Membentuk Remaja Brilian Berperspektif Agama


SIAPA yang tidak tergugah hatinya saat mendengar kata "remaja". Kata yang identik dengan generasi masa depan ini selalu menjadi buah bibir manusia. Para pujangga pun ikut menyelipkan kata ini dalam lirik syairnya. Seperti salah satu pepatah Arab berbunyi: "Hari ini seorang pemuda besok bakal jadi seorang pemimpin", begitu jantannya kata "remaja".

Berbicara tentang remaja merupakan satu hal yang sangat menarik untuk disimak, karena remaja aset yang akan memberi kontribusi besar dalam maju dan mundurnya bangsa, negara, dan agama. Sehingga dalam membangun sebuah negara salah satu faktor yang mesti terlebih dahulu di-filter adalah kaum remaja.
Di zaman sekarang ini salah satu polemik yang sering diperdebatkan adalah persoalan remaja. Di mana peran sebagian besar remaja akhir-akhir ini telah membuat citra kita sebagai ummat Islam pudar. Tingkah dan kelakuan mereka telah membuat masyarakat luas marah; berjudi, pacaran, mabuk-mabukan, balap-balap liar, ngenet sepanjang malam, dan lain-lain.

Namun, cocokkah mereka yang disalahkan sebagaimana anggapan segelintir orang? Tentu saja tidak. Mereka hanya anak manusia yang masih butuh banyak pengetahuan dan arahan. Dalam hal pengarahan dan bimbingan, orang tua dan guru-guru mereka lah yang harus berperan lebih untuk merubah pola pikir anak-anaknya menjadi lebih baik. Mungkin selama ini remaja kita belum tertanam ilmu keagamaan yang begitu rapi, maka perlu dididik dan jadikan sejarah emas remaja di masa silam sebagai tempat bercermin bagi mereka.

Remaja Islam Dalam Bingkai Sejarah

Bila kita membuka kembali lembaran sejarah Islam, remaja itu punya andil vital, para pelukis sejarah manis Islam, perubah wajah dunia, peruntuh kebatilan, penakluk negeri dan pengokoh eksistensi kebenaran. Ini bukan hal yang aneh, karena remaja punya amunisi ampuh, iman tangguh, keikhlasan jujur, semangat membara, stamina prima  dan jiwa pengorbanan tak kenal henti.

Mereka adalah kumpulan remaja brilliant yang selalu menyuarakan panji-panji kebenaran. Hari-hari mereka selalu dikorbankan untuk mengkaji dan menulis  nilai-nilai keislaman. Sehingga telah lahir di abad yang silam  ulama-ulama sekaliber Imam pelopor mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali) yang sangat dikenal dengan ilmunya. Kemudia disusul setelah mereka oleh murid-muridnya yang tak kalah pula dengan kepandaiannya, seperti Imam Al-Ghazali, Imam Bukhari, Imam Nawawi, Imam Sayuti dan lain-lain. Karya mereka juga telah banyak hadir ke hadapan kita.

Uniknya, keahlian mereka tidak terpaku pada bidang agama saja, tetapi ilmu dunia (umum) juga telah pernah menjadi ladang cocok tanam bagi mereka. Sejarah telah mencatat akan karir mereka dalam ilmunya. Juga telah lahir di abad yang silam pakar-pakar Islam dalam bidang pengetahuan umum. Seperti Abu Syarif Al-Idrisi pakar Geografi, Abu Bakar Al-Khawarizm pakar Matematika, Abu Qasim Az-Zahrawi pakar ilmu bedah dan lain-lain.

Dalam literatur sejarah disebutkan, kejuhudan dan kesyahduan mereka terhadap ilmu agama dimulai sejak masa remaja. Mereka rela meninggalkan kampung halaman demi ilmu. Tidak pernah ditemukan masa remaja mereka larut dalam hal yang sia-sia seperti hal nya remaja kita hari ini. Sehingga dengan berkat dedikasi mereka kepada agama telah tampak di mata dunia bahwa mereka adalah remaja yang benar-benar patuh serta tunduk kepada titah agama.

Upaya Pembentukan

Belajar dari kejuhudan remaja Islam masa lampau dalam mengkaji ilmu agama, kita harus membentuk pribadi remaja saat ini menjadi pribadi yang cinta sekaligus mengaji ilmu agama. Karena sebagian besar remaja kita hari ini  sudah berpaling dari belajar agama. Mereka lebih memilih jadi spesialis di bidang ilmu dunia (umum) ketimbang spesialis agama. Padahal dasar-dasar agama belum juga tertanam dengan rapi dalam dadanya. Kita ingin melihat karya-karya yang lahir dari tangan mereka.

Remaja brilian, itulah yang ditunggu-tunggu oleh ummat. Satu keinginan yang terdapat dibenak sebagian besar orang adalah menjadikan seorang remaja itu shaleh, taat kepada orang tua serta cemerlang akal pikirannya. Namun mengembalikan remaja kepada jati dirinya bukanlah hal mudah, butuh proses yang sangat lama dan butuh orang ahli dalam mengaplikasikannya.

Ditengah kemajuan zaman yang serba canggih ini membuat sebagian besar orang tua kewalahan mendidik anaknya. Zaman yang megah dengan pesatnya teknologi telah membuat sebagian remaja seakan-akan merdeka dari genggaman orang tua. Kebobrokan akhlak remaja sudah tak dipandang aneh lagi oleh segelintrir manusia. Maka sebagai orang tua yang cinta kepada anak-anaknya selaku generasi akan datang harus bisa memberikan pendidikan terbaik bagi mereka.

Kemajuan zaman dengan permainan media sama sekali tidak menghalangi kita untuk memberikan pendidikan yang dicintai agama kepada remaja. Sejarah masa silam bisa dicontohkan dan dilanjutkan remaja hari ini. Lalu pendidikan apa yang seharusnya ditanam ke lubuk hati mereka? Pertama, kenalkan Allah sebagai Tuhannya, ini merupakan inti dari segalanya. Sebelum orang tua mengajarkan bahasa inggris, ilmu hitung, pengenalan cara baca, terlebih dahulu kenalkan siapa penciptanya.

Kedua, ciptakan keteladanan yang baik bagi mereka. Karena kurangnya keteladanan akan menyebabkan anak mencari pola dan idola lain. Apabila orang tua tidak bisa memberikan keteladanan yang baik pada suatu saat nanti dia akan menganggap enteng urusan orang tua dan hilangannya wibawa orang tua di mata mereka. Di kala itu sangat sulit untuk membentuk kepribadian mereka.

Ketiga, tanamkan kesadaran dalam hatinya, sehingga mereka selalu merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Merasakan hidupnya selalu diawasi oleh dua malaikat (Atib & Rakib). Itu akan mengontrolnya, di mana saat ingin mengerjakan suatu perbuatan selalu yakin bahwa Tuhan mengetahuinya. Keempat, arahkan mereka kependidikan agama sebelum memasuki jenjang pendidikan umum. Ajarkan cara baca quran yang benar, kontrol shalatnya dan biasakan mereka dalam suasana keagamaan. Sehinggga saat beranjak masa remaja orang tua mudah mengarahnya.

Kelima, orang tua harus tegas dalam mendidik mereka, tidak ada rasa takut. Tampakkan wibawa kita sebagai orang tua di mata mereka. Suatu realita yang menyedihkan, saat ini ada orang tua yang tunduk kepada anaknya. Satu hal yang memalukan, hanya karena memukul anaknya yang salah orang tua harus masuk penjara. Padahal nabi jauh-jauh hari telah memperingatkan: "Suruh anakmu shalat bila sudah berumur tujuh tahun, bila sudah berumur sepuluh tahun tidak mau shalat pukullah". Pukul di sini bukan untuk menyakiti tapi mendidik. Mengapa aturan HAM hasil imajinasi Yahudi yang harus menjadi patron kita.

Akhir kalam, mendidik remaja adalah satu hal yang sangat penting. Meninggalkan remaja dengan pendidikan yang kurang memadai akan mengakibatkan hilangnya jati diri kita sebagai satu bangsa, agama ,dan negara. Proses penaburan benih-benih ilmu kepada kaum remaja tidak hanya orang tua yang harus dilibatkan, pemerintah juga perlu berperan lebih untuk membentuk kepribadian mereka. Semoga remaja kita hari ini dan masa akan datang bisa menjadi tempat berpijak bagi umat manusia. Semoga!.


Penulis: Abdul Hamid M. Jamil adalah Mahasiswa Universitas Al Azhar Jurusan Syariah Islamiah, aktivis kajian Zawiyah KMA, Alumni Dayah Ummul Ayman Samalanga.
Tulisan ini pernah dimuat pada: Website www.suaraaceh.com. Tanggal 19 Oktober 2o12. Link : http://www.suaraaceh.com/kolom/tulisan-kolom/opini/1887-membentuk-remaja-brilian-perspektif-santri-aceh.html

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top