyia-nyiakan waktu, sebagaimana tertuang dalam surat  Al-Ashri.
Segala bentuk norma-norma Islam, sudah sepatutnya kita tanamkan kedalam jiwa sanubari kita agar segala amal yang kita kerjakan tidak melenceng dari syariat Allah. Islam mejadi modal kita hidup di dunia juga sebagai cahaya kelak di alam kubur sana, maka sudah sepantasnya bagi kita, Islam menjadi prioritas atas segalanya.

Liburan memang sangat menyenangkan untuk dilalui, walau sampai-sampai kita lupa akan waktu dan melewati batas kewajaran yang kita jalani. tetapi sebagai muslim kita juga perlu menjaga nilai-nilai islam, moral, dan juga adat - istiadat yang menjadi pondasi Islam. Sebagai seorang Islam kita hanya di tuntut untuk loyal terhadap  apa yang sudah di taklifkan kepada umatnnya.

Loyalitas kita terhadap agama merupakan harga mati yang harus kita bayar, siapapun dia harus tetap berkomitmen  terhadapnya. liburan hanya sedikit dari banyak waktu yang kita jalani, dan jangan sampai yang sedikit  itu merusak cita - cita yang sudah kita bangun sejak dari  pertama kali kita menginjakkan kaki ke negeri ini.


Bukan maksud untuk menghakimi atau ingin melecehkan, tetapi sebagai muslim kita di wajibkan untuk saling menasehati. Semoga apa yang kita lakukan di dunia ini menjadi amal jariah di akhirat kelak, dan juga di berikan pahala dan tempat yang sepadan dengan apa yang kita amalkan didunia. Amin ya rabbal a’lamin,,,!

Ditulis Oleh : Azwir Muhammad Hasan
Mahasiswa Tingkat Akhir Univ. Al-Azhar Jur. Syariah Wal-Qanun.
Tulisan telah dimuat pada Buletin el-Asyi Edisi 144 Agustus 2012

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top