Revolusi Wajah Keluarga Kita


Layaknya manusia biasa, adalah lumrah ketika kita semampunya berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menapaki jalan hidup secara normal. Lumrah juga ketika ternyata fakta sangat tidak berbanding lurus dengan keinginan kita.

Terlalu banyak hambatan yang menghadang, bahkan mungkin pro-kontra ketika kita kiranya sedikit dikoreksi oleh siapa saja mengenai cara, tingkah atau polah alpa yang kita anut dalam menyelesaikan hambatan hidup. Hal ini juga lumrah.

Sebuah langkah tuntutan umat telah kita lewati, yaitu transisi kepemimpinan. Tahap ini tentunya merupakan perpanjangan tangan dari kelanjutan estafet kita semua selaku mahasiswa. Mahasiswa Aceh di negeri para penuntut ilmu. Evolusi kepemimpinan yang terbentuk adalah manifestasi keinginan masa depan mahasisiwa Aceh yang sekarang aktif ataupun tidak dalam beraktifitas akademisi ataupun sebaliknya.

Langkah-langkah para pendahulu juga tak segan-segan mendukung berbagai statement argumentatif dan praktis terhadap kemajuan evolusi kita semua. Begitulah jaring-jaring kebersamaan yang telah kita rajut dalam wadah KMA.

Politik peraduan agen-agen pembahaharu kita disadari atau tidak sangat berbeda dengan gaya masyarakat masisir lainnya. Harapan tersirat dan tersurat kini mutlak sudah berganti jatah.

Tatanan Majlis Syura dan beberepa hari lagi tatanan pengurus harian akan dipilih lagi. Kita berharap pengganti mereka juga pemilik integritas dan kualitas sebagai pengawal sejarah kita. Para penjawab panggilan zaman dan tantangan.

Mereka haruslah mengawal nilai-nilai masyarakat kita seperti adanya. Terus memotori kepercayaan kaumnya. Gerak-gerik mereka dalam mengawal masyarakat harus sederhana dan bersahaja. Mereka harus mampu mengomunikasikan keadaan yang ada dengan tidak agresif.

Kemampuan berhadapan di depan retorika-retorika aneh juga dituntut. Simplenya mereka harus bisa dilaqab pasif dan pro akfif' dalam memperjuangkan ungkapan-ungkapan dan berbagai suara sumbang masyarakatnya.

Harapan kita tentunya mereka tulus ikhlas dalam membuat manuver-manuver dan terobosan perubahan kearah yang lebih baik. Mereka juga harus memastikan agar tidak membuat warisa tanggung jawab sejarah leluhur ke liang keterpurukan.

Kesadaran masyarakat sebagai pengawal pengurus tak terbantahkan. Masukan-masukan demi tercapainya cita-cita KMA kita pada umumnya dan tujuan khusus lainnya harus terus di suarakan. Mutlak diharapkan partisipasi yang nyata demi kekarnya langkah mereka. Tentunya bukan hanya saat menerima hasil atau minhah saja.

Kita harus menyadari bahwa mereka berada pada posisi penjaga kebun yang akan mengolah, merawat atau menjaga kebun dari serangan berbagai hama penyakit. Maka juga sudi kiranya kita memaklumi cara, gaya mereka dalam mengingat kealpaan kita ketika kiranya melakukan kesilapan-kesilapan yang bisa menggiring kepada kerusakan.

Hal yang mungkin menjadi cacatan jempol adalah kepercayaan dan menghargai. Harga kepercayaan bagi keutuhan sebuah wadah kebersamaan adalah ibarat kapak bagi penebang, cangkul bagi petani dan lain-lain sebagainya.

Percayalah, mereka akan membawa masyarakatnya kearah yang lebih baik. Kalian mampu menggiring masyarakatmu ke tujuan mereka dengan selamat.

Selanjutnya menghargai, adalah sebagai rasa menghormati usaha dan keringat mereka maka seharusnya menjaga perasaan mereka dari kehilangan semangat dan rasa ikhlas. Celaan yang tidak beralasan hanya akan berpengaruh pada kualitas kerja. Kalaupun kecatatan menimpa harus ada cara lain yang lebih propesional dan kultural tentu menjadi pilihan yang lebih bijak. Dan ini harus kita lumrahkan.

Yang Pasif dan Defensif

Kaum wanita menjadi perhatian masyarakat disekitar kita, perilaku tingkah dan gaya menjadi patokan masyarakat masisir khususnya KMA dan mesir umumnya. Selayaknyalah mereka mejaga aturan dan garis-garis batasan. Supaya langkah dan aktifitas terjaga dari berbagai unsur penganiaan atau ulah yang tidak senonoh.

Pasif defensif tidaklah sebagai maksud untuk memberi atauran keras atau sifat fanatisme yang berlebihan. Ini hanya sebagai bahan masukan. Dua kata ini bukanlah sebagai tuntutan, namun hanya sebatas kata saran.

Artinya setiap dari perempuan berhak aktif dan kritis. Hanya saja aktif dan kritisnya mereka harus dibarengi dengan pasif defensif. Terlebih dalam beberapa hal, misalkan saja dalam berinteraksi dengan lawan jenis.

Jangan juga terlalu fanatik, seakan menutup diri dan tak mau berhubungan sedikitpun. Ataupun sebaliknya seakan interaksi kita tiada beda antara laki-laki dan perempuan. Hendaknya hal ini menjadi bahan pertimbangan kita bersama.

Kaum perempuan tidak sedikitpun bisa melepaskan diri dari tatanan masyarakat. Sederhanya, mereka juga para pejuang dalam mewujudkan cita-cita kita bersama. Sekiranya kesadaran mereka akan sangat penting bagi perubahan kita ke depan.

Sekali lagi, ukuran keberhasilan dan kemenangan kita semua bukanlah hanya di dunia saja. Namun juga perubahan untuk nantinya di akhirat. Keberhasilan juga bukanlah berhasilnya para individu saja. Namun adalah berhasilnya kita semua menuju ke tempat tujuan dengan selamat. Our jurney our destinity.

Wallahu A'lam bisshawab.
Oleh : Muhibussabri Hamid
Tulisan ini sudah pernah di muat pada Buletin el-Asyi

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top