Risalah Simbol


Sejauh ini simbol menjadi hal sakral yang kadangkala membuat judgment pada seseorang. Umumnya simbol lebih pada sesuatu yang tertulis atau digambar. Perbedaan antara satu negara dengan negara lain pada simbol benderanya disamping pada hal lain.

Dunia mengenal simbol palu dengan sabit sebagai lambang komunis, lebih menarik lagi  yahudi dengan simbol-simbol aneh, sehingga oleh sebagian manusia dicap sebagai lambang setan. Sebutlah bintang david, mata satu, menorah, segitiga dengan mata diatas dan banyak lagi.

Dalam misi penjajahan ekonomi dunia, yahudi membawa simbol Unilever sebagai bentuk ikatan kekuatan produk. Maka jangan heran bila sebuah barang yang dilabeli dengan simbol Unilever sangat digemari oleh pelaku konsumsi. Dalihnya karena barang tersebut dianggap berkualitas baik dan teruji.

Tentu saja pemakai barang bermerek  ini juga merasa, mereka seperti bagian dari manusia kalangan atas dikarenakan barang yang mereka gunakan memiliki merek terkenal, ada dalam iklan di TV dan harga yang lumayan menggerogoti.

Agama pun tidak luput dari simbol, Islam yang lebih dikenal lambang bulan dengan bintang diatas tempat ibadah. Nasrani atau kristen dengan salib yang dikenakan di tempat-tempat ibadah, dirumah-rumah, digambar di badan atau sebagai hiasan yang digantung pada kalung leher. Hindu dengan patung dewa-dewa, Budha dengan patung budha. Hampir dalam berbagai hal kita sudah diikat oleh simbol-simbol.

Dalam banyak kasus simbol merupakan harga mati untuk diperjuangkan. Di Mesir Ikwanul Muslimin menjadi simbol yang menakutakan bagi Israel, Amerika, sebagian negara teluk, beberapa kelompok Kristen dan kalangan liberal sekuler. Sehingga sampai hari ini kita Mesir, Ikwanul Muslimin dan Mursi sang presiden terus digoyang dengan berbagai cara oleh mereka.

Drama demi drama berlangsung face to face. Propaganda licik pun tak segan diterapkan dengan tujuan pihak Ikwan, salafi dan pemerintah membalas mereka dengan kekerasan sehingga jalan menuju kudeta bisa lenggang dilakukan dan diaminkan dunia intenasional.

Dibelahan dunia Asia tepatnya Indonesia juga tak kalah saing, simbol ataupun label tak sekadar dianggap lambang saja, faktanya antara satu pihak dengan lainnya saling melempar simbol untuk menyikut dan memukul balik simbol kawan atau lawan politik. Label koruptor silih berganti dilempar sebagai pengalih isu satu sama lain.

Di Mesir Ikwan dan Salafi sebagai simbol Islam mati-matian mempertahankan Mursi sang presiden dari serangan pihak Syafik dan Amru Musa yang mengusung simbol liberal. Konon katanya sang liberal di back up Israel, Amerika dan sebagian negara teluk yang takut kepentingannya terganggu. Dan tentu saja ditambah ketakutan mereka akan diterapkannya syariat Islam. Dalih kegagalan Mursi dalam dalam mewujudkan janji-janji politik, dangkalnya pengusutan pembunuhan-pembunuhan masyarakat serta jatuhnya nilai mata uang mereka.

Di Indonesia rakyat sudah sangat lelah dengan simbol-simbol, bagi mereka simbol itu hanya sebuah Krong Pade (lumbung padi) yang didalamnya bersembunyi Tikoeh Teng (sejenis tikus dengan muka panjang kedepan) menghabiskan isi lumbung dengan dalih-dalih palsu. Kalaupun rakyat punya kucing (baca : KPK, Polisi) tetap saja tikoeh teng tersebut enggan dilirik apalagi dimakan kucing. Konon Tikoh Teng adalah jenis tikus yang tidak mau disentuh oleh kucing.

Hari ini Aceh gegap gempita, berbondong-bondong masyarakat menaikkan bendera yang merupakan bendera Aceh dengan lambang bintang buleun (bintang bulan). Ramai-ramai sahut menyahut kata-kata “merdeka”, “sibak rukok teuk” silih berganti diucapkan.

Jauh diujung nusa tenggara sana negara Timur Leste merdeka dari Indonesia. Tapi rakyatnya tidak jauh beda dengan situasi dulu ketika dalam genggaman NKRI. Yang lebih menyedihkan stabilitas kehidupan masyarakat masih terkatung-katung tanpa masa depan yang jelas.

Tentu ini tidak bisa kita samakan dengan Aceh, kita punya sumber daya alam yang banyak. Baik sektor migas, pariwisata, laut dan lain sebagainya. Jauh dari lubuk hati, kita berharap Aceh Merdeka. Namun tanpa menutup mata, seberapa baik Sumber Daya Manusia (SDM) yang kita punya, tentu akan menentukan sebanyak apa Sumber Daya Alam (SDA) yang bisa dinikmati rakyat kita. Untuk apa merdeka jika semua hasil sumber daya alam keluar menuju negara lain, sebulan setelahnya masuk lagi dengan harga meroket ke bulan.

Entahlah, di belahan Aceh autopsi simbol paling susah dan sakral. Salah korek lukanya bisa berdarah dan bernanah-nanah. Namun tetap saja kita harus berharap semoga di aceh simbol bukanlah kamuflase seperti label partai-partai di ibu kota. Yang memakai label sebagai tangga jabatan, memukul lawan dan mengeruk hasi keringat rakyat.

Juga bukan tidak seperti di Mesir, dengan cara-cara yang licik dan menyedihkan mereka berkerjasama dengan musuh gara-gara takut kehilangan pengaruh dan kepentingan. Juga Timor Leste, yang punya simbol namun tak rakyat mati sambil menatap simbol. Wallahu A’lam.

Oleh : Muhibussabri Hamid

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top