![]() |
Zahrul Bawady |
Oleh : Zahrul
Bawady, Lc.
Syaikhuna Prof.
Dr. Muhammad Imarah, ulama besar yang juga Dosen di Fakultas Akidah dan
filsafat Al Azhar memulai bukunya Fi Fiqhi Shira’ ‘Ala Quds Wa Falisthin dengan
pengaruh istilah bagi negara Islam Arab dengan sebutan Timur Tengah. Upaya ini
mulai dilakukan sejak perang dunia kedua pada 1939-1945.
Dalam analisa
beliau, hal ini berfungsi untuk menjadikan Negara Arab yangberakar Islam
sebagai sebuah letak geografis saja. Tak lebih. Selanjutnya hemat kami dengan
mudah Timur Tengah akan dibenturkan dengan Barat, sebagaimana Huntington
menafsirkannya dalam Clash of Civilization.
Lalu muncul klaim
Barat maju dan Timur tertinggal. Bahkan budaya Timur akan dianggap sebagai
budaya radikal barbarisme. Kemudian pemuda-pemudi Islam merasa minder, inferior
di depan penjajahan asing, untuk selanjutnya memuluskan fase kedua politik
“Barat” yaitu westernisasi.
Kembali ke
analisa Syaikh Imarah, penamaan Timur Tengah juga berfungsi untuk menjadikan
Barat sebagai patron geografis. Dalam persepsi ini, arah dan bagian bumi akan
dipandang melalui kacamata Barat. Dalam bahasa beliau, “ Seolah bangsa Arab
dalam budak yang posisinya merujuk arah tuannya berada.”
Inilah yang
menurut beliau kurang disadari sedari awal, asal-usul penamaan Timur Tengah
yang sepintas memang benar menunjukkan bangsa ini sebagai pengekor.
Ketika perampokan
zionis terhadap tanah Palestina dimulai. Gaung Timur Tengah semakin gencar
diperkenalkan. Beruntung sekali kekuatan politik luar saat ini sudah memiliki
media yang cukup kuat untuk menancapkan pengaruhnya dalam wacana internasional
sebagai prasyarat untuk memegang sebuah peradaban semu, peradaban opini. Akan
tetapi membuat masyarakat dengan mudah terbius lalu menerimanya sebagai sebuah
kebanaran.
Pada akhirnya,
sebagaimana kita lihat hari ini, tidak hanya pada masyarakat awam, tapi ada
juga sebagaian intelektual kita yang benar benar terpengaruh, yaitu mereka
terbius dengan ungkapan Problematika Timur Tengah sebagai pengganti Benturan
Arab-Islam dan Zionis.
Sekali lagi,
dalam peta politik Barat, ini berfungsi untuk memperkecil tendensi kuat dari
ummat Islam. Karena mereka terpengaruh dengan ungkapan perang geografis tanpa
unsur ideologi.
Siapa tahu suatu
saat. Perang zionis terhadap Islam di Palestina usai. Kemudian mereka (yahudi)
kembali mengeluarkan nafsunya untuk menggerogoti jantung Islam lain dengan
sebutan Pertentangan yahudi- Timur Barat.
Dan kita kembali
terpana. Menganggap itu hanya perebuatan wilayah. Lalu kita tertidur, karena
itu tidak masuk wilayah kita. Sampai kemudian kita terbangun, baru sadar bahwa
mereka sudah masuk ke wilayah kita dan sebelumnya kita sadari atau tidak, kita
sudah bersikap layaknya mereka.
Paling tidak pada
fashion (pakaian) dan food (makanan). Maka sebelum jauh kita mencaci
kebringasan orang, kita berkaca dulu atas apa yang udah kita lakukan. Mari
benahi diri kita bersama.Wallahu A’lam.
*Penulis adalah kandidat
master Fakultas Hukum Universitas Liga Arab.

Tidak ada komentar: