BODOH SAYA KALAU TIDAK IKUT ZAWIYAH


Saya seorang mahasiswa. Setelah menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi (Al-Azhar) masyarakat menganggap saya orang yang hebat. Yang mereka tau, saya sudah punya banyak ilmu, saya tahu dan bisa segalanya. Ini wajar, karena memang begitulah tampilan orang-orang yang telah selesai kuliah saat pulang kampung. Banyak sekali tugas dan peran yang diberikan masyarakat pada dirinya. Akankah saya mampu seperti mereka?

Saya kuliah di Fakultas Syari’ah, Ushuluddin, Lughah, atau Dirasah Islamiah. Sudah pasti ilmu saya banyak dalam bidang kuliah saya. Boleh dibuktikan, dan bisa disandingkan dengan alumni lulusan Indonesia. Maklum, kualitas pendidikan luar negeri. Maka, saya patut berbangga. Untuk bisa kuliah saja sudah melewati banyak tahapan tes. Lagipula, saya sudah menjadi pilihan sejak di Dayah dahulu.

Dilihat dari segi ilmu yang saya dapatkan dan kapasitas saya yang lumanyan bagus secara intelligence Quotient (IQ),  saya sudah mapan sebagai sarjana Universitas Al-Azhar Mesir. Tetapi, apakah itu sudah cukup sebagai modal saya pulang kampung? Bisakah dengan dua keunggulan itu saya dapat menunjukkan diri pada masyarakat bahwa saya seorang sarjana? Bisakah mereka berharap bahwa saya akan dapat membantu meringankan masalah-masalah mereka?

Mungkin ada diantara mereka yang bertanya tentang hukum hal ihwal yang terjadi di lingkungannya. Sebagian yang lain tentang berita dan kasus-kasus syariat atau akidah terbaru yang mereka dapat dari berbagai media massa. Atau ada yang akan bertanya dan meminta bantu hal-hal berhubungan dengan bahasa Arab. Seperti terjemahan, baca buku berbahasa Arab, mengajar bahasa Arab, tes percakapan bahasa Arab, arti mufradat, atau diminta menfasilitasi alih bahasa antara masyarakat dengan orang Arab yang hadir di satu tempat.

Juga ada kemungkinan, mereka meminta saya membuat satu surat kuasa untuk pamannya yang sedang sakit berat, dan perlu ambil uang di bank. Tentu mereka tidak segan minta tolong pada saya, karena saya seorang sarjana. Juga, mungkin ada yang meminta saya membuat satu proposal dalam bahasa Arab, karena selama ini banyak lembaga atau negara dari Arab yang memberi bantuan untuk pengembangan ekonomi masyarakat Aceh. Ataupun ada yang minta saya membuat satu makalah menyikapi masalah yang terjadi dalam masyarakat terkait dengan hukum atau pandangan Islam.

Selain  itu, saya selaku alumni Al-Azhar yang punya sedikit ilmu agama selalu risau melihat perilaku umat Islam, khususnya di Aceh. Baik itu dalam praktek kesehariannya, maupun pernyataan akademisi di koran-koran yang agak menyimpang dari Islam. Oleh karenanya, saya harus bertindak merespon kekeliruan pemahaman itu. Tentu saya harus menulis di koran bahwa itu sudah menyimpang dari ajaran Islam. Tetapi, bagaimana saya mengungkapkannya? Saya tidak terbiasa merangkai kata lewat tulisan. Bila dengan ceramah atau berdebat langsung saya siap sampai 3 jam atau lebih.


Kalau begitu, saya harus cari senjata yang satu ini. Untuk tantangan yang lain insya Allah saya bisa, tapi membantah lewat tulisan ini belum siap. Ternyata di KMA ada satu forum yang membimbing mahasiswanya belajar menulis secara benar. Berarti saya wajib ikut forum Zawiyah. Rugi dan bodoh saya bila tidak ikut di forum Zawiyah. Al-Azhar tidak mengajari saya bagaimana membuat makalah atau karya ilmiah, dan tidak melatih saya cara berdiskusi yang benar dan terbuka. Saya membutuhkan keterampilan itu, dan ia ada di Forum Kajian Zawiyah KMA Mesir. Saya bertekad dari sekarang……Insya Allah akan selalu hadir pada kajian Zawiyah, setiap hari kapan saja itu berlangsung.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top