Merumuskan Masa Depan


Salah satu kalimat yang mesti selalu kita renungi adalah “masa depan”. Masa depan merupakan sebuah masa di mana kita akan hidup di zaman tersebut. Sebuah masa yang kondisi dan situasinya tentu sudah sangat jauh berbeda dengan hari ini. Karena perubahan itu kodrat dalam kehidupan. Setiap yang baharu “hidup” pasti akan berubah-ubah.

Bertalian dengan sifatnya kehidupan yang demikian. Sejatinya kita mempersiapkan diri dalam segala hal yang kita butuhkan untuk mengarungi hidup di masa dimaksud. Merumuskan tujuan, mengatur target hidup, itu merupakan bahagian dari persiapan yang harus kita desain.

Dalam mengarungi hidup ini kita dianjurkan untuk punya visi dan misi. Kehidupan seseorang yang tidak mempunyai visi dan misi ibarat kapas yang ada di dalam satu kamar. Pada saat angin meniup ke atas maka ia akan mengikuti arah angin ke atas pula. Di sisi lain, kapas tersebut memikirkan bahwa dia akan berada pada tingkat paling tinggi. Namun pada saat angin meniup ke  arah yang lain kapas tersebut akan mengikuti arah yang lain pula. Tidak mempunyai tujuan.

Bagitulah perumpamaan seseorang yang tidak memiliki visi dan misi dalam hidup. Sebagai pelajar misalnya, memiliki visi dan misi adalah hal paling asasi. Apa tujuan dan target yang menjadi prioritas kita di saat selesai belajar nanti. Sekurang-kurangnya memiliki cita-cita. Karena dengan ada cita-cita akan membuat belajar lebih terarah.

Dalam menentukan cita-cita, dianjurkan untuk memilih tingkat yang paling tinggi. Bercita-cita menjadi tokoh agama misalnya, maka dianjurkan untuk bercita-cita jabatan paling tinggi, seperti Mufti dan lain sebagainya. Jangan sekali-kali bercita-cita untuk menjadi tokoh paling rendah, seperti Imum Meunasah.

Bumbu yang harus kita sediakan untuk menjadi imum meunasah tentu lebih murah dibanding jadi mufti. Artinya ilmu dan semangat belajar yang harus kita miliki menjadi imum meunasah tentu lebih lemah ketimbang jadi mufti. Mengapa harus mencita-citakan jadi mufti? Karena di saat target kita jadi mufti tidak tercapai, jabatan sebagai Imum Meunasah justru sudah bisa kita kuasai dengan semangat belajar jadi mufti tadi.

Namun kadang-kadang ada hal yang patut disayangkan dan disesalkan tatkala menjumpai seseorang lalu kita bertanya: "Apa visi dan misi dalam hidup mu? Lalu ia menjawab: "Ngalir aja ikut arus kehidupan." Kata “ngalir aja” itu merupakan salah satu sifat dari kapas tadi yang tidak punya visi dan misi hidup. Sejatinya orang semacam itu akan mengikuti arus hidup, dan arus hidup selalu terombang-ambing, tidak tetap pada satu situasi.

Oleh karena itu, mengatur strategi perang sebelum berperang itu lebih penting. Karena taktik peperanganlah yang membuat pahlawan jadi menang. Begitu pula mengatur strategi belajar itu lebih penting. Namun, jangan hanya kita asyik mengatur waktu saja tanpa belajar. Hal seperti ini juga tak menuaikan hasilnya. Pastinya, barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin maka sungguh dia sudah merugi.

Menjadi orang sukses adalah idola semua insan. Lima kata ini sangat mudah kita ucapkan, tetapi begitu susah untuk dilakukan. Dalam menggapai kesuksesan sudah menjadi kebutuhan primier berada dalam kesusahan, kepahitan dan serba kekurangan. Hal ini senada dengan apa yang sudah didokumnetasi oleh pujangga Islam, "adalah kesuksesan itu sesudah lelah berjuang."

Rasulullah SAW sebelum menaklukkan kerjaan Romawi dan Persia yang merupakan dua kerajaan terbesar saat itu beliau sudah merumuskan cita-citanya terlebih dahulu. Meskipun saat itu jumlah umat Islam sangat sedikit. Beliau sudah menargetkan untuk menaklukkan kaisar Romawi dan Persia. Akhirnya cita-cita beliau terwujud. Hal ini juga terindikasi dengan adanya kemauan dan cita-cita yang tinggi.

Menjadi orang sukses itu jangan hanya sukses buat diri sendiri. Tetapi jadilah kesuksesan kita bisa dirasakan oleh orang lain. Jangan sekali-kali memandang makna sukses itu mempunyai rumah mewah, harta berlimpah dan punya istri yang cantik. Karena kesuksesan seperti ini cenderung membuat kita rakus dan serakah. Tapi jadilah kesuksesan karena Allah SWT. Dalam arti, sukses kita sudah membuat orang tua kita bangga karena Allah, membuat masyarakat terarah dengan ilmu yang kita miliki, dan kita bisa mendidik anak-anak kita nanti menuju jalan yang diridhai Allah. (Hamid)


Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top