KMA, Begini dan Begitu!
Warga KMA Ketika Acara Hut ke-40 |
Oleh; Furqan Ar-Rasyid Ibrahim*
Saya memang tidak melakukan banyak hal untuk KMA, namun Saya sadar eksistensi KMA itu akan selalu
ada. Barangkali pada awalnya Saya termasuk satu diantara sekian banyak yang
‘mencibir’ KMA karena toleransi KMA yang begitu besar kepada anggotanya. Saya selalu tidak puas manakala KMA tidak
mampu menjadikan anggotanya harus begini, harus begitu, seperti yang diinginkan KMA.
Sementara di sisi lain, mungkin ada beberapa diantara Kita yang memiliki visi besar untuk KMA.
Sebagiannya berkoar; KMA harus seperti ini, KMA tidak boleh seperti itu, Kita harus merubahnya menjadi begini, menjadi begitu dan seterusnya.
Sebagiannya hanya diam menerima dengan tulus segala hal ihwal KMA. Sebagian
lainnya berontak barangkali. Wajar saja! Sangat wajar sekali.
Begitulah adanya Kita, dengan beribu rencana, dengan
beribu ide untuk selalu berbuat untuk KMA. Kita selalu menginginkan kemajuan
KMA dari waktu ke waktu. Menjadikan KMA terus dewasa dan terus mandiri dengan
segala kekurangan dan mimpi-mimpinya. Dan Insya Allah, Kita akan terus berbenah!
KMA adalah sebuah keluarga, Saya suka penggalan itu.
Kedengarannya lebih asyik dan lebih ramah, ada rasa hormat bila dikatakan
sebuah keluarga, sebab di sana ada ayah dan ibu yang telah membesarkan Kita,
mengayomi kita. Lain halnya bila Kita mendengar kata ‘Organisasi’, yang
terbayang hanyalah garis-garis struktural pemisah rasa hormat, kasih sayang dan
tanggung jawab. Berakhir kepengurusan, maka terhapuslah garis-garis itu.
Tentu saja berbeda dengan keluarga, sampai kapanpun
kenyamanan dan kesetiaan akan selalu ada. Bayangkan diri Anda berada dalam keluarga Anda sendiri. Keakraban dan kehangatan
akan selalu ada di sana. Jika ada satu diantara anggota keluarga yang sakit,
maka seperti ada yang kurang. Anggota keluarga lainnya juga akan merasa sakit.
KMA, begitulah adanya.
Saya lebih melihat KMA ini adalah keluarga awal sebelum Kita terjun ke keluarga yang lebih besar.
Banyak hal yang terjadi di luar sana, sudah pernah Kita alami dan Kita
pelajari dalam keluarga ini. Tidak banyak yang berubah, hanya saja porsi
di luar tentu lebih besar. Sedang aturan mainnya Saya kira sama saja.
Di sini Kita belajar memonitor bagaimana menempatkan diri dalam
sebuah keluarga, cara bergaul, cara beradaptasi, cara menangkap permasalahan,
menentukan pilihan, melejitkan potensi dan lain sebagainya. Saya rasa Kita
maklum untuk yang satu ini.
Kembali ke persoalan begini dan begitu tadi, bagaimana
kalau Kita sepakati untuk mimpi yang sederhana saja, tidak terlalu muluk-muluk,
tidak terlalu ambisius untuk langsung menginjakkan anak tangga yang ke lima,
sedangkan tangga satu, dua, tiga dan empat belum kita lewati?
Sekecil apapun itu, apapun yang Kita miliki, kemampuan apapun yang Kita bisa. Berikanlah walau sedikit untuk KMA.
*Penulis adalah Sekretaris KMA Masa Amal 2012-2013
Posting Komentar