Tingkat Korupsi Uni Eropa Mencengangkan
Tingkat korupsi di Eropa mengejutkan
dan membebani ekonomi Uni Eropa sekitar 185 miliar dollar (atau Rp 2.233
triliun) per tahun. Demikian kata Komisi Eropa.
Laporan yang baru pertama kali ada
tentang korupsi di 28 negara Uni Eropa itu menempatkan Uni Eropa, yang sering
digambarkan sebagai salah satu kawasan paling bersih dari korupsi di dunia,
dalam sebuah sorotan yang tak menyenangkan.
Di kalangan pebisnis ada keyakinan yang tersebar luas bahwa satu-satunya cara untuk berhasil adalah melalui koneksi politik dan hampir separuh dari perusahaan yang melakukan bisnis di Eropa mengatakan bahwa korupsi merupakan masalah bagi mereka.
Di kalangan pebisnis ada keyakinan yang tersebar luas bahwa satu-satunya cara untuk berhasil adalah melalui koneksi politik dan hampir separuh dari perusahaan yang melakukan bisnis di Eropa mengatakan bahwa korupsi merupakan masalah bagi mereka.
Semakin banyak jumlah warga-warga Uni
Eropa yang berpikir bahwa korupsi kian parah, meskipun pengalaman terkait
korupsi berbeda-beda di blok itu. Hampir semua perusahaan di Yunani, Spanyol,
dan Italia percaya korupsi meluas. Namun, hal itu dinilai langka di Denmark,
Finlandia, dan Swedia.
Inggris termasuk di antara negara
yang dikritik karena gagal membersihkan dan mengatur pembiayaan partai politik,
sebuah masalah yang komisi itu tentukan sebagai faktor utama dalam korupsi.
Cecilia Malmstrom, komisioner urusan
dalam negeri Uni Eropa, mengatakan, korupsi mengikis kepercayaan dalam
demokrasi. "Korupsi merusak kepercayaan warga terhadap lembaga-lembaga
demokrasi dan rule
of law. Hal itu
merugikan perekonomian Eropa dan mengurangi penerimaan pajak yang sangat
dibutuhkan," katanya.
"Satu hal yang sangat jelas: tidak ada zona bebas korupsi di Eropa. Komitmen politik untuk benar-benar membasmi korupsi tampaknya hilang. Ongkos karena tidak bertindak menjadi terlalu tinggi."
"Satu hal yang sangat jelas: tidak ada zona bebas korupsi di Eropa. Komitmen politik untuk benar-benar membasmi korupsi tampaknya hilang. Ongkos karena tidak bertindak menjadi terlalu tinggi."
Dia mengatakan angka korupsi yang
sesungguhnya "mungkin jauh lebih tinggi" dari 185 miliar dollar itu.
Sebagaimana diperlihatkan oleh survei
komisi itu, banyak warga Uni Eropa yakin korupsi telah menjadi lebih buruk
sebagai akibat dari masalah-masalah ekonomi dan keuangan di zona euro akibat
krisis utang. Warga juga menduga korupsi merupakan hal lumrah dalam bisnis.
Delapan dari 10 orang yakin bahwa hubungan dekat antara bisnis dan politik
menyebabkan korupsi.
"Secara keseluruhan masalah
Eropa tidak banyak terkait dengan soal suap kecil-kecilan," kata Carl
Dolan dari Transparency International di Brussels. "Hal itu terkait dengan
kelas politik dan industri. Telah terjadi kegagalan untuk mengatur konflik
kepentingan para politisi dalam menangani bisnis."
Karena itu, Komisi Eropa
merekomendasikan kontrol yang lebih baik dan kerja keras dalam penegakan hukum.
Dalam sejumlah rekomendasi yang tidak mengikat, Inggris diminta untuk
"menghentikan sumbangan kepada partai politik, membatasi pengeluaran
kampanye pemilu dan memastikan monitoring yang proaktif dan penuntutan terhadap
pelanggaran potensial".
Kurang dari satu persen orang
Inggris, atau lima orang dari 1.115 orang yang disurvei oleh komisi itu,
melaporkan bahwa mereka telah diminta untuk memberi suap. Itu merupakan
"hasil terbaik di Eropa". Sebaliknya, 6 hingga 29 persen orang di
Kroasia, Ceko, Lituania, Bulgaria, Romania, dan Yunani mengatakan mereka telah
diharapkan untuk membayar suap.
Para pejabat dikritik karena tidak
memasukkan sebuah bagian dari laporan itu yang mencantumkan korupsi di
lembaga-lembaga Uni Eropa. Paul Nuttall, wakil pemimpin Partai Kemerdekaan
Inggris, mengatakan, Komisi Eropa sebaiknya juga menganalisis dan mengubah
budaya korusi di lingkungannya sendiri. Komisi itu jangan malah menutupi atau
bungkam tentang apa yang terjadi di dalam dinding temboknya sendiri. (kompas).
Posting Komentar