Studi Perkembangan Hadis dari Masa ke Masa



Hadis Nabi Saw. merupakan landasan hukum kedua bagi agama Islam setelah Al-Quran al-Karim. Tak heran kalau para ulama zaman dahulu rela menghabiskan hari-hari mereka demi meneliti, menekuni, dan menghafal hadis-hadis tersebut.

Bahkan, tak jarang dari mereka yang melakukan perjalanan jauh bahkan berbulan-bulan lamanya hanya untuk mendapatkan sebuah hadis. Studi tentang hadis nabi sendiri telah dimulai sejak masa Rasulullah sampai dalam kitab-kitab para ulama terdahulu.

Penelitian perkembangan studi hadis tak mungkin terlepas dari sejarah perkembangan ilmu itu dari awal munculnya sampai masa sekarang. Para ulama juga telah membagi sejarah perkembangan ilmu ini ke dalam beberapa fase yang terangkum dalam bab sejarah kodifikasi sunnah.

1. Masa Rasulullah Saw. Hingga Akhir Abad Pertama Hijriyah

Pada fase ini, hadis Nabi Saw. belum dikumpulkan dalam bentuk buku. Tapi hanya berbentuk lembaran kertas (shahifah) yang berisi bab-bab tertentu yang ditulis secara perorangan oleh para shahabat. Jumlahnya pun sangat sedikit.

Akan tetapi, bukan berarti hadis-hadis yang sampai pada kita sekarang ini palsu dikarenakan sedikitnya sumber tulisan, tidak. Ini disebabkan faktor kebiasaan masyarakat Arab zaman dahulu yang terkenal Ummy, mereka lebih mengandalkan hafalan. Salah satu shahifah yang terkenal pada masa ini adalah shahifah Jabir bin Abdullah yang berisi tentang manasik haji.

2. Pembukuan Sunnah Secara Resmi dan Pengklasifikasiannya (Tadwin wa Tashnif)

Fase ini dimulai pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz hingga masa kini. Adapun orang yang pertama kali membukukannya adalah Muhammad bin Muslim bin Syihab al- Zuhri (124H) atas perintah Umar bin Abdul Aziz yang kemudian banyak diikuti oleh para ulama setelahnya.

Kemudian, abad ketiga hijriyah merupakan masa puncak dalam sejarah perkembangan pembukuan sunnah, para ulama mulai mencari metode baru dalam penulisan sunnah. Diantara mereka ada yang menyusunnya sesuai dengan perawi tertinggi ( musnad), seperti musnad Imam Ahmad, ada pula yang menyusunnya sesuai dengan jenis hadis ( sahih,hasan dan maudhu') seperti yang disusun oleh Imam Bukhari dalam Sahihnya.

3. Perkembangan Hadis Masa Modern.

Perkembangan hadis pada masa ini tak terlepas dari pengaruh dua madrasah hadis terkenal yaitu India dan Mesir yang keduanya merupakan promotor kebangkitan madrasah hadis abad ke-14 hijriyah.

a. India dan Madrasah Hadis

Sebagian ulama telah mencapai kata sepakat bahwa para ulama India mempunyai peranan penting dalam menghidupkan kembali madrasah hadis. Bahkan sebagian ulama besar hadis saat ini masih saja merujuk kembali karya-karya ulama hadis bumi Hindustan, bahkan tak ada satu perpustakaan pun kecuali di dalamnya terdapat karya dari ulama negeri ini.

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam muqaddimahnya pada buku Miftah KunuzAl-Sunnahberkata: " kalau bukan hasil pengorbanan saudara kita para ulama India terhadap ilmu hadis, maka akan sirnalah ilmu ini di banyak daerah di Timur…." Di antara para ulama India yang terkenal antara lain: Syaikh Abdurrahman Abu al-Aliy al-Mubarakfury karyanya yang terkenal yaitu Tuhfatul Ahwudzisyarah Sunan Turmuzi dan Syaikh Muhammad Syamsul Haq bin Amir Ali al-Adhim Abadi yang menulis kitab 'Aunul Ma'bud syarah Sunan Abi Daud.
b. Mesir dan Al-Azhar
Walaupun mesir pada awalnya tak semarak India dalam membangkitkan madrasah hadis, namun Mesir dengan Azharnya ikut juga mengambil Andil dalam pengembangan madrasah hadis zaman sekarang ini. Ditambah lagi akhir-akhir ini Mesir khususnya al-Azhar mulai menghidupkan kembali sunnah- sunnah mereka terdahulu. Terbukti dengan maraknya kajian hadis yang diadakan di sekitar mesjid legendaris ini, yang diajarkan langsung oleh para pakar hadis mereka. Bahkan al-Azhar tak segan-segan mendatangkan ulama hadis terkemuka demi mejaga dan mengembangkan madrasah hadis di seluruh dunia.
c. Perkembangan Studi Hadis di Indonesia
Sulit kiranya melacak perkembangan hadis di Indonesia dikarenakan sedikitnya referensi yang ada. Berbeda dengan cabang ilmu yang lain seperti tafsir, fikih, akidah, dan filsafat yang bukunya senantiasa memenuhi perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia.
Namun demikian bukan berarti Indonesia tidak memiliki sejarah tentang ilmu ini. Sejarah perkembangan hadis di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak abad ke-17masehi yang dipelopori oleh dua orang ulama Aceh terkenal yaitu Syaikh Nuruddin al-Raniry dengan karyanya Hidayatul Habibfi Targhib wa Tarhib yang menginterprestasikan hadis dengan ayat-ayat Al- Quran untuk mendukung argumen yang ada dalam kitab tersebut.
Sedangkan yang kedua adalah Syaikh Abdurrauf al-Singkili yang berasal dari Singkil NAD. Adapun dua maha karyanya dalam bidang hadis adalahSyarah lathif 'ala Arba'in Hadisan lil Imam al-Nawawi dan yang kedua adalah Al-Mawa'idz Al-Badi'ah yang berisi kumpulan hadis-hadis qudsi.
Walaupun perkembangan studi hadis di Indonesia sudah dimulai sejak abad ketujuhbelas, namun studi ini belum terkenal. Hal ini disebabkan oleh kecerendungan masyarakat pada tasawuf ketika itu.
Studi ilmu hadis baru dikenal pada awal abad ke-20 yang merupakan pembaharuan terhadap perkembangan studi ilmu ini. Pada masa ini ilmu-ilmu hadis mulai diajarkan di surau-surau, pesantren-pesantren, mesjid, bahkan di sekolah-sekolah. Hingga pada tahun 70-an dibukalahpost graduate di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia yang merupakan cikal bakal perkembangan studi hadis di Indonesia.

Oleh: Khairul Rafiqi
Mahasiswa Tkt. IV, Fak. Ushuluddin, Jur. Hadis, Univ. al-Azhar, Kairo.
Tulisan ini  pernah dipublish pada Buletin Pendidikan KMA, Edisi ke- XXIII, Rabi’ul Akhir 1433H/ Maret 2012.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top