Untukmu Duhai Wanita yang Beriman
Oleh; Husni Nazir*
Maksud iman disini adalah mereka yang
menyakini bahwa tiada tuhan selain Allah SWT. Tak ada sekutu baginya, baik pada
zat maupun sifat-Nya. Meyakini bahwasanya tiada zat yang mampu memberikan
manfaat kepada manusia selain-Nya. Tidak ada satupun dari kalangan makhluk yang
mampu memberikan manfaat atau mengadakan kemudaratan tanpa izin dari Allah.
Yaitu mereka yakin bahwa kepada-Nyalah manusia
akan kembali pada hari yang tidak ada keraguan padanya. Pada hari itu akan
dibukakan semua tabir rahasia dan hakikat, tidak ada yang tertutup. Hari
penyesalan bagi mereka yang tergoda dengan dunia dan jauh dari Allah. Serta hari
kemenangan dan suka cita bagi mereka yang mampu memahami hakikat dunia, lalu
mereka menjadikannya perantara untuk meraih rida Allah.
Bukanlah yang dimaksud dengan iman disini, mereka
yang pernah mendengar nama Allah dan tidak memahami hakikat di balik nama agung
tersebut. mereka mewariskan iman melalui lisan saja, tanpa tercium oleh hati
yang ada di dalam dada. Bahkan ia kadang mendengar dua puluh kali nama Allah
dalam sehari, tetapi tidak pernah menyadari akan kekuasaa-Nya walau sekali
dalam sebulan , bahkan setahun.
Iman yang semacam ini tidak menjadikan hati
sedikitpun ketakuatan, serta tidak mampu menuntun pemiliknya kemanapun.
Berbicara tentang nilai dan akhlak Islam, akan percuma bagi hati yang seperti
ini.
Tulisan ini terkhusus bagi para wanita pemilik
iman jenis yang pertama. Yaitu iman yang berasal dari keikhlasan dan kepuasan
hati dari dalam. Bukan karena paksaan atau tanpa disadari. Tidak diragukan lagi
iman seperti ini akan mudah didapatkan pada seorang mukmin, karena inilah
hakikat iman yang sebenarnya.
Ketahuilah, bahwa keberdaan kita didunia ini
betul-betul penting dan sangat penting. Setiap waktu yang kita lewati adalah
ujian untuk menaikkan posisi kita dihadapan sang Ar Rahman. Dan kenyataannya,
sadar atau tidak bahwa untuk melewati ujian tersebut hanya bisa dilakukan dengan
pertolongan dari Allah.
Jika laki-laki dan wanita sama-sama menjalani
ujian yang sama dari sang Khalik. Akan tetapi wanita mempunyai tugas lain, yang
sangat berpengaruh selama di dunia dan sangat besar efeknya kelak dihari
pembalasan.
Selain wanita ikut berjuang bersama-sama laki-laki
sebagai hamba dalam ujian, wanita juga merupakan satu bahan ujian bagi
laki-laki, bahkan ia adalah ujian terbesar bagi kaum mereka.
Hal ini karena, syahwat dengan segala jenisnya
merupakan bahan dasar ujian yang Allah sediakan untuk menguji manusia selama di
alam dunia. Sedangkan wanita, sesuai dengan pernyataan Allah SWT. merupakan jenis
syahwat yang menempati urutan pertama dibandingkan dengan syahwat lainnya.
Bukankah Allah SWT. yang mengatakan:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ
وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ.
Artinya: Dijadikan terasa indah dalam
pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Ali Imran: 14)
Dalam ayat ini jelas terlihat bahwa Allah SWT.
menyebutkan wanita pertama sekali diantara sejumlah syahwat lainnya. Kalau
bukan karena besarnya cobaan yang dibawa oleh wanita, lalu kenapa harus wanita
yang disebutkan pertama!
Rahasianya adalah karena semua bentuk maksiat
yang Allah larang hamba-Nya untuk mendekatinya, tidak terdapat kecocokan
diantara maksiat tersebut dengan fitrah manusia.
Zalim dengan segala bentuknya adalah haram.
Namun untuk menjauhinya manusia bisa meminta bantuan kepada fitrah mereka yang
menolak kezaliman. Khamar haram, dan fitrah sejati manusia juga menolaknya.
Begitu juga maksiat lainyna seperti mencuri, menipu, mencerca, mengupat, dan lain-lain.
Fitrah manusia yang masih murni akan menolak
perkara-perkara tersebut. Untuk meninggalkannya manusia tidak akan terlalu
sulit, karena dibantu oleh fitrah yang menolaknya. Kecuali fitrah yang telah
diracuni dengan berbagai pengaruh dari luar.
Hanya ada satu pengecualiaan dari hakikat umum
ini, yaitu ketertarikan antara laki-laki dan wanita (gharizah jinsiyyah).
Meskipun ketertarikan ini dapat membawa manusia kepada pekerjaan yang dilarang
oleh agama, bahkan terhitung diantara larangan-larangan yang sangat urgen dalam
islam, akan tetapi ia merupakan ciri khas utama dari fitrah asli manusia.
Tak ada jalan bagi manusia (selama ia
mempunyai fitrah yang sehat dan tidak melenceng) untuk berlari, mengubur dan
mengalahkannya.
Oleh karena hakikat dari dua jenis cobaan ini
berbeda, maka untuk menanggulanginya, Islam juga memberikan solusi yang
berbeda. Untuk jenis pertama seperti zalim, mencuri, mencerca, menghasut dan
lain-lain bisa, Islam mengajurkan untuk tidak mendekati dan menjauhinya sejauh
timur dan barat.
Berbeda dengan ketertarikan lawan jenis, jalan
keluarnya justru dengan memenuhi keinginan tersebut, tetapi di dalam batas yang
telah digariskan oleh syarak.
Kenapa Cuma Wanita?
Barangkali para muslimah akan menyangkal dan
bertanya, “Kenapa pula laki-laki bukan cobaan terbesar bagi wanita? Bukankah wanita
juga tertarik dengan laki-laki?”
Pertanyaan ini bisa dijawab dengan penjelasan
berikut ini, sebagaimana yang dijawab oleh Syeikh Ramadhan Al Buthi di dalam
kitabnya Li Kulli Fattatin Tukminu Billah.
Karena fitrah wanita telah diciptakan Allah SWT.
dengan Hikmah-Nya untuk dicari bukan mencari. Oleh karena itu,
bagaimanapun seorang wanita tertarik dengan laki-laki, tabiat mencari
akan mengarahkannya untuk menunggu, dan menggali cara bagaimana ia akan dicari.
Cara yang akan digunakan oleh wanita inilah yang terkadang berubah menjadi
fitnah bagi laki-laki.
Inilah mengapa wanita memegang fitnah lebih
besar dibandingkan laki-laki.
Hakikat ini telah Rasulullah nyatakan dalam
hadisnya, Rasulullah bersabda:
ماتركت بعدي فتنة أضر على الرجال
من النساء
Aku tidak
meninggalkan satupun fitnah sepeninggalku yang lebih membahayakan para lelaki
kecuali wanita. (HR. Bukhari dan Muslim)
Apabila hikakat ini
telah sama-sama kita ketahui, maka susah dan mudahnya cobaan itu ada ditangan
wanita. Wanitalah yang akan memutuskannya. Wanita bisa saja menjadikan dirinya sebagai
bala yang menjerumuskan. Dan jika mau, wanita juga bisa membantu laki-laki
untuk menempuh jalan selamat dan diridhai Allah.
Berapa banyak kisah
tentang peradaban terdahulu yang berhasil mencapai puncaknya, kemudian runtuh
karena disebabkan oleh kerusakan akhlak diantara mereka. Dan ternyata kebobrokan
akhlak itu sebagian besarnya disumbangkan oleh wanita.
Ataupun tidak perlu
jauh membuka buku sejarah. Lihatlah pemuda kita hari ini. Adakah anda menemukan
akhlak mereka yang sangat keliru dan menyedihkan? Kemudian lihat kembali apa
yang menjadikan mereka demikian? Bukanhkah fintah wanita adalah salah satu
sebabnya?
Amanah yang Allah
berikan tersebut, seharusnya dijadikan sebagai tambang amal untuk mencari ridha Allah. Dengan cara menjaga dan tidak menjadikannya fitnah bagi hamba Allah yang
lainnya(baca: laki-laki). Karena sesungguhnya, setiap dari mata, telinga dan
hati akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah yang Maha Melihat dan Maha
mengetahui kelak. Semoga!
*Tim redaksi, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Al-Azhar, Mesir.
tulisan ini disadur dari kitab Likulli Fattatin Tukmin Billah, karangan Syeikh Ramadhan Al Buthi.
tulisan ini disadur dari kitab Likulli Fattatin Tukmin Billah, karangan Syeikh Ramadhan Al Buthi.
Posting Komentar