Merayakan Idul Adha di Matarea Mesir
Oleh; Abdul Hamid M Djamil
Merayakan lebaran di negeri orang adalah satu hal yang
menyedihkan. Kenapa tidak, hari-hari bahagia yang seharusnya dirayakan bersama
keluarga, orang tua dan tetangga harus dirayakan tanpa kehadiran mereka. Tapi ini semua tidak menjadi satu kendala bagi
kami yang berdomisili di Matarea, hatta membuat kami sedih. Karena di sini kami
punya cara tersendiri dalam mengisi posisi keluarga, orang tua dan tetangga
dalam merayakannya.
Matarea adalah sebuah distrik yang terletak di kawasan
Mesalla, berposisi di bagian timur kota Kairo, Egypt. Di sebuah Imarah (semacam apartemen) yang terletak di distrik inilah kami tinggal. Status kami adalah pelajar
yang sedang melanjutkan kuliah di universitas al-Azhar. Bila dilihat dari
jenjang perkuliahan, di Matarea ada yang sedang kuliah di License (S1), dan
ada juga yang sedang menyelesaikan tamhidi (S2) bahkan ada yang sedang melanjutkan
program Doktoral.
Sebagai orang Aceh kita sudah tahu akan adat istiadat Negeri
kita, di mana sebelum lebaran tiba orang Aceh sudah menyiapkan berbagai macam
makanan buat tamu-tamu hari raya. Hal seperti ini menjadi sebuah kesibukan kami
di sini, membuat kue dan makanan hari raya buat tamu-tamu. Biasanya kami
membuat kue dan makanan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Aceh, seperti
Bakso, Rendang, Kue Bawang, turut juga disandingi Cendol ala Aneuk Naggroe.
Dalam proses membuat Bakso bukanlah hal yang rumit
bagi kami, karena alat dan bumbunya mudah dijangkau. Paling satu atau dua dari
bumbu khas makanan ini yang tidak ada di Matarea. Diantara bumbu-bumbu yang
kami gunakan untuk membuat Bakso adalah: Lahm (daging), Nisya (tepung), Backing
Powder (pengembang), 'Asal Eswid (sejenis kecap), Masurah (tulang Sapi/Kerbau),
Dihn/Dunh (gapah sapi), Dagagah (Ayam), Khil (cuka), Baiz Ahmar (telur merah) ,Baiz
Baladi (boh manoek gampoeng), Khas (daun sawi) dan lain-lain. Dengan
terhidangnya Bakso ini sudah membuat rasa rindu terhadap masakan Bunda sedikit
terkendali.
Di sini kami juga menyaksikan acara Qurban. Uniknya,
hewan yang diqurban di sini jauh lebih berbeda dengan di Aceh,. Kalau di Aceh
hewan qurban hanya berkisar dari jenis Kambing, Sapi, dan Kerbau. Sedangkan
disini hewan yang dijadikan qurban terdiri dari Sapi, Kerbau, Kambing, Unta,
Kharuf (sejenis biri-biri) dan lain-lani. Yang paling mengharukan adalah ketika
penyembelihan Unta, binatang ini jauh berbeda dengan binatang lain. Saat
disembelih tidak pernah memberontak, tapi berdiri dengan tenang. Sehingga
tukang sembelih pun tidak memerlukan tali untuk mengikatnya.
Merayakan lebaran di Matarea juga ada keunikan
tersendiri. Dimana rakyat Mesir lebih meriah merayakan Idul Adha ketimbang Idul
Fitri. Kaum ekonomi menengah yang tinggal di Matarea pun tak segan-segan mengeluarkan uang
untuk membeli hewan qurban. Sehingga orang-orang kurang mampu (kaum dhu'afa) pun
merasa puas dan senang dalam merayakan lebaran.
Disamping itu, dilihat dari segi permainan anak-anak
itu pun sangat terbatas yang main bedil-bedilan. Sehingga kita yang lalu-lalang
dihadapan mereka tidak merasa takut dengan 'Aneuk Budee' nyasar yang konon
katanya pernah 'terbidik' mata orang di Aceh. Di malam harinya kami juga
bersilaturrahmi ke rumah-rumah mahasiswa Aceh yang sudah berkeluarga, di sini
mereka menjadi pengganti orang tua kami di Aceh. Tradisi silaturrahmi ini sebagai upaya
menjaga nilai-nilai Islam yang sudah lama bersemi dan mengakar kuat di tanah
Aceh.
Posting Komentar