Budak Tuan Diktator


"Jika seorang tuan kejam dan kasar terhadap budaknya, maka budak itu akan tunduk dan taat pada tuannya. Dan jika seorang tuan bersikap baik dan lemah lembut pada budaknya, maka budaknya itu akan berani membantah dan banyak bertingakah pada perintah tuannya".

Pernyataan di atas sangat sesuai dengan fenomena yang sedang bergulir akhir-akhir ini di Negeri Seribu Menara ini.

Dahulu, pada saat sang diktator Husni Mubarak berkuasa, tidak ada yang berani berkutik membantah, mengkritik, apa lagi mengejek bapak presiden.

Barang kali, Husni Mubarak sangat yakin, bahwa rakyat yang dipimpinnya itu tak lebih hanya budak-budak tolol dan culun. Cara yang paling bijak untuk menjinakkan para budak adalah dengan memegang tongkat, cambuk bahkan senjata baja sekali pun.

Makanya, bukan satu hal yang mengherankan, kalau tuan diktator Husni Mubarak itu, dari pertama menjabat sampai lenser (1981-2011), memimpin dan menekan rakyatnya dengan status "darurat militer". Kalau ada rakyat yang berniat membuka mulut terhadap kebijakan sang presiden, siap-siap, jam empat malam akan kedatangan tamu negara ke rumahnya, polisi!

25 Januari 2011, adalah hari yang sangat berkah, dan bersejarah bagi rakyat Mesi. Yang dahulunya diperlakukan bak para budak oleh pemimpin mereka sendiri, sekarang mereka sudah dapat menghirup udara kemerdekaan. Mereka sudah bebas dan boleh mengatakan apa saja terhadap siapa saja yang mereka inginkan.

Sanyangya, walaupun mereka sudah merdeka dari cambuk Husni Mubarak, sang diktator yang kejam itu, masih ada sebagian dari rakyak Mesir yang tidak bisa menanggalkan baju perbudakan yang sudah sangat lama dikenakannya. Mereka tetap tidak bisa diatur, kecuali harus seperti cara tuan mengatur budaknya. Mereka seperti ingin diatur dengan kekejaman, sebagaimana cara Husni Mubarak mengatur mereka sebelum mereka merdeka.

Akan tetapi, keinginan mereka tidak akan terjadi - insya Allah - pada masa pemerintahan sosok peresiden yang terkenal bijaksana dan baik hati seperti DR. Muhammad Mursi. Satu-satunya peresiden di dunia ini yang menghafal Al-Quran, tahu halal-haram, yang paham betul kapan dan untuk siapa dia harus bengis dan marah. Sama sekali bukan untuk rakyaknya, walaupun sebagian mereka, mantan orang yang “lih punggong” Husni Mubarak, mencoba mencaci, mencoret dinding istananya, bahkan melempari sepatu ke arah mobilnya.
Sungguh benar perkataan orang bijak: "Jika engkau memuliakan orang baik, maka dia akan mencintaimu. Dan jika engkau memuliakan orang jelek, maka dia akan berontak padamu".

Dan peresiden Mursi sekarang telah memuliakan kedua kelompok orang ini, orang yang baik membalasnya dengan kebaikan, dan orang yang jelek membalasnya dengan kejelekan.

Orang jelek jika dihujani dengan kemuliaan, dia akan berontak, dia akan banyak nyeleneh dan bertingkah, dia ibarat budak, jika tuannya lemah lembut, dia akan malas bekerja, dan jika tuannya kejam dan bengis, dia akan rajin dan disiplin.

Apakah mengatur sebuah negara harus bersikap bengis dan kejam, biar rakyaknya patuh dan taat? Tentu saja tidak, karena mental pemimpin yang diharapkan adalah, laksana sebuah pohon yang sedang berbuah, yang jika dilempari oleh anak-anak kecil yang lewat di bawahnya dengan batu dan kayu, dia justru menghujani mereka dengan buah-buahan yang manis dan lezat.

Lalu sampai kapan pohon itu harus memberi mereka buah? Sampai mental budak dihati rakyaknya sirna dan hilang. Dan untuk menunggu mental itu hilang, diperlukan kesabaran yang gagah dan kokoh, tak mudah terpancing oleh emosi yang acap kali menghampiri orang-orang yang dilempari dengan cacian dan ketidak puasan orang, atau pihak-pihak yang keberadaan anda meresa merugikan mereka.

Oleh: Tgk. Edy Saputra, MA.
(Kandidat Doktor pada Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir)

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top