Mahasiswa dan Tugas


Mahasiswa adalah pelajar muda tahap tertinggi yang mempunyai potensi menjanjikan untuk mengatasi segala problematika yang ada di masyarakat, baik itu dalam bidang politik, ekonomi, agama dan sosial. Karena mereka mendalami ilmu dalam bidang yang berbeda, sehingga segala bentuk permasalahan yang ada bisa diserahkan kepada mereka yang telah menyelesaikan studi dalam bidangnya masing-masing.

Figur masyarakat sepatutnya harus mempertimbangan dan sepenuhnya mendukung mahasiswa agar mereka mempunyai motivasi yang berlipat dalam menimba ilmu dari berbagai universitas yang ada, di dalam atau di laur negri. Dengan cara memfasilitasi dan mendukung serta memberikan bantuan dana pendidikan atau berbagai bentuk dukungan lainnya bagi mereka.

Jika ini telah direalisasikan oleh pemerintah maka tidak ada alasan lagi bagi mahasiswa untuk gagal. Tetapi bagaimanapun besarnya dukungan dari luar tidak akan pernah mampu merubah pribadi mahasiswa jika mahasiswa tersebut tidak sadar dengan tugas dan perannya untuk masyarakat. Ini kembali pada kesadaran masing-masing. Seperti yang kita ketahui, di setiap universitas di berbagai negara mempunyai sistem yang berbeda dalam mengembangkan mahasiswanya. Namun tujuannya satu, yaitu untuk menghasilkan para sarjana yang berkualitas dan mempuni.

Lihat saja di Universitas al-Azhar, misalnya, mempunyai sistem yang unik dalam membentuk mahasiswa yang kamil. Para dosen hanya menjalankan tugas mereka sebagai pengajar, tanpa membebani mahasiswa dengan tugas-tugas yang justru akan membuat para mahasiswa terkekang dengan tugas yang dosen berikan, sehingga berdampak pada nilai akademik mereka. al-Azhar juga tidak mewajibkan kepada mahasiswanya untuk selalu hadir kuliah, sistem kesadaran atau kebebasan mahasiswa dalam berekspresi sangat efektif dalam membektuk kepribadian yang lengkap. Namun kita harus ingat bahwa kesadaran ada pada diri kita.

Hakikat Tugas Mahasiswa al-Azhar

Pada satu hari, dengan tidak sengaja saya mendengarkan percakapan seorang mahasiswa al-Azhar dengan saudaranya di Indonesia di sebuah warnet Hayy 'Asyir. "Kuliah di al-Azhar itu asyik bang, tidak pernah dikasih tugas oleh dosen." Saya sangat setuju dengan dia, tapi selaku mahasiswa al-Azhar kita di tuntut untuk melihat kalimat tugas dengan sudut pandang yang lebih luas.

Ingat! Tugas itu bukan hanya sebatas kata yang keluar dari mulut dosen yang membuat mahasiswa mengerjakan itu demi mendapatkan nilai yang istimewa. Pada hakikatnya, tugas mahasiswa al-Azhar jauh lebih banyak daripada mahasiswa di universitas lain. Namun ketika salah mengartikan tugas maka kita terus lalai dan terbuai dengan kegiatan-kegiatan yang semestinya tidak kita lakukan.

Prof. Dr. Jamal Afifi pernah berbicara tentang tugas dan kewajiban seorang mahasiswa al-Azhar dalam muhadharah (saat kuliah) beliau. Kata-kata pertama yang beliau sebutkan adalah: "Al-waajibaat aktsar minal awqaat." Artinya, kewajiban dan tugas lebih banyak daripada waktu yang kita miliki. Bagi mereka yang tahu dan mengerti bahwa besarnya amanah yang masyarakat bebankan kepada mahasiswa al-Azhar sungguh tidak akan tenang berselimut di musim dingin dan tidak akan bahagia berihlah di musim panas. Karena mereka selalu dihantui dengan tugas dan amanah yang mereka pikul.

Dengan semakin berkembangnya zaman semakin banyak pula permasalahan yang akan kita hadapi. Tentunya masyarakat berharap lebih kepada kita untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada, khususnya permasalahan agama. Lihat saja moral masyarakat yang mulai merosot drastis, diakibatkan oleh pondasi agama mereka yang tidak kokoh. Maka dari itu, sejauh mana bekal yang telah kita persiapkan untuk membenarkan yang salah dan meluruskan yang bengkok serta menyatukan yang bercerai dan mendamaikan yang berperang sesuai dengan tuntunan al-Qur'an dan Hadits?

Bangga Dengan Identitas

Dengan berlatar belakang mahasiswa al-Azhar semestinya kita bersyukur dan bangga dengan identitas kita. Lihat saja berapa banyak siswa-siswa alumni sekolah ternama di berbagai negara ingin menyambung estafet pendidikan mereka di al-Azhar. Bahkan banyak dari mereka yang tidak kesampaian untuk melanjutkan studi di al-Azhar merasa frustasi dan putus asa. Akibat dari keinginan yang begitu besar untuk bisa belajar di negeri kinanah ini.

Nah, di sinilah kita dituntut untuk mengenali diri kita, dituntut untuk sadar pada satu tujuan. Kesadaran ada pada diri kita masing-masing, tanpa kesadaran dari dalam, semua figur dan bentuk motivator dari luar tiada arti. Sekali lagi ingatlah apa tugas kita sebagai mahasiswa al-Azhar dan berusahalah melakukannya seikhlas mungkin. Karena setiap tugas haruslah ikhlas, “faquli’malu fasayarallahu ‘amalakum”.

Oleh: Muazzinul Akbar
Penulis: Mahasiswa Tingkat II, Fakultas Usuluddin, Universitas Al-Azhar, Kairo

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top