Papa, Mama, Reza Tunggu Di Mahligai Syurga

Roy Andrea, adalah seorang pemuda dari Ranah Palembang sumatra selatan yang bekerja sebagai staff asuransi di negeri Batak, tepatnya Medan Sumatra Utara. Ia pemuda yang cerdas, namun kota Medan selalu membuatnya lalai dalam segala hal, terutama dalam hal ibadah, Roy seorang muslim namun Ia jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya orang beragama Islam, boleh dibilang Islam KTP.

Hingga suatu ketika Ia diuji dengan yang namanya cinta, Ia jatuh cinta dengan seorang wanita cantik yang beragama Kristen Protestan bernama Maria. Maria adalah sosok wanita yang taat dengan agamanya, setiap malam Ia dan keluarganya rutin berdo’a bersama, meski demikian Maria juga bersedia menjalin cinta dengan Roy karena perjuangan Roy yang cukup keras untuk mendapatkan Maria. Hingga suatu hari Roy mencoba mengungkapkan keinginanya untuk melamar Maria.

“M a a a u...kah kau menjadi istriku?”, tanya Roy sambil terbata-bata.

Maria membalas ungkapan Roy dengan senyuman kecewa, sembari mengucapkan,“saya lebih mencintai Yesus Kristus dari pada manusia.”

Bagi Maria ketaatan pada Tuhan itu nomor satu dibandingkan dengan apapun yang ada di bumi ini, hingga cintapun tak dapat menggoyakan ketaatannya pada Yesus Kristus, kecuali Roy mau berpindah agama yang dianutnya.

Ketegasan prinsip Protestan yang dipegang wanita itu menggoyahkan keimanan Roy sebagai muslim yang lemah. Roy pun masuk Kristen Protestan, sekedar untuk bisa menikahi Maria. Dan tepat pada tanggal 12 November 1992, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Huria Kristen Protestan Helvetia, Medan, yang merupakan tanah kelahiran Maria.

Setelah menikah dan menyelesaikan kuliah program S1 nya di Medan, Maria beserta sang suami berangkat ke Australia untuk meneruskan kuliahnya serta ingin memperdalam ilmu agamanya di negri Kangguru itu, dan merekapun tinggal disalah satu komplek perumahan di Syidney. Kehidupan terasa lengkap menghiasi keluarga ini dengan kehadiran tiga makhluk kecil buah hati mereka yakni, Mira, Randi dan Reza.

Ketiga buah hati mereka ini mampu membuat suasana hati Roy dan Maria selalu bahagia dengan pola tingkah lucu mereka. Maria pun tak henti-hentinya berucap syukur pada Yesus Kristus yang dianggapnya telah memberikan sebuah keluarga bahagia.

“Terimakasih Yesus, Kau Tuhan yang telah memberikanku kebahagiaan yang sempurna”, doa Maria di depan patung yesus yang ada di dalam ruangan khusus untuk ibadah di rumahnya.

“Kreeeekk..krek..krek..”terdengar suara pintu yang mengagetkan Maria.

“Sedang berdo’a ma?,” tanya Roy yang tiba-tiba masuk ke ruang ibadah.

“Oh papa ngagetin aja, iya nih pa, mama sedang berterima kasih pada Tuhan yang telah memberikan kita keluarga bahagia,” jawab Maria sambil berejalan mendekati suaminya.
Roy tersenyum dengan tatapan mata penuh cinta pada sang istri...

“Iya ma, papa juga bersyukur telah memiliki mama, istri yang baik untuk papa.” Ucap Roy dengan sedikit merangkul bahu Maria. Maria pun tersenyum malu, karena tersanjung mendengar ucapan suaminya.

Dilingkungan barunya, selain kuliah Maria aktif sebagai jamaat Gereja di Syidney. demikian pula Roy selain aktif di Gereja, Roy bekerja dan menduduki jabatan penting di Perusahaan internasional yang bergerak dibidang asuransi dan investasi.

Karena ketaatan mereka memegang iman Protestan, pasangan ini membuktikannya dengan membeli sebuah rumah yang di sulap menjadi Gereja khusus tempat ibadah jamaat Kristen Protestan didaerah dekat dengan perumahan tempat mereka tinggal.

Uniknya, meski telah memeluk protestan Roy tidak melupakan orang tuanya yang beragama Islam yang berada di Palembang, sebagai bukti cinta pasangan ini, Roy memberangkatkan kedua orang tuanya ke Mekkah untuk menyempurnakan Rukun Islam yang ke lima.

Keluarga ini melalui hari-hari dengan hidup harmonis dan berkecukupan, hingga suatu ketika kegelisahan datang  mengguncang kebahagiaan mereka, saat itu, Reza si bungsu yang sangat mereka sayangi jatuh sakit, badannya terus panas, Reza pun terlihat lemas dan tak seceria biasanya.

“Ma,Pa...Reza lemas sekali, Reza dingin ma...hem mm..mmm ma dingin” ungkap reza sambil menutup mata dan badan yang gemetaran.

Maria langsung menyelimuti dan memeluk Reza yang saat itu sedang terbaring di kamarnya.

“Iya sayang, ni mama peluk ya agar Reza gak kedinginan lagi”, sambil menangis Maria terus memeluk erat anak bungsunya itu. Sedangkan Roy hanya mengusap-ngusap kepala Reza agar ia tertidur.

Karena panas badan Reza yang tak kunjung reda, Maria mengajak Roy untuk membawa Reza kerumah sakit terbaik di sydney. Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yang menangani saat itu mengatakan bahwa Reza mengalami kelelahan. Akan tetapi Maria masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yang tak kunjung membaik.

Saat dipindahkan ke ruang ICU, Reza yang masih terkulai lemah meminta kepada Roy sang ayah untuk memanggil ibunya yang tengah berada di luar ruangan, Roy pun keluar untuk memanggil Maria.

“Ma...ayo masuk, kenapa di luar saja? Reza ingin bertemu denganmu, hingga Ia menyuruhku untuk memanggilmu”, namun, Maria tak mau masuk ke dalam, Ia hanya berkata pada Roy, ”Saya sudah tahu.” itu saja.

Mendengar ucapan Maria, Roy heran dan tidak lagi memaksa Maria untuk masuk, Roy kembali masuk ke ruangan dengan rasa penasaran yang masih menggelayut di benaknya.

Di dalam, Reza berkata “sudah lah pa, papa aja juga tidak apa-apa”,  Roy semakin bingung dengan ucapan Reza yang seakan-akan tau kalau ibunya tidak mau saat diajak masuk.

“Pa, hidup ini hanya dalam hitungan detik, sedangkan disana nggak ada batasnya.” Sambung Reza.
Sontak rasa kagum dan haru menyergap batin Roy saat mendengar ucapan anaknya yang baru berusia lima tahun itu, nasehat kebaikan keluar dari mulutnya yang mungil.

“Rasanya aku tak percaya Reza berkata seperti ini, ucapannya seperti orang yang sudah dewasa dan mengerti ilmu agama, oh Tuhaaan...ada apa ini?”, tanyanya dalam hati dengan kepala yang menengadah ke atas berharap mendapat jawaban dari Tuhan.

Hingga sore menjelang, Reza kembali berujar.
“Pa Reza mau pulang.”

“Iya sayang kalau sudah sembuh nanti kamu boleh pulang, sama papa dan mama.Jadi Reza harus cepat sembuh biar bisa main lagi dengan kak Mira dan bang Randi ya.” jawab Roy.
“Ngga pa, Reza mau pulang sekarang. Papa, Mama, Reza tunggu di mahligai surga-Nya.” Ungkap Reza, sedikit memaksa.

Rasa terkejut, bingung, heran, campur aduk menjadi satu di benak Roy, belum hilang semua rasa yang menyelimuti hatinya itu, tiba-tiba Ia mendengar bisikan yang memintanya untuk membimbing Reza mengucapkan dua kalimat syahadat, Ia menjadi panik dan bingung, namun perlahan Reza dituntunnya mengucapkan syahadat.

“Sambil menangis Roy mengucap syahadat dengan sedikit gagap “A..a..asyhadu Alla i..i..i..ilaha illallah, Waa Asyhadu a.. a.. anna muhammadarrasulullah.”

Reza mengikuti syahadat yang diucapkan ayahnya dengan gerakan bibir saja, tanpa suara, mendengar syahadat butiran air mata pun mengalir dari kedua bola mata bocah itu. Roy hafal dua kalimat syahadat karena sebelumnya Ia seorang muslim.

Tak lama setelah itu bisikan kedua terdengar lagi dengan jelas ditelinga Roy, bahwa saat magrib tiba Reza akan dipanggil sang Pencipta, meski tambah terkejut namun Roy mencoba untuk pasrah, dan pada tanggal 16 juli 2002, persis saat sayup-sayup adzan magrib berkumandang Reza menghembuskan nafas terakhirnya.

***

Tiba jenazah Reza dirumah, hal aneh lagi-lagi terjadi, saat itu Maria masih sangat sedih, menagis dan menyendiri di ruang ibadah yang ada di rumahnya, tiba-tiba Maria seakan melihat Reza mendekatinya dan berkata.

“Ma, Reza gak mau dipakaikan baju Jaz, tapi Reza mau dibalut kain putih saja.”

Maria langsung lari keluar ruangan dan menceritakan prihal aneh yang dialaminya kepada suaminya dan beberepa pelayat. Kemudian mereka mendapatkan saran dari salah seorang teman kerja Roy yang muslim, bahwa itu adalah pertanda kalau Reza ingin disholatkan sebagaimana seorang muslim yang baru meninggal.

Setelah melalui perdebatan yang keras dengan teman-teman protestan dan keluarga di indonesia yang sempat dihubungi Maria lewat telpon, maka akhirnya jenazah Reza dipakaikan baju, celana, serta sepatu yang serba putih dan disholatkan dengan beberapa orang pelayat muslim. Namun karena banyak pendapat yang mengharuskan Reza dimakamkan secara protestan, maka akhirnya Reza dimakamkan di Waverley, sebuah pemakaman terkenal di syidney. 

***

Sepeninggal Reza Maria sering menyendiri, suatu hari Ia mendengar bisikan aneh “Semua harta yang kamu miliki adalah milik Tuhan maka semua akan kembali kapada Tuhan,” bisikan ini mengingatkan Maria pada ucapan Reza dulu.

“Ma, ntar mbok Siti  mau Reza belikan rumah dan mobil,”  “Loh kok buat Mbok siti, Mama gak dikasi?" tanya Maria.

“Mama kan punya sendiri nanti”, ungkap Reza singkat.

Setelah kejadian itu entah mengapa Maria langsung menyuruh Roy mengecek ongkos haji, saat itu dana haji yang dibutuhkan 18.620.000, dan saat uang duka dibuka persis sama dengan ongkos haji, tidak lebih atau kurang se senpun. hal ini langsung diartikan Maria sebagai amanat dari Reza untuk menghajikan mbok Siti. Mbok siti adalah seorang muslimah dari indonesia yang bekerja merawat Reza.

Mbok Sitipun berangkat haji, sampai di Mekkah Mbok Siti menelpon Maria, mengatakan bahwa ia bertemu Reza di tanah suci, dan Reza menitipkan pesan untuk Maria.“Bu, Reza berpesan kepergiannya jangan terlalu disedihkan, Reza senang di sini, jika mama rindu berdo’a saja.”

Kabar itu tak lantas membuat Maria tenang, bahkan ia semakin kacau dan sempat mengalami depresi yang harus ditangani psikolog selama 4 bulan. Setelah itu kejadian-kejadian aneh yang menimpa Maria belum juga berakhir, hingga di suatu malam Maria bermimpi bertemu seorang pria dan berkata, “bukalah Al-Quran dan bacalah surat Ali Imran ayat 83,” mimpi itu membangunkan tidur Maria, hingga pagi harinya Maria mencari tau tentang ayat itu, tapi tak ada satu temannya yang muslim mengerti arti ayat tersebuat, Mariapun putus asa hingga Ia protes kepada Tuhan.

“Sebenarnya mau Tuhan apa?”, berteriak keras, sembari menangis tersungkur layaknya orang bersujud ke lantai. “Sabar Ma”, ujar Roy dengan prihatin sambil menangis dan memeluk Maria. Tiba-tiba dinginnya lantai membuat hati Maria menjadi tenang, spontan Ia beristighfar. “Astaghfirullah...”

Tak lama kemudian Maria menemukan sendiri arti surat Ali Imran dari Al-Quran yang dibelinya dan dipelajarinya terus menerus. Surat Ali Imran ayat 83: “Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”

Akhirnya Maria pun menemukan hidayah Allah. Ia masuk Islam dan Roy kembali ke agama yang pernah dianutnya dulu, begitu pula dengan putra putri mereka Randi dan Mira.

Karena Maria telah menyelesaikan kuliah program S2 nya, 20 Mei 2003 mereka kembali ke Indonesia dengan memulai babak baru sebagai penganut Muslim yang taat. Hingga kini, esok, dan seterusnya.

Karya: Maisuri
Juara I Kategori Cerpen El-Asyi Award 2012

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top